Chereads / Sweet Love Milik Fayolla / Chapter 24 - Perasaan Yang Tak Bisa Dikatakan

Chapter 24 - Perasaan Yang Tak Bisa Dikatakan

Dalam perjalanannya mengantar Fay pulang. Ariel memutuskan untuk berhenti di tengah jalanan tepat di sisi sebuah taman yang memiliki pohonan yang lumayan rindang.

"Ah? Kenapa berhenti?" tanya Fay bingung.

"Turun dulu!" kata Ariel yang mematikan mesin motornya dan kemudian mencabut kunci motornya dan memasukannya ke dalam saku seragam.

Tanpa mau bertanya lagi. Fay pun gegas turun sesuai permintaan Ariel. Dia berdiri tepat di bawah pohon yang rindang.

Matanya melihat ke arah Ariel yang sedang membuka helmnya dan menaruhnya di atas badan motor.

Dia pun berjalan perlahan ke arah Fay dengan raut wajahnya terlihat dingin namun menbingungkan.

Greb!

Tangan Ariel menepi di helm yang masih terpasang di kepala Fay. Dia pun langsung membantu Fay melepas helm dan menaruhnya di stang motor miliknya.

"Ada apa?" tanya Fay yang terlihat canggung. Suasana saat ini benar-benar membuatnya terlalu banyak berpikir apa sebenarnya yang ingin dilakukan Ariel dengan berhenti di sisi jalan seperti itu.

"Kamu kemarin kenapa nolak Kak Ibeng?" tanya Ariel yang membuat Fay sedikit terkejut.

"Hah?" Fay tak menyangka jika Ariel menyisikan motornya di sisi jalanan demi menanyakan hal itu. Seharusnya dia tahu sendiri alasannya.

Namun memang dasar pria berhati es. Mana mungkin Ariel begitu saja mengerti dan tahu alasan Fay menolak cintanya si kakak kelas yang populer itu.

"Adegan kamu nolak dia sampe ada bukti rekamannya itu, sengaja kalian buat atau gimana?" Ariel kembali bertanya hal yang tak diduga oleh Fay.

"Kenapa nanya itu? Aku sendiri aja gak tahu siapa yang rekam. Kenapa obrolan aku sama Kak Ibeng bisa kesebar kayak gitu!" terang Fay dengan raut wajah yang sedikit tegang.

Meskipun dirinya dan Ariel sudah kembali berinteraksi namun dirinya masih saja merasa canggung dan tegang bila mengobrol berdua saja dengan Ariel seperti itu.

"Kamu belum jawab kenapa kamu sampe nolak dia!" Ariel masih dengan pertanyaannya yang sama.

Bola mata Fay menatap tajam pada Ariel dengan sebuah keberanian yang baru saja berhasil dia kumpulkan.

"Itu urusan aku. Gak ada yang berhak tahu!" jawab Fay yang membuat Ariel agak kurang puas dengan jawaban yang diberikan Fay.

Mendapati tatapan dari Fay yang begitu berani dan tak biasanya. Ariel malah tersenyum diam-diam. Ada sebuah sisi kegirangan di raut wajahnya dan itu tak disukai Fay karena mengira sedang menertawakannya.

"Aku pulang sendiri aja, aku gak mau lagi ada bully!" ucap Fay yang gegas melepaskan jaket yang sejak tadi dipakainya.

Fay langsung melemparkan jaket itu pada Ariel sehingga membuatnya kembali terlihat memakai seragam yang masih basah dan membuat pakaian dalam Fay, tangtopnya yang berwarna merah muda itu terlihat jelas.

Dia merasa sedang sangat sial seperti ini. Orang yang dia sukai malah semakin menambah dirinya tersudut dengan sebuah ketaknyamanan. Juga malah menertawakan dirinya yang konyol karena rekaman penolakan dirinya pada Fay. Padahal apa yang salah dengan rekaman itu? Normal biasa saja. Semua orang pasti akan mengalami hal yang sama jika mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang yang sama sekali tak dia cintai.

Namun melihat Fay melepas dan jaket dan melemparkan ke arahnya. Dengan segera Ariel berjalan cepat untuk menghampiri Fay dan kembali memakaikan jaket itu ke tubuhnya Fay.

"Kamu ini mau ngumbar badan kamu yang kurus kayak ayam gitu ya? Mana pake daleman pink gitu!" seru Ariel dengan nada yang terdengar ketus.

Fay terkejut. Ternyata pakaiannya masih basah.

Fay bukan hanya terkejut dengan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Ariel. Namun dia juga terkejut dengan perlakuan Ariel yang memaksanya untuk memakai jaket miliknya hingga terlihat jika Ariel seperti sedang memeluknya dari arah belakang.

Seketika tersirat dalam benak Fay jika dia telah menyesal telah menyukai pria macam Ariel yang memiliki mulut tajam seperti itu.

Bentuk kekesalan itu hanya bisa dia luapkan melalui tatapan tajamnya padanya Ariel dengan bola matanya tersudut di kelopak mata.

"Udah, ayo pulang!" Ariel kembali memakai helmnya dan juga memakaikan kembali helm di kepala Fay. Tidak lupa dia mengaitkan kunci helm yang terpasang di bagian leher Fay.

***

Keesokan harinya.

Di sekolah hari ini ada sebuah acara pentas seni yang sedang digelar oleh kakak kelas tigamereka sebagai penilaian dari pelajaran kesenian dan keterampilan siswa.

Terlihat sebuah panggung yang terlihat tak terlalu megah sudah siap dengan hiasan ala kadarnya. Pot bunga yang biasa menghiasi depan kelas dan kantor guru untuk sementara digunakan untuk menghiasi sekitaran panggung agar terlihat indah dan asri.

"Wah, ada pensi nih!" seru Anna yang datang berjalan bersamaan dengan Fay memasuki sekokah ketika sampai di halaman lapangan basket.

"Ini kayaknya yang diomongin Bu Ani, katanya anak kelas tiga mau buat pentas buat pelajaran kesenian gitu!" terang Fay yang mengulangi apa yang pernah didengarnya dari guru pelajaran kesenian yang mengajar di kelasnya.

"Oh. Ada Kak Ibeng dong?" seru Anna yang sedikit menggoda Fay.

"Hem...."

Halis mata Fay terangkat satu.

"Fay!" seketika langkah kaki keduanya langsung terhenti oleh panggilan itu. Dan membuat keduanya bersamaan membalikan tubuh mereka untuk melihat siapa yang memanggil Fay barusan.

"Kamu..." Fay merasa tak asing dengan seorang anak laki-laki yang saat ini sedang berdiri di depannya dengan senyumannya yang lebar itu.

Melihat dari pakaian seragam yang dipakai anak laki-laki itu membuat Fay kebingungan karena tak ada satupun tanda lokasi sekolah yang menempel di sana.

Semua anak murid di sekolahnya pasti mengenaikan logo lokasi asal sekolah sesuai dengan peraturan yang dibuat para guru. Bila tidak pasti siapa saja akan terkena sanksi keras dari guru BK.

Fay masih belum mengenali siapa anak laki-laki yang terlihat begitu akrab dengannya. Terlihat dari senyumannya yang lebar juga lambaian tangannya yang terlihat sangat yakin jika dirinya dan Fay adalah teman lama yang sudah saling kenal sejak lama.

Setelah melihat reaksi Fay yang tampak tak mengenali dirinya dia seketika memasang raut wajah yang kecewa.

"Kamu lupa lagi sama aku?" tanyanya dengan rengekan kecil.

Hal itu membuat Fay menyegir geli melihat seorang laki-laki yang melakukan hal seperti bayi itu. Namun tidak untuk Anna. Baginya itu adalah prilaku yang sangat menggemaskan. Anna terlihat menyukai anak laki-laki itu.

Fay seketika terdiam.

Dia mencoba untuk mengali memori yang telah terpendam terlalu dalam sehingga banyak memori ingatan yang telah dia hilangkan termasuk pada anak laki-laki yang ada di depannya itu.

"Kamu anak baru ya?" tanya Anna yang memotong pembicaraan dan kebingungan yang sedang dilakukan Fay.

"Iya, aku pindahkan dari Bogor!" jawabnya dengan kembali tersenyum karen ternyata masih ada yang mau akrab dengannya meskipun saat ini Fay masih belum mengenali dirinya.