Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pewaris Tersembunyi

Calendulaa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19.6k
Views
Synopsis
Maks Rostitlav adalah seorang menantu yang selalu dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya karena hidup miskin dan tinggal menumpang dirumah mertua. Pekerjaannya sebagai penyapu jalanan membuat dirinya selalu dipandang sebelah mata. Ia memiliki mertua galak dan saudara ipar yang angkuh. Tetapi, hal itu tidak membuat Maks putus asa dalam mempertahankan rumah tangganya dengan sang istri, Siena Kev. Suatu hari, seorang pria tua datang mencarinya untuk memberi kabar bahwa Maks adalah seorang penerus takhta dari salah satu keluarga kaya. Sejak saat itu, hidupnya berubah dibanjiri banyak materi, dan semua orang yang pernah merendahkannya menjadi hormat padanya. Pada mulanya, ia menjadi milyarder dengan menyembunyikan identitasnya untuk dapat membalas perbuatan orang-orang yang pernag menghinda dan merendahkannya.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

Di sebuah perumahan elit, bendera kematian masih tertancap di depan gerbang. Sanak saudara jauh mulai pergi meninggalkan rumah duka untuk kembali pulang. Sementara, di dalam sana masih terdengar suara kegaduhan.

"Apa kau bilang? Kau hendak meminjam uang padaku?" bentak seorang wanita paruh baya itu kepada Maks-suami dari puteri bungsunya. Suaranya menggelegar ke seisi rumah sampai semua anak dan cucunya berlarian untuk menyaksikan kemarahannya.

"Iya, Bu. Aku berjanji akhir bulan akan membayarnya," ujar Maks. Tidak ada cara lain lagi selain meminjam uang kepada mertuanya. Pihak rumah sakit memberinya tenggat waktu sampai sore ini untuk membayar biaya persalinan. Jika tidak, maka isteri dan bayinya tidak akan bisa pulang ke rumah.

Nyonya Kev menggeram dengan wajah marah. "Dasar menantu tidak punya empati kau! Suamiku kemarin baru saja meninggal, dan aku masih dalam keadaan berduka. Tapi kau sudah memancing amarahku hari ini. Kau membuatku malu didepan semua keluargaku!"

Tuan Asraf Kev, Ayah mertua Maks yang baik hati itu telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya. Tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga besar Kev, terutama bagi Maks dan Siena. Sebab, satu-satunya orang yang selalu baik dan membela keduanya adalah Tuan Kev. Bahkan berkatnya, Maks dan Siena diizinkan tinggal dirumah keluarga Kev sejak Maks di berhentikan kerja oleh perusahaan karena pandemi melanda.

"Astaga Maks! Kau sungguh tidak tahu malu. Bukannya memberi papan bunga ucapan duka pada ayah mertuamu, tapi kau malah ingin meminjam uang padanya," ujar Paman Brew. Adik ipar Nyonya Kev-si benalu dikeluarga Kev tapi orang yang paling unggul dalam merendahkan Maks disaat ada kesempatan.

"Betul yang dikatakan suamiku, Maks! Kau lihat di luar rumah, berderet papan bunga ucapan duka yang dirangkai dengan indah dari semua menantu Kev. Mereka memakai nama perusahaan dan bisnisnya. Tapi hanya kau menantu yang tidak melakukan hal itu!" Seorang wanita yang merupakan istri dari Paman Brew ikut bersuara.

"Bibi Brew, bagaimana mungkin dia melakukan hal yang sama seperti mereka jika dia hanya seorang penyapu jalanan. Haha!" sahut Flo sembari tertawa melecehkan Maks. Sementara Maks hanya diam menunduk di bawah kaki ibu mertuanya. Baginya, sudah biasa direndahkan dan dihina oleh mereka semua.

Hera yang tak lain adalah kakak kedua dari Siena juga ikut mencibir Maks dengan jijik, "Betul! Dia tidak memiliki bisnis atau harta apapun untuk dibanggakan. Lagi pula, ia jelas tidak sanggup untuk membeli papan bunga itu. Dasar miskin!".

Jika bukan karena hal yang mendesak seperti ini, Maks tidak akan nekat meminjam uang pada ibu mertuanya. Ia pikir, ibu mertuanya akan memberikannya pinjaman tanpa harus marah, sebab uang ini untuk puteri kandung dan cucunya. Namun nyatanya, Nyonya Kev tetap bersikeras menolak permohonan Maks.

Flo-anak sulung dari keluarga Kev berkata dengan sombongnya. "Kemarin ayahku masih membelamu. Tapi mulai sekarang, tidak ada lagi yang akan menjadi penolongmu. Pemilihan presiden semakin dekat, aku tidak ingin media meliput bahwa suami dari adikku seorang penyapu jalanan. Jadi, alangkah baiknya kau angkat kaki dari rumah ini!"

Begitulah Flo, menjadi yang paling tua bukan berarti bisa bijaksana. Ia memiliki rasa dengki yang begitu besar. Apalagi ketika Tuan Kev masih hidup, Flo adalah orang yang paling membenci Maks dan Siena karena selalu dibela oleh ayahnya. Padahal, menantu pertama Tuan Kev merupakan calon presiden. Tapi, ayah dari tiga anak itu tidak pernah suka dengan suami dari anak pertamanya. Ia lebih menyukai Maks-menantunya yang rendah hati dan memiliki tata krama.

"Maks! Jika kau suami yang bertanggung jawab pada puteriku, maka kau harus mendapatkan uang senilai 50 juta itu tanpa meminjam. Kau tahu? Menantuku yang lain membayar biaya persalinan isterinya dengan uang mereka sendiri!" ujar Nyonya Kev pada menantunya yang masih duduk dibawah kakinya.

"Benar! Kau sebagai menantu seharusnya belajar dari kami para menantu ibu yang memperlakukan anak dan cucunya seperti ratu. Menafkahi dengan memfasilitasi barang-barang modern nan canggih, juga berlimpah materi. Tidak seperti kau, membayar biaya persalinan isterimu saja tidak mampu," timpal Joddy, menantu pertama Keluarga Kev ikut bersuara merendahkan Maks.

Ruang tengah tempat berkumpul keluarga Kev sedang ramai saat ini. Mereka saling sahut-menyahut untuk menghina Maks. Tidak ada satu pun yang memihaknya. Bahkan, untuk bertanya perihal keadaan Siena dan bayinya saja tidak ada yang bersuara. Padahal, isteri Maks tersebut sudah tiga hari berada di rumah sakit untuk mempertaruhkan nyawa demi buah hati mereka.

Maks berdiri, ia sadar bahwa kehadirannya disini untuk meminjam uang hanyalah sia-sia.

"Maaf jika apa yang aku lakukan membuatmu marah dan malu, Bu. Aku pamit untuk undur diri," pamit Maks dan melangkahkan kakinya untuk keluar.

"Maks!" sapa seseorang.

Maks menghentikan langkahnya dan membalikkan badan ke belakang, tepatnya ke sumber suara.

"Jika kau ingin mendapatkan uang 50 juta itu, aku bisa saja memberimu hari ini juga. Tapi, kau harus menjilat telapak kaki ku terlebih dulu!" Kenan, yang merupakan menantu kedua keluarga Kev bersuara.

Perkataan yang dilontarkan Kenan pada Maks mengundang gelak tawa semua orang yang tengah berada di ruangan tersebut. Hal itu membuat Maks kesal, tapi ia tidak berani untuk memperlihatkannya.

Maks melanjutkan langkah kakinya dan memilih untuk tidak menerima tawaran dari suami kakak ipar keduanya itu. Lebih baik ia mencari uang dengan cara lain dari pada harus bekerja seperti seekor anjing yang menjilat kaki tuannya.

***

Maks tiba di rumah sakit. Pria yang berusia 30 tahun itu langsung mendatangi bagian administrasi untuk meminta perpanjangan waktu membayar biaya persalinan isterinya. Sebab, ia belum berhasil mendapatkan uang itu.

Wanita muda dengan seragam serba putih menyambutnya dan bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Aku Maks Rostitlav, suami dari Siena Kev. Aku ingin meminta perpanjangan waktu membayar sampai besok," ujar Maks memohon.

Wanita muda tersebut segera memeriksa data yang Maks sebutkan di komputernya. "Maaf, Tuan. Tidak ada tunggakan anda yang harus dibayarkan. Seseorang telah melunasinya hari ini."

Maks mengerutkan dahinya dengan heran.

"Bagaimana bisa?" tanyanya dalam hati.

Dari pada terus di hantui rasa penasaran, Maks memutuskan untuk bertanya pada petugas administrasi tersebut. "Nona, apakah kau tahu siapa yang telah melunasi tunggakanku?"

Wanita muda itu melihat layar komputernya lagi. Setelah mendapatkan satu nama ia menjawab, "Di sini tertera rekening atas nama Tuan Baltasar."

Dahi Maks berkerut. Dalam hatinya berucap, "Mengapa ia melakukan ini padaku?"