Mata Fay sekilas melirik ke arah Ariel yang terlihat sedang asyik menyeruput minuman dingin mliknya sendiri. ya. Seperti biasa Ariel selalu terlihat tak pernah peduli terhadapnya dan tak pernah melihat ke arahnya.
"Lumayan udah gak sakit kok!" jawab Fay sambil menggerakan tangannya sikunya dengan perlahan. Dia ingin memperlihatkan jika kini dirinya sudah lebih baik.
"Bagus deh!" sanjung Ibeng dengan perasaan bersyukur.
"Ini 'kan semua berkat Kakak!" seru Fay. Dia merasa beruntung karena telah dibantu dan diobati oleh Ibeng.
"Ya, udah kalau gitu aku pamit balik ke kelas dulu ya! Kamu hati-hati kalau jalan!" pamit Ibeng dengan mengelus rambut Fay dengan lembut kemudian pergi.
Seperginya Ibeng meninggalkan Fay. Anna langsung menyerang Fay dengan tatapan mengejek juga menggoda. "Cieh ... dapat Kakak kelas terkasih nih!" serunya sambil menyenggol pundak Fay.
Ini adalah kali pertama Fay bisa dekat dengan seorang pria di sekolahnya dan didatangi seperti tadi.
Bibir Fayolla langsung tersenyum kembang. Hatinya saat ini memang tengah berbunga-bunga. Betapa tidak, selama dua tahun ini hanya ada baru satu orang saja yang mendatanginya seperti itu bahkan sampai mengusap kepalanya dengan sangat lembut.
"Ih ... apaan sih?" Fay tersipuh malu.
"Kak Ibeng cuman nolong aja. Apanya yang harus dicie-cie, sih?" protes Fay dengan raut wajah yang terlihat sangat bahagia. Anna tahu itu. Ariel pun menangkap hal itu. Duduknya terlihat menjadi tak tenang. Bahkan makanan pesanannya yang udah ada di hadapannya hanya dia aduk-aduk saja.
"Aku balik ke kelas dulu!" pamit Ariel yang begitu saja meninggalakn semua teman-temannya yang masih sibuk menghabiskan makan siangnya.
Bagaimana tidak napsu makannya kini sudah berantakan oleh rasa kesal dan amarah yang dia pendam.
***
Fay baru saja selesai berbincang di depan kelas sembilan C. Dia pun melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang ada di samping kanan atas kelas Ibeng.
Fay sendiri lupa jika dia terbiasa dalam beberapa hari ini tak berjalan melalui kelas Ariel yang biasa dijadikan jalan lalu lalang oleh teman-temannya yang lain.
Ketika langkahnya sudah hampir mencapai puncak dia mendapati dirinya yang berpapasan dengan Ariel yang juga akan menuju kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Fay.
Langkah Fay langsung membeku begitu pula dengan seluruh tubuhnya yang ikut membeku dengan pandangan yang tertuju hanya pada Ariel saja.
Aura Ariel yang terasa sangat dingin dan menatap acuh padanya membuat Fay menjadi canggung. Fay dengan segera mendapatkan kesadarannya dan segera mencairka tubuhnya yang terasa membeku dengan cara mengambil napas dalam-dalam.
Demi menghindari perasaannya itu maka Fay memutuskan untuk segera berlari dan menghilang dari hadapan Ariel. Dia tak mau berlama-lama dalam posisi yang tak mengenakan itu walau hanya satu detik saja.
"Fay tunggu!" panggil Ariel yang langsung mencekal lengan Fay yang membuatnya berhenti melangkah tepat di depan atas kelas Ariel. Dalam waktu beberapa detik jantuk Fay terasa berhenti berdetak juga napasnya terasa menyesakan membuat wajahnya menjadi memerah.
Perlahan Fay memutar tubuhnya ke hadapan Ariel. Seperti biasa pesona Ariel selalu memikat siapa saja yang melihatnya. Termasuk Fay diantaranya. Fay diam mematung di depan Ariel dan menunggu Ariel mengatakan apa yang akan dia katakan padanya.
"Ariel ...." suara teriakan dari Serena dari arah belakang Fay berdiri membuat semuanya menjadi buyar berantakan.
"Bertahanlah dalam perasaanmu!" ucap Ariel dengan nada yang sangat rendah sehingga Fay hampir saja tidak mendengarnya.
Ariel langsung melepaskan pegangannya tangannya dari lengan Fay begitu saja. Kemudian dia berjalan menuju Serena yang sedari tadi menunggu Ariel.
Fay menarik kembali napasnya dalam-dalam. Dia membutuhkan banyak pasokan oksigen untuk tenaganya berlari hingga sampai ke kelasnya.
Di dalam kelas yang tampak sangat riuh oleh para siswa yang sedang mengobrol satu sama lain ada juga yang sedang bernyanyai bah sedang berlatih tarik suara. Alasan hari ini tampak ramai karena tak ada satu guru pun yang masuk ke dalam kelas untuk mengajar mereka.
"Salah denger aku ..." katanya dengan nada yang bergumam pada dirinya sendiri. Namun dengan begitu jelas Anna dapat mendengar dirinya.
Salah dengan apa sih Fay?" tanya yang menjadi penasaran.
"Ah?" Fay menjadi terdiam dalam pikirannya yang masih saja terbayang-bayang wajah sang pujaan hati.
Fay menarik napasnya dalam-dalam kemudian dia terseyum pada Anna. "Gak apa-apa kok!" katanya santai.
Fay kini sudah bisa menguasai dirinya sendiri dan membuatnya lebih tenang.
Fay mengangkat kedua bahunya kemudian dia menurunkannya kembali. Dia sendiri sedang bingung antara yakin dan tak yakin jika dirinya pernah mendengarkan ucapan Ariel yang barusan saja terjadi.
Kemudian kepalanya menggeleng. Dia tahu bagai keakraban antara Ariel dan Serena saat ini. Apa mungkin Ariel sungguh-sungguh mengatakan hal padanya.
Dijam pelajaran selanjutnya.
Fay tengah sibuk mengobrak-abrik loker miliknya untuk mencari sebuah buku pelajaran bahasa inggris miliknya yang sudah dia simpan di dalam loker saja. Dia tampak sangat kesal akan kehilangan buku itu yang sudah harus dikumpulakan saat ini juga pada guru.
"Kok gak ada sih?" kesalnya yang masih belum menemukan buku yang dicariny di dalam loker.
Dia sangat yakin jika dirinya sudah membawa tadi pagi dan langsung menaruhnya di dalam loker.
"Ketinggalan kali Fay!" seru Anna yang berada di samaping Fay sambil bersandar pada loker lainnya yang ada di samping loker Fayolla.
Fay menggelengkan kepalanya. "Aku yakin buku tugas itu tadi pagi udah aku taruh di dalam sini An," katanya menjelaskan dengan sangat penuh keyakinan.
"Duh, bentar lagi pelajarannya dimulai. Buat lagi juga gak akan mungkin terkejar. Cuman sisa tujuh menit lagi!" katanya sambil menatap jam yang ada di layar ponselnya.
"Gimana dong?" Anna ikut mencemaskan sahabatnya. Padahal tugasnya sudah lengkap dan ada di genggaman tangannya.
"Gimana apanya? Ya, udah pasrah aja! Mau buat lagi gak akan keburu jga!" pasrah Fay yang menutup kembali pintu lokernya.
Di satu sisi.
Ternyata Ariel dari arah kejauhan sedari tadi mendengarkan semua percakapan Fay dengan Anna yang sedang membicarakan buku tugas milik Fay yang hilang dan arah berlawanan Fay dengan tubuh yang memunggungi Fay sehingga tak disadari oleh Fay dan Anna.
Dengan kepala yang tertunduk dan kedua tangan yang tertaut satu sama lain Fay memberanikan diri untuk berkata jujur pada guru yang sudah terkenal dengan sikapnya yang sangat tegas melebihi apapun. Dia dijuluki oleh para siswa sebagai guru paling killer.
Fay berdiri tepat di depan meja sang guru. Matanya yang bulat seketika langsung memicing pada Fay seolah akan langsung menerkamnya dalam keadaan hidup-hidup.
"Ada apa?" tanyanya yang langsung menyiutkan nyali Fay seketika.
"M-maaf Bu, buku tugas saya hilang ...."
Dia mendengus dengan keras. "LARI DI LAPANGAN LIMA PULUH PUTARAN SEKARANG!" teriaknya dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah pintu keluar.
Getaran suara guru tadi membuat keheningan di dalam kelas dan membuat keadaan kelas menjadi sangat mencekam seketika.
Semua sorot mata tertuju pada Fay yang perlahan berjalan keluar dari kelas menuju lapangan untuk melaksanakan tugas hukuman yang baru saja diberikan gurunya.
Ketika itu tak ada satu pun dari mereka yang berani berucap satu patah kata pun apalagi berkomentar.