Serena merasa tak asing dengan sebuah tas yang sedang dijinjing Ariel ketika masuk ke dalam kelas dan menuju bangkunya.
Serena terus mengamati tas berbentuk kotak di tangan Ariel itu.
Ariel menaruhnya di dalam tas ranselnya. Dia tak ingin jika barang itu akan rusak atau ternoda.
Kemudian dia mengeluarkan kantong plastik berwarna hitam. Dan betapa terkejutnya Ariel ketika melihat isi dari dalam tas plastik itu.
Ariel tersenyum tiada henti. Sampai dia sendiri mengusap wajahnya agar bisa berhenti tersenyum. Entah kenapa semua makanan dan minuman pemberian Fay mampu membuatnya sangat bahagia.
Hal itu tentu saja semakin menaruh kecurigaan pada Serena. Ariel belum pernah tersenyum diam-diam seperti itu. Bahkan pada dirinya Ariel tak pernah bicara jika tak ada hal yang sangat mendesak. Dan sekarang tersenyum. Ariel hanya tak pernah tersenyum pada perempuan manapun.
"Kamu dari mana aja sih Fay?" tanya Anna yang sudah mencari-cari Fay namun tak nampak.
Fay nyengir dengan tubuhnya yang terduduk di bangku.
"Loh? Makanan kamu mana?" Anna menoleh ke tangan Fay yang ternyata kosong tak ada barang bawaan apapun di kedua tangannya Fay.
Fay menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Dih, nih anak ditanya malah senyum-senyum doang!"
"Udah aku masih belum laper kok!" terang Fay.
"Eh, hari ini kita jadikan buat pergi nonton?" tanya Anna.
Keduanya telah berjanji ketika diperjalanan pulang dari perkemahan kemarin jika hari ini akan pergi nonton bersama.
Fay mengangguk.
"Tapi hari ini aku pulang dulu ganti baju. Kamu gimana?"
"Aku ikut rumah kamu aja. Aku udah bawa baju!" kata Anna yang memperlihatkan jika tas ransel sekolahnya penuh mengembung.
Fay mengacungkan jari jempolnya pada Anna bersama dengan senyumannya.
Keduanya pun pergi menonton bersama setelah Fay berganti pakaian dan izin pada kedua orangtuanya.
Di dalam sebuah Mall yang juga terdapat bioskopnya keduanya sengaja berjalan terlebih dahulu demi mengulur waktu sampai tiba waktunya film yang akan mereka tonton dimulai.
Fay berhenti di sebuah toko pakaian yang menampilkan sebuah gaun pernikahan yang sangat cantik.
Pandangnya terpaku dengan wajah yang tersenyum sendiri. Di dalam kepalanya telah banyak angan dan impian pada si gaun pernikahan itu.
"Fay, kita masih SMA, masih banyak perjuangan yang harus kita lalui. Kamu mau langsung nikah?" ganggu Anna sambil mencolek dagu Fay yang belah dan membuyarkan isi kepalanya saat ini.
"Anna!" seru Fay dengan sedikit kesal karena seketika semuanya terbang.
"Aku cuma suka aja sama gaun itu. Bukan mau nikah!" kata Fay memperjelas.
"Tapi, pasti kamu ngarepnya jadi pengantin pakai gaun itu dan nikah sama Ariel 'kan?" tebak Anna yang seratus persen benarnya.
Fay tersenyum. Dia tidak menyangkalnya namun juga tidak mengiyakan.
"udah yuk, kita balik ke tempat nonton. Bentar lagi mulai!" ajak Anna yang melihat jam di tangannya sudah sebentar lagi akan menunjukkan waktu dimulainya tiket film yang mereka pesan tadi.
Fay mengangguk setuju dan berjalan beriringan dengan Anna.
Ketika sampai di depan pintu masuk dan hendak mengambil pesanan popcorn, mereka melihat Serena bersamaan dengan Ariel berduaan masuk ke dalam ruang bioskop.
"Tunggu An!" Fay menarik mundur Anna yang baru saja mengambil makanan dan minumannya.
"Kenapa?" tanya Anna bingung dengan melihat wajah Fay yang agak aneh.
"Tadi aku lihat Ariel sama Serena masuk ke ruang bioskop itu!" kata Fay sambil berjalan mendekati pintu masuk ruangan film yang akan mereka tonton.
"Ah, masa? Mereka ngapain ke sini? pacaran?" tanya Anna bertubi-tubi dan mulai membuat hati Fay menjadi terasa hancur berkeping-keping.
"Kok, kamu malah mikir gitu sih?" rengek Fay.
"Udahlah, kita masuk aja dulu! Kita pastiin di dalam aja!" ajak Anna yang menyeret tubuh Fay untuk seger masuk ke dalam.
Di dalam studio bioskop Fay berusaha mencari sosok Serena dan Ariel yang tadi mereka lihat di depan pintu masuk studio itu.
Dan ternyata benar saja, mereka duduk di kursi yang berada di depan mereka. Fay dapat mengenali mereka dengan melihat jaket yang dipakai oleh Ariel. Itu adalah jaket yang pernah dipinjamkan Ariel pada dirinya sewaktu perkemahan kemarin.
Napas Fay mulai memberat melihat Ariel yang duduk berdekatan dengan Serena. Bahkan terlihat kepala Serena berusaha mencuri-curi waktu untuk bisa merebah pada pundak Ariel.
"Ih, nyebelin banget sih!" umpatnya yang hanya bisa bicara pada dirinya sendiri. Fay meremas-remas kepalan tangannya demi menahan amarahnya di dalam gedung.
"Sut ... udah, tonton aja filmnya. Nih, minum dulu!" kata Anna yang menyodorkan segelas minuman milik Fay demi meredam dan mendinginkan emosi pada diri Fay saat ini.
Fay gegas menyeruput berharap jika api cemburu akan segera padam akan tetapi semuanya menjadi sangat terasa sia-sia saja.
Fay melihat Serena berhasil menyandarkan kepalanya di bahu Ariel dengan sempurna.
"Ih, jijik banget sih!" kesalnya.
"Syut ...!" Anna menempelkan satu jari telunjuknya ke bibirnya dan menyuruh Fay untuk mengecilkan suaranya agar tidak menganggu orang lain yang sedang menonton karena film baru saja dimulai.
Fay mendengus kesal dengan kedua tangannya yang dilipat di depan. Matanya tak bisa fokus pada film yang dia tonton meski memiliki layar yang sangat besar. Dia terlalu terganggu pada penampakan yang lebih mengerikan. Yakni Ariel dan Serena yang berduaan di dalam gedung bioskop.
Sampai berakhirnya film selesai Fay masih saja menahan amarahnya dan ketika lampu bioskop menyala Fay dengan segera bangkit dari tempat duduknya. Bertekad untuk berhenti menyukai apalagi mencintai pria macam Ariel.
"Fay tunggu!" teriak Anna yang terlihat kesusahan ketika dia harus bangkit dari tempat duduknya karena dipenuhi oleh sisa bungkusan makanan.
Anna pun mendapatkan Fay ketika dirinya baru saja selesai membuang semua bungkusan sisa makanan itu ke tempat sampah.
"Kamu ini mau ke mana? Jangan tinggalin aku, kenapa?" protes Anna dengan napasnya yang terengah-engah.
"Kayak Ariel memang pacaran sama Serena deh. Kamu lihat 'kan tadi? Serena nyender-nyender di bahu Ariel gitu!" kata Fay dengan nada yang masih geram.
"Nyesel aku datang nonton hari ini!" katanya lagi.
Anna mendekati Fay dan mengusapi punggung Fay supaya amarahnya segera meredam dan dapat berpikir dengan tenang.
"Kamu mungkin salah lihat. Lagian kita semua tahu, kalau Ariel itu sama Serena emang deket tapi mereka gak pacaran!" jelas Anna.
"Enggak pacaran karena mereka coba bohongi kita. Dia bohongi aku!" kata Fay dengan nada tinggi sehingga orang yang baru saja melaluinya mendengar hal itu sampai menolehkan kepalanya ke arah mereka.
"Kamu jangan nething dulu deh. Udah kita pergi makan aja yuk. Kayaknya kamu laper ini mah. Jadi marah sampai gak bisa mikir dengan tenang!" terang Anna. Padahal sebetulnya dirinyalah yang tengah merasa jika perutnya yang sedang berbunyi keroncongan.
"Aku yang traktir buat sahabatku tercinta yang lain cemburulah!" seru Anna sambil menggandeng Fay yang berharap seruannya itu dapat menghibur Fay dan sejenak melupakan kejadian tadi di dalam studio bioskop.
Dengan mulut yang terkatup geram.