"Apakah kau mau menjadi anakku? "
Athena tercengang mendengar permintaan itu, awalnya ia sudah menyiapkan diri untuk bekerja lebih giat menggantikan Vas yang telah di pecahkan oleh Donella. Tapi keadaan justru berbalik. Tak terbayang olehnya akan di angkat sebagai salah satu keluarga Zilgasta.
"A..apa? "
"Apa kau mau menjadi anakku? " tanya Isran sekali lagi, raut wajahnya serius membuat Athena tak bisa berpikir jernih.
"Ma..maaf aku tak pantas." jawab Athena pada akhirnya.
"Kau pantas. " entah maksud apa Isran mengatakan hal itu.
"Tidak, aku tak pantas. " Athena semakin menundukkan kepalanya.
"Kau pantas. "
Gadis kecil itu menggigit bibirnya dengan kuat, bukan seperti ini bayangannya. Apa yang harus ia katakan sekarang.
"Pasti akan ada tanggungjawab besar untuk status itu. " Athena mengangkat kepalanya menatap Isran dengan serius.
"Kau sangat cerdas. "
"Tapi tetap saja aku tak pantas. "
"Bagaimana jika kau buktikan bahwa kau pantas. "Athena menatap bingung ke arah Isran, tidak mengerti.
"Apa? "
"Aku akan mengirim kau ke Redmond, jadilah nomor satu disana. " Isran berdiri dari kursi kerjanya lalu duduk di sofa yang menghadap ke arah Athena.
"Tapi aku ada satu syarat. " ujar Athena. Lagi-lagi Isran tertawa.
"Apa itu? " bagaimana bisa gadis itu bernegosiasi padanya.
"Jika aku sudah pantas kabulkan satu permintaanku. " keseriusan Athena sedikit membuat Isran terkagum.
"Itu saja? "
"Ya. "
"Baiklah. "
Mata itu, mata penuh kejutan. Walau ia masih berumur 10 tahun, Isran tahu ada sesuatu yang sangat istimewa dari Athena.
Memang ia menuju tempat prostitusi itu hanya untuk menjemput Vas milik mendiang istrinya, pertemuannya dengan Athena benar-benarĀ kebetulan. Dan saat mendengar namanya membuat Isran sangat tertarik.
Athena.
Ia melihat bingkai foto yang ada di dalam laci, foto dirinya dan wanita yan sangat ia cintai. Dan sebuah notebook kecil milik istrinya, di dalam notebook itu terdapat satu nama Athena Diera Zilgasta.
<<<<
Penampilan nya berubah total, seolah ia telah mendapatkan mantra dari peri dalam dongeng Cinderella. Yah, ia di mantra untuk menjadi anak angkat Zilgasta.
Atas dasar apa ia menerima tawaran Isran? Apa yang ia inginkan? Harta? Kekuasaan?
Begitu kondisinya sudah sangat sehat, Athena di kirim ke salah satu pelatihan bernama Redmond.
Hanya dirinya yang masih berumur kepala satu, yang berarti Athena merupakan anggota paling kecil di pelatihan itu. Lihatlah reaksi orang-orang Redmond, ini tempat pelatihan bukan tempat penitipan.
"Dimana Flo? " Fildan di beri tugas untuk mengantar Athena dengan aman ke Redmond.
"Di ruang latihan. " jawab salah satu dari mereka.
"Kau antarkan dia ke tempatnya. " tunjuk Fildan pada seorang pria lalu pergi mencari Flo, pria yang bertanggung jawab penuh terhadap kendali Redmond.
Tempatnya tidak terlalu buruk, setidaknya lebih layak di banding tempat tinggalnya dulu.
"Ini kamarku, tapi sekarang menjadi milikmu. Kau boleh memakainya selama kau tinggal disini, semoga kau betah. "
"Terima kasih. "
"Namaku Dustin, 22 tahun. Aku anggota termuda disini. " Dustin mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Athena, 10 tahun. " dan Athena menyambut uluran tangan Dustin dengan penuh kesopanan.
"Wah, aku tak habis pikir dengan rencana pimpinan. Bagaimana bisa mengirim bocah 10 tahun ke pelatihan seperti ini."
"Aku juga. " jangankan Dustin, Athena pun tidak habis pikir.
"Baiklah, jika kau sudah selesai langsung bersihkan tempat pelatihan. Itu adalah tugas anggota termuda, karena disini kau yang paling muda jadi kau bertanggungjawab." ujarnya berjalan meninggalkan Athena.
Setelah selesai menyusun barang-barangnya Athena mulai bergerak untuk bersih-bersih. Ia sudah biasa melakukan hal itu.
Plakk..seorang pria melempar kain bekas keringatnya ke arah Athena. Athena tersenyum ramah ramah dengan perlakuan 'baik' mereka lalu mengambil kain itu untuk di cuci.
Pagi siang hari ia bersih-bersih sedangkan malam hari ia berlatih. Badannya masih terlalu dini untuk melawan pria-pria bertubuh kekar di Redmond. Dari awal memang sudah tak ada kesempatan bagi dirinya. Seolah tak seperti dirinya, semakin ia dikalahkan semakin menguat niatnya untuk menjadi nomor satu di tempat itu.
Disink mentalnya tidak turun malah semakin meningkat, hal yang aneh. Athena harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa memenangkan pertempuran ini.
Tak terasa sudah tiga tahun ia berada di Redmond. Akhirnya hari penentuan tiba. Selama tiga tahun Athena tidak berhenti berlatih dan terkadang Isran turun tangan untuk melatihnya, berkat dari pelatihan itulah kemampuannya sedikit demi sedikit meningkat. Tatapan matanya seutuhnya berubah, bukan tatapan lemah namun tatapan menantang.
Terdapat sekitar 20 orang berada di dalam arena pertarungan. Cara mainnya gampang, siapa yang bertahan ialah pemenangnya.
"Athena akan ku izinkan untuk memakai senjata. " ucapan Isran membuat anggotanya sedikit protes.
"Apakah kalian merasa akan kalah telak oleh gadis 13 tahun? " akhirnya mereka memaklumi.
Pertarungan untuk menjadi nomor satu dimulai. Athena berusaha menghindari serangan-serangan, membalas serangan dengan segenap tenaga.
Bughh.. Senjata yang di pilih oleh Athena adalah sebuah tongkat yang sedikit panjang, digunakan untuk memukul lawan.
Gerakannya cepat dan gesit, jika ia lambat sedikit ia akan kalah.
Krekk.. Bunyi patahan leher seeorang, benar-benar sangat brutal.
"MATI KAU! "
"LAWAN! "
Sorakan penonton membuat keadaan semakin memanas, keadaan benar-benar ribut. Athena tetap fokus pada lawan-lawan nya, tak jauh dari arena Isran tengah duduk santai menikmati segelas Chateau 1787 .
Bughh..bughh..darah sudah bercucuran di atas kepala Athena akibat pukulan kuat, dan wajahnya terasa sangat perih. Yakinlah, wajahnya sudah tak berbentuk lagi.
Waktu berlalu terlalu cepat, tinggallah dirinya dan Dustin. Ternyata Dustin benar-benar tak bisa di remehkan. Athena yang merasakan nyeri di kepalanya membuatnya sedikit tak berdaya, namun begitu Dustin mendaratkan sebuah pukulan Athena behasil menahannya dengan tangan kanan.
Begitu pukulan itu berada di dalam genggamannya, dengan cepat Athena menendang perut Dustin sekuat-kuatnya. Tendangan itu berhasil, membuat pria bertubuh tinggi itu terjatuh sambil memegangi perutnya. Tak hanya itu, Athena yang sudah kewalahan dengan cepat bangkit agar bisa mengunci Dustin yang masih meringis kesakitan.
Sorakan semakin memanas, menyemangati mereka yang masih di arena pertarungan. Kode menyerah dari Dustin membuat semua penonton semakin menggila. Bisa-bisanya mereka dikalahkan oleh bocah 13 tahun, seorang gadis pula. Harga diri mereka hancur.
Athena menang, dan saat itu juga semuanya menghitam. Detik berikutnya ia pingsan tak mampu menahan tubuhnya.
>>>