Fay berjalan dengan kaki yang tertatih mendekati aliran air sungai. Ketika itu pula Ibeng langsung mengarahkan sikap perhatian dan siaganya pada Fay.
"Hati-hati Fay!" kata Ibeng yang gegas memegangi lengan Fay supaya tak terjatuh karena kehilangan keseimbangan tubuhnya karena kakinya.
Fay hanya tersenyum. Dia terlalu kalut melihat pemandangan yang tak biasa bagi dirinya. Ini sangatlah indah. Pemandangan asri dan menenangkan hati. Mungkin bagi siapa saja yang memiliki keluhan di dalam hatinya pasti akan merasa sejenak menjadi tenang jika mereka melihat pemandangan yang menyejukan hati dan pikiran ini.
"Kamu duduk di sini aja!" kata Ibeng yang melihat sebuah batu yang besar dan sangat cocok untuk dijadikan tempat duduk untuk Fay. Airnya tak terlalu dalam juga arusnya yang tenang.
"Makasih Kak!" kata Fay yang gegas duduk sambil menatap air jernih di kakinya. Terlihat juga ikan-ikan yang berukuran kecil itu berlarian ke sana kemari ketika Fay menggerakan kaki ke arah mereka.
"Anna!!" panggil Fay. Dia tak sengaja menoleh ke arah Ariel yang ternyata sedari tadi dia sedang menatap ke arah Fay yang tengah duduk di atas batu besar dari kejauhan.
Dengan segera Fay mengalihkan pandangannya ke arah lain. Itu adalah yang memalukan untuk Fay karena dia benar-benar tak menyangka jika yang dipandangnya adalah Ariel bukan Anna.
Fay merundukan pandangannya ke air dan membiarkan celana yang dilipat sampai ke atas lutut sedikit terbasahi air karena gerakan kakinya.
"Wah ... jernih banget airnya. Seger dingin lagi!" seru Anna yang datang tiba-tiba dari arah yang tak sangka Fay.
Fay tersenyum kaku namun Fay tak menyadari hal itu karena terlalu senang melihat air jernih sungai.
"Kamu dari mana aja?" tany Fay yang berusaha untuk tidak larut dalam perasaan canggungnya. Dia sangat yakin jika Ariel saat ini masih sedang memandangi dirinya dari tempat yang sama.
"Aku tadi di sana!" jawabnya dengan tangan yang menunjuk sembarang.
Fay tak mendengarkannya. Dia masih terlarut dalam pikirannya sendiri. Apakah Ariel masih di sana dan sedang memandang ke arahnya. Rasa penasaran itu membuatnya sangat ingin untuk menoleh ke arah itu lagi tapi malu tentu saja. Dia tahu jika Ariel akan perasaan ini. Dan itu memalukan.
"Dih, ngapain lagi tuh, manusia ke sini juga?" terdengar Anna sedang protes pada seseorang.
Fay pun segera melihat ke arah yang sedang ditatap oleh Anna.
Serena dan Ariel juga dengan beberapa temannya ikut meramaikan tempat temuan milik Ibeng itu.
"Ini udaranya enak banget ya Riel!" seru Serena yang sengaja berdiri di samping Ariel dengan jarak yang sangat dekat.
"Hmh."
"Kita foto yuk!" ajak Serena yang sudah siap dengan kamera digital milik Ariel yang dipegangi oleh Serena.
"Aku gak biasa difoto kamu aja sendiri!" kata Ariel yang seraya bergerak untuk menghindari sorot kamera yang diarahkan oleh Serena pada dirinya dan juga pada Serena sendiri berharap mereka bisa satu frame.
"Yah?" Serena sedikit kecewa mendapati perlakuan Ariel yang terbiasa dingin dan sangat sulit didekati.
"Gimana kalau kamu yang fotoin aku?" pinta Serena sambil menyodorkan kameraya ke arah Ariel.
Melihat Serena yang sudah siap dengan gayanya mau tak mau Ariel pun mengambil kamera miliknya dan memotret Serena dengan sembarang. Serena terlaul asyik dalam gayanya sampai dia tak melihat jika Ariel sedang memotret hal lain dan bukan dirinya.
Ariel terlalu asyik dengan kameranya Sambil memotret pemandangan yang dia ingini. Sampai dia menemukan sebuah objek yang membuat dirinya terus memotret tanpa henti.
Yap!
Fay!
Dia secara diam-diam memotret yang sedang asyik bermain air dan saling siram dengan Anna. Tawa riang dari wajah Fay membuatnya ikut terhanyut dan tersenyum senang.
"Kamu mau ke mana Fay?" panggil Anna ketika Fay yang bergerak beranjak dari duduknya berjalan ke tengah sungai.
"Itu ada ikan bagus!" seru Fay yang berjalan begitu saja tanpa melihat meneliti akan kedalaman air sungai juga arus air yang lumayan deras.
"Fay, jangan ke sana!" panggil Ibeng dari jauh.
Fay hanya tersenyum saja. Dia merasa senang ketika menyadari dirinya bisa berada di tengah sungai dan tak menyadari jika luka di kakinya sudah terkena air sungai hingga kepinggangnya.
"Tuh cewek sok cari perhatian banget sih!" kesal Serena ketika menyadari jika Ariel sedang melihat ke arah Fay.
"Fay ayo kita balik lagi yuk!" ajak Ibeng yang terlalu khawatir jika nanti Fay terjatuh di air sungai dan membuatnya bisa terseret air sungai.
Fay mengangguk dan segera berjalan dengan cepat demi segera menghampiri Anna yang sedang menungguinya dengan tangan yang menngadah ke arahnya.
Byur!
Tiba-tiba saja Fay terjatuh karena salah injak batu dan membuatnya terjatuh ke dalam air sungai. Ketika itu juga kakinya malah keram dan tak bisa digerakan sehingga membuat dirinya tenggelam pada air yang hanya kedalaman sepinggang dirinya saja.
"Fay!!!!" jerit Anna yang hsteris melihat Fay tiba-tiba jatuh dan tenggelam.
Ibeng yang melihat dari kejauhan dia dengan gegas berlari ke arah sungai untuk menyelamatkan Fay.
Akan tetapi dia sudah kalah start dari Ariel yang sudah lebih dulu masuk ke dalam air untuk menyelamatkan Fay.
Ariel meletakan kamera miliknya di sisi sungai tepat di samping Anna yang sedang berdiri juga melepaskan jaket berbahan jeans miliknya.
Dengan wajah yang sangat panik Ariel berusaha berjalan mendekati Fay yang sudah terseret air sungai dan menjauh dari tempat asal dia terjatuh.
"Fay!" panggil Ariel dengan panik.
Fay sudah tak sadarkan diri karena dia sudah terlalu banyak kemasukan air. Fay tak bisa bangkit karena kakinya yang keram dan membuatnya kesulitan untuk bergerak untuk berdiri.
Ariel berhasil menangkap tubuh Fay dan segera menggendongnya berjalan menuju daratan.
Serena yang melihat adegan sang pangeran yang sedang menyalamatkan gadisnya dia semakin kesal. Kakinya terhentak keras ke tanah dengan wajah yang merah memendam kemarahan yang tak bisa terluapkan.
"Ya ampun, Fay?" Anna yang menyangka jika Fay bisa sampai pingsan.
Ariel segera meletakan tubuh Fay dan langsung menutupi bagian dada sampai ke bagian kaki atas Fay.
"Duh, gimana ini?" kata Anna yang bingung harus melakukan pertolongan pada Fay.
Begitu pula dengan Ariel. Dia menepuk-nepuk pelan pada kedua pipi Fay.
"Fay .. Fay ... Fay ... bangun!" panggil Ariel dengan wajah yang basah dengan air yang menetes dari ujung rambutnya ke wajah Fay dan tubuh Fay.
"Harus pake napas buatan!" usul Anna yang baru teringat akan adegan yang ada di dalam drama yang sering dia tonton.
"Apa?"
"Jangan Riel. Jangan mau!" protes Serena yang tak setuju dengan usulan Anna.
"Terus kamu mau Fay mati gitu aja?!" geram Anna yang merasa kesal karena Serena selalu saja ikut campur dalam urusannya dan selalu saja membuat Fay tersiksa sendiri.