Jam istirahat.
Fay tengah sendirian berada di taman sekolah. Dia tampak sedang asyik membaca buku komik kegemarannya sambil menyumbat kedua telinganya dengan dua buah headset bluetooth tanpa kabel.
Rambutnya yang hitam legam itu diikat setengah sehingga membuat rambutnya masih bisa tersibak oleh hembusan angin yang sangat keras. Namun sama sekali tak dihiraukannya.
"Kamu sendirian aja?" tanya Ibeng yang datang tiba-tiba tanpa menyapanya dan lumayan mengejutkannya.
Fay pun gegas melepaskan headset yang terpasang di kedua telinganya.
"Kak Ibeng!" sapa Fay. Buku komik di tangannya pun lekas ditutup dan langsung membenarkan duduknya dengan tegak.
"Kenapa sendirian?" tanya Ibeng lagi yang seolah masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang pertama tadi.
Fay tersenyum. "Iya, Anna tadi lagi ke perpus buat bikin tugas kelompoknya sama yang lain!" jawab Fay. Tangannya memasukan headset ke dalam saku seragamnya.
"Kamu sendiri kenapa gak ngeerjain tugas?"
"Tugas kelompok aku udah selesai dong! Jadi sekarang bisa leha-leha!" terangnya dengan nada yang bangga.
"Fay, aku mau ngomong sesuatu sama kamu!" katanya yang tiba-tiba saja merubah suasana menjadi sangat terasa berbeda. Tidak. Bukan muram namun lebih ke arah aneh dan ada sebuah perasaan yang tak enak di dalam diri Fay.
"Ngomong apa Kak?" tanya Fay. Fay mulai sering membenarkan duduknya. Tanda jika dia merasa tidak tenang.
"Selama ini kita udah kenal dan deket satu sama lain. Jadi, aku rasa perasaan yang aku punya buat kamu ternyata bukan sekedar temen. Aku...." Mulut Ibeng tertahan di ujung. Dia merasa tak bisa menyelesaikan semua kalimatnya apapun yang terjadi. Harus dihari ini dia mengungkapkan semuanya pada Fay.
Fay mengangkat kedua alisnya dengan sebuah senyuman yang dipaksakan. Tidak butuh waktu lama untuk menebak isi hati Ibeng saat ini bagi Fay.
Fay berharap jika Ibeng tidak benar-benar menyatakan perasaannya pada dirinya sekarang atau pun nanti. Dia merasa tak akan bisa membalasnya. Ya, itu sudah milik orang lain. Ariel.
"Aku suka sama kamu Fay!" ucapnya dengan tegas dan terdengar jelas di telinga Fay yang sudah tak lagi tertutup headset.
Fay terdiam mematung. Benar. Benar apa yang baru saja dipikirkan oleh Fay. Ibeng benar-benar menyatakan cintanya.
Fay masih terdiam meskipun Ibeng saat ini sedang menyodorkan sebuah coklat di depannya dan juga sebuah kotak entah apa isinya berwarna merah terang.
Fay menarik napas panjang. Dia memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum di depan Ibeng.
"Terima kasih Kak. Tapi...."
"Fay aku gak butuh jawaban kamu sekarang. Aku akan nunggu sampai satu minggu ini sampai kamu siap untuk jawab!" Ibeng dengan sengaja memotong kalimat yang akan dikatakan oleh Fay.
Entah apa alasannya. Padahal tadi Fay berniat untuk langsung mengatakan jawabannya. Namun malah Ibeng sendiri yang memintanya untuk menunda.
"ini untuk kamu!" katanya yang menyimpan coklat dan sebuah kotak itu di atas kursi panjang sebelah Fay. Ibeng pun gegas pergi bah tengah melarikan diri.
Melihat Ibeng yang pergi tiba-tiba dan menyatakan cinta yang super tiba-tiba juga membuat Fay menjadi sangat kebingungan sendiri.
Dia hanya bisa menatap barang-barang yang baru saja disimpan Ibeng di sampingnya.
Bel tanda habisnya jam istirahat pun berbunyi. Fay pun segera kembali dengan membawa serta semua barang pemberian Ibeng dia sendiri tak tahu harus diapakan semua pemberian itu karena dia tak mau Ibeng menjadi salah paham terhadapnya jika dia menerima barang itu apalagi jika sampai dia membuangnya.
Fay berjalan di lorong menuju kelasnya. Ketika itu dia baru saja melewati pintu kelas Ariel. Di sana pula ada Ariel yang sedang berdiri bersama dengan temannya sedang mengobrol.
Ariel menatap teliti pada Fay yang berjalan lurus melewatinya. Matanya tertuju langsung pada coklat dan juga sebuah kotak di tangan Fay.
"Fay!" terdengar suara Anna dari arah belakang yang memanggil Fay dan membuat Fay berhenti seketika untuk membalikan tubuhnya ke arah Anna.
Fay tersenyum sambil melambaikan tangan yang tengah memegangi coklat dan kotak itu. Tanpa sengaja hal itu membuat jelas semuanya di depan mata Ariel.
Anna berlari cepat ke arah Fay dengan napas yang terengah-engah.
"Kamu habis dari mana?" tanya Anna yang melihat ada sebuah benda asing di tangan Fay.
"Dari taman!" jawab Fay singkat.
Ariel terus saja menatap ke arah Fay dan Anna yang perlahan berjalan menjauhinya.
"Ariel!" Serena datang memecahkan segalanya. Raut wajah Ariel seketika berubah menjadi muram dan kesal karena kedatangan Serena membuat Fay dan Anna berjalan dengan cepat dan menghentikan percakapan mereka.
"Kamu udah ngerjain tugas bahasa indonesia belum?" tanya Serena dengan tubuh yang condong ke arah Ariel.
"Udah!" singkat Ariel yang perlahan menjauhkan tubuhnya dari Serena. Dia terlalu risih setiap kali Serena terus saja menempel kepadanya seperti itu.
"Aku lihat ya!" pinta Serena dengan nada dan gaya manjanya yang sangat membuat Ariel semakin muak setiap harinya.
"Kamu kerjain sendiri aja. Aku masih ada urusan lain!" kata Ariel yang pergi meninggalkan Serena dengan wajah kesal.
Mulutnya mendesah kesal melihat Ariel yang masih saja acuh terhadapnya.
"Pasti Fayyola lagi!" lirihnya ambil meremas-remas tangannya sendiri menahan amarah.
Fay terus digoda oleh Anna sampai ke kelas setelah mendengar penjelasan akan asal muasal si coklat dan juga kotak berwarna merah terang itu.
"Jadi, kalian udah jadian dong!!" seru Anna sambil mencolek dagu belah milik Fay.
"Apa sih! Aku sama Kak Ibeng tetep temenan. Aku sama sekali gak bilang iya sama dia!" jelas Fay yang menaruh semua barang pemberian Ibeng ke dalam tasnya.
"Lah, terus itu semua barang pemberian dia kenapa ada di tangan kamu?" heran Anna yang melihat Fay malah menaruh barang-barang itu ke dalam tasnya.
Biasanya jika seseorang menerima ungkapan sebuah cinta dari seseorang maka itu artinya dia telah menerima cintanya. Itu yang sedari tadi ada di dalam pikiran Anna.
"Tadi Kak Ibeng maksa aku buat nerima ini dan langsung pergi. Malahan aku belum jawab iya atau gak, dia bilang jangan jawab sekarang dan langsung pergi!" terang Fay dengan raut wajah serius.
Dia sendiri masih merasa kurang enak hati setelah pernyataan cinta dari Ibeng dan ingin segera memperjelas semuanya dari pada menunda-nundanya sampai satu minggu lamanya.
"Jadi? Kamu dipaksa?" Anna langsung membulatkan bola matanya dan hampir keluar dari tempatnya.
Fay menggelengkan kepalanya. "Bukan. Aku gak jawab apapun. Nanti juga aku kembaliin ini semua!" Fay merasa dirinya tak pantas untuk menerima semua barang-barang yang diberikan Ibeng untuknya termasuk dengan pernyataan cinta Ibeng.
Anna menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia sedikit bingung. "Kamu sendiri mau jawab apa?" tanya Anna yang malah menjadi penasaran dengan jawaban dari pernyataan cinta Ibeng pada sahabatnya itu.