Chereads / Sweet Love Milik Fayolla / Chapter 15 - Perhatian Itu Menyesakan

Chapter 15 - Perhatian Itu Menyesakan

Akhirnya yang mengatar Fay pulang adalah Ariel. Di dalam taksi keduanya saling membuang muka ke kaca jendela mobil.

Hal itu dilakukan Fay demi meredam perasaan gugup dirinya karena ini adalah kali pertama Fay duduk berduaan dengan Ariel. Diwaktu yang sangat romantis seperti adegan dalam drama kebanyakan.

Bibirnya pun sesekali tersenyum tanpa sadar.

"Kita sekarang ke jalan Mawar no 24 aja Pak!" ujar Ariel yang meminta si supir untuk pergi mengantar ke rumah Fay terlebih dahulu meskipun rumah dirinya adalah jarak yang paling dekat dan seharusnya dia yang harus lebih dulu diantar.

"Loh? Riel, bukan seharusnya ke rumah kamu dulu ya?" tanya Fay dengan menegak tubuhnya dan menoleh ke arah Ariel.

"Ini udah malem Fay. Jangan merasa sok berani deh!" kata Ariel yang kembali bernada ketus padanya.

"Tapi, bukan itu maksudku Riel!" Fay sangat ingin menjelaskan maksudnya namun Ariel malah berpikiran aneh padanya.

"Kamu ini merasa hebat dari aku ya?" potong Ariel lagi.

Mendapati Ariel yang seperti itu Fay memutuskan untuk bersikap diam saja dan membiarkan Ariel untuk berbuat semaunya.

Fay kembali membuang mukanya ke arah jendela sampai dirinya sampai di depan rumah. Tepat di depan gerbang rumah Fay.

Fay perlahan membuka pintu taksi dengan raut wajah yang sedikit menyimpan perasaan menyesal karena waktu berduaan bersama Ariel berakhir juga.

"Makasih!" kata Fay pada Ariel yang terlihat dingin dan acuh. Dia tak sedikit pun memandang ke arahnya. Hal itu membuat Fay sedikit geram juga melihat Ariel yang tak pernah berubah sama sekali.

Fay berlari kecil yang kemudian membuka gerbang rumahnya dengan sedikit bertenaga. Ketika itu barulah Ariel melihat ke arahnya dengan perasaan lega karena melihat Fay yang sudah sampai dengan selamat di rumahnya.

***

Keesokan harinya.

Fay sudah datang diwaktu pagi-pagi sekali sambil membawa sebuah kotak bekal makanan yang tak pernah dia bawa sebelumnya. Ketika hendak menaiki tangga dia bertemu papasan bertemu dengan Ibeng yang sedang menuruni tangga.

"Fay!" sapanya sambil melirik ke arah sebuah kotak bekal di tangan Fay.

"Pagi Kak!" sapa Fay seperti biasa dengan sebuah senyuman yang mampu membuat Ibeng tersentuh hingga sampai ke jantungnya.

"Kamu bawa bekal?" tanya Ibeng yang meluapkan rasa penasarannya.

Fay mengangkat sedikit kotak bekal di tangannya. "Iya, ini buat Ariel!" kata Fay yang seketika langsung membuat jantung Ibeng berhenti berdetak dalam waktu beberapa detik saja. Raut wajahnya pun berubah menjadi muram. Senyuman itu hilang dari wajahnya. Namun Fay sama sekali tak menyadarinya. Di dalam kepalanya terlalu banyak memikirkan Ariel.

"Oh. Aku ke kelas dulu ya!" kata Ibeng pamitan dan dengan segera pergi meninggalkan Fay yang masih tersenyum pada kotak makanan yang ada di tangannya.

Fay berjalan perlahan di depan kelas Ariel. Ketika itu ada seseorang yang tak sengaja menabraknya dan hampir saja membuatnya terjatuh.

"Sorry Fay, Sorry!" katanya yang langsung pergi berlari begitu saja.

Fay berhenti sejenak.

"Hari ini Ariel gak masuk ya?" kata seorang teman satu kelas Ariel, Ari yang sedang bercakap-cakap dengan Sherly.

"Iya, tadi malem 'kan dia kecelakaan!" terang Sherly yang langsung membuat mata Fay terbelalak dan terkejut bukan main. Dengan segera dia menghampiri Ari dan Sherly yang sedang duduk di sebuah dinding yang tidak terlalu tinggi.

"Sher, Ri. Ariel kecelakaan gimana?" tanya Fay yang sudah langsung bercucuran keringat dingin di telapak tangannya.

Di dalam kepalanya berusaha menepiskan prasangka buruk. Dia berpikir jika Ariel mengalami kecelakaan setelah dia mengantarkan Fay pulang ke rumahnya.

Ari dan Sherly langsung menoleh seketika pada Fay yang terlihat terengah-engah menatap keduanya.

"Iya, tadi malem. Dia pulang dari Mall katanya kecelakaan. Taksi yang dia naiki nabrak!" jelas Ari yang baru saja mendapatkan kabar dari seorang teman yang adalah tetangga rumah Ariel.

"Tadi malem? Ah?" Fay semakin panik tanpa sadar matanya mulai berkaca-kaca.

Di dalam hatinya penuh dengan perasaan menyesal dan rasa bersalah yang begitu besar. Kenapa tadi malam dia tidak bersikukuh untuk mengantar Ariel saja terlebih dahulu dan malam membiarkan Ariel yang mengantarkan dirinya terlebih dahulu.

"Di-dia... sekarang...." Fay tak bisa melanjutkan kalimatnya. Dadanya terasa sesak untuk berkata-kata karena terlalu memikirkan banyak tentang Ariel dan khawatir pada keadaan Ariel pada saat ini.

Dia pun menarik napas perlahan terlebih dahulu kemudian menghembusnya dengan perlahan juga supaya pasokan udara di dalam dadanya kembali normal.

"Dia sekarang dia ada di rumah sakit mana?" tanya Fay dengan wajah yang sudah memerah menahan air matanya untuk tidak jatuh lebih banyak lagi.

Sherly gegas menenangkan Fay. Dia tahu. Mereka semua tahu bagaimana perasaan Fay yang sudah dengan jelas jika Fay sangat menyukai Ariel. Pasti setelah mendengarkan kabar Ariel seperti ini akan membuatnya menjadi sedih.

Sherly mengelus punggung Fay pelan.

Ari segera mengeluarkan ponselnya untuk melihat riwayat percakapan dirinya di dalam sebuah grup pesan yang membicarakan Ariel dan terdapat rumah sakit di mana Ariel saat ini dirawat.

"Oh, dia ada di rumah sakit Mitra Kasih Abadi!" terang Ari.

"Ah, i-iya. Makasih Ri, Sher!" dengan segera Fay berlari. Dia memutuskan untuk tidak masuk ke kelas hari ini.

Sampai di depa gerbang. Fay yang tidak fokus pada sekitarnya dia tak sengaja menabrak Serena yang ada di hadapannya.

"Ma-maaf, maaf ya!" kata Fay dengan gerakan yang terburu-buru.

"Heh, kalau jalan lihat-lihat dong!" bentak Serena kesal.

Fay langsung memandang ke arah Serena dan terkejut jika yang dia tabrak barusan adalah Serena. Akan menamabah kerumitan, pikir Fay.

"Maaf Ser, aku buru-buru!" kata Fay yang hendak berlari menuju keluar sekolah. Akan tetapi tas ranselnyay ditarik Serena sehingga membuat Fay tak bisa pergi.

"Tunggu!" kata Serena dengan wajahnya yang menaruh kekesalan di wajahnya.

"Ariel masuk rumah sakit. Dia kecelakaan. Pasti semua ini adalah hubungannya sama kamu 'kan?" tanya Serena dengan nada yang membentak. Dia terlihat sangat marah.

Fay meringis. Dia bingung harus mengatakan apa padanya. Dia merasa hal yang harus lebih dia lakukan adalah mendatangi dan menemui Ariel secara langsung untuk memastikan bagaimana kondisinya saat ini.

"Ser, nanti ya, aku jelasinnya. Aku buru-buru ini!" kata Fay yang berusaha melepaskan diri dari cekalan Serena.

"Oh, jadi memang semua ini ada hubungannya sama kamu ya? Jadi, Ariel masuk rumah sakit itu karena kamu. IYA?" tanya Serena dengan nada yang semakin tinggi dan mata yang membulat menatap Fay.

"Serena!" Fay dengan terpaksa dia mengerahkan tenaganya dalam berusaha melepaskan diri dari Serena.

"Maaf, aku harus pergi nanti aku jelasin sama kamu. Aku janji!" kata Fay yang akhirnya dia bisa melepaskan diri dari Serena.

Fay berlari dari keluar sekolah sambil mencari sebuah taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit di mana Ariel saat ini sedang dirawat.

Bruk!

Fay tersandung, dia terjatuh dengan lutut yang berdarah.

"Aduh," Fay meringis kesakitan namun tak terlau dia rasakan. Di dalam kepalanya dia hanya ingin segera sampai ke rumah sakit.