Fay dan Ariel berada di lantai gedung sekolah paling atas. Fay merasa heran dengan sikap Ariel untuk saat ini. Dia tahu jelas bagaimana sifat dan sikap biasa Ariel padanya.
"Ada apa?" tanya Fay yang langsung menanyakan rasa penasarannya pada Ariel yang sedang duduk di sebuah meja yang sudah usang tak terpakai.
Ariel yang gegas menjawabnya. Dia malah terlihat asyik menatap lantai dan sepatunya saja.
"Riel!" panggil Fay dengan nada yang sedikit kesal karena dirinya diacuhkan hanya demi menatap sebuah lantai saja.
"Apa?"
"Lah, kok, malah nanya sih? Aku 'kan tadi nanya sama kamu." Fay memprotes namun Ariel masih saja tidak mau menjawab pertanyaannya.
"Ngapain ngajak aku ke sini?" tanya Fay yang akhirnya duduk di samping Ariel dengan tatapan sepenuhnya pada Ariel.
Seketika keberadaan Fay di sampingnya membuat Ariel seketika menjadi menegangkan tubuhnya. Dari dalam dirinya tiba-tiba saja merasakan ada sebuah setrum yang mengejutkan jantung dan perasaannya.
"Aku cuma mau ngajakin orang yang lagi bosen hidup aja. Barang kali dia mau hilangin rasa bosennya dengan loncat dari gedung ini!" ucap Ariel yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Fay.
Kejam. Tega. Itulah yang kini ada di dalam pikiran Fay mengenai Ariel yang selalu bermulut kasar dan dingin tanpa perasaan.
"Apa sih? Aneh!"
Fay merasa kesal dan berniat untuk kembali lagi saja ke kantin. Namun ketika itu Ariel langsung mencekal lengannya.
"Udah di sini aja temenin aku untuk satu jam aja!" ucapnya dengan wajah yang lagi-lagi tak pernah menatap ke arah Fay langsung. Namun sentuhan tangan Ariel dan juga suaranya mampu meluluhkan Fay dengan mudah.
Fay menarik napasnya disaat itu pula Ariel melepaskan tangannya dari Fay.
"Ya!" singkat Fay yang memilih duduk di sebuah kursi lain yang terlihat lebih kokoh agar tidak ambruk ketika dia duduki. Tentu itu akan membuat hal yang memalukan di depan Ariel jika hal itu terjadi.
Sepuluh menit berlalu.
Fay tetap dalam duduknya dan tak berani menolehkan kepalanya ke arah Ariel. Dia sendiri menjadi terasa membeku kaku.
"Nanti sabtu kamu bisa keluar rumah?" tanya Ariel tiba-tiba. Seketika leher Fay dapat dengan mudahnya menoleh ke arah Ariel.
"Hah?Euh?" Fay malah kebingungan sendiri.
"Gak bisa?"
"Ah? Bisa-bisa! Kenapa emang?" Fay tampak terburu-buru melontarkan pertanyaan itu pada Ariel sehingga membuat dirinya sendiri menjadi malu.
Ariel tersenyum tipis.
"Aku jemput jam sepuluh!" sambung Ariel.
"Eh, tunggu!" Fay beranjak dari duduk dan berjalan lalu berdiri tepat di depan Ariel yang masih duduk di atas meja itu.
"Bukannya hari sabtu biasanya kamu ada latihan basket ya?" Fay sangat mengingat jelas akancsetiap jadwal kegiatan Ariel di sekolah. Bahkan dia sendiri memiliki buku catatannya sendiri.
"Udah jangan banyak tanya, bisa atau gak?"
"Bisa-bisa!" Fay gegas menganggukan kepalanya supaya mempertegas jika dirinya memang bisa diajak nanti sabtu oleh Ariel.
Mana mungkin dia akan menyia-nyiakan ajakan dari seorang Ariel. Ini adalah kali pertamanya dirinya diajak pergi di lingkungan sekolah.
"Ki-kita, pergi berdua aja?" tanya Fay dengan wajah yang memerah karena malu. Saat ini jantungnya tengah berdetak hebat namun mampu dia dengan caranya sendiri.
Ariel nampak mendengus kesal ketika mendengar pertanyaan dari Fay.
"Kamu keberatan ya kalau pergi berdua sama aku?" Ariel memutar mata sipitnya ke arah Fay dengan sinis.
"Ah? Eung? Enggak kok. Okey! Nanti sabtu 'kan jam sepuluh!" sepakat Fay dengan mengacungkan kedua jempol tangannya ke hadapan Ariel dengan senyuman yang lebar.
"Heum!" gumam Ariel yang hanya selintas saja melihat wajah Fay yang tersenyum padanya dengan sangat indah. Sebetulnya hal itu mampu membuat Ariel sendiri ikut tersenyum oleh aura yang dipancarkan Fay.
Satu jam yang tadi diminta Ariel sudah berlalu. Ternyata keduanya sedang asyik satu sama lain membicarakan sebuah tokoh film anime detective conan.
Akan tetapi, tampaknya hal itu seperti tengah dijadikan bahan kesempatan oleh Ariel. Dirinya terus menatap dengan mata yang tak berkedip ketika Fay tertawa dan bercerita padanya. Meski sesekali Fay sendiri yang menangkap tatapan itu sehingga membuat Ariel gegas mengalihkan pandangannya karena terkejut dan malu karena ketahuan.
"Ah, udah lebih dari satu jam ini!" ucap Fay ketika menatap jam di ponselnya yang tanpa dia sadari jika wallpaper ponselnya adalah foto Ariel yang dia ambil diam-diam.
"Itu...." Mata Ariel langsung berpusat pada ponsel Fay yang dengan jelas itu adalah dirinya yang sedang duduk di bangkunya di dalam kelasnya sendiri.
"Hah?" Fay seketika tersadar dan langsung menyembunyikan ponselnya dari Ariel. Berharap jika Ariel tidak melihatnya tadi.
"Apa? Hehe..." seketika Fay menjadi canggung kembali. Dia merasa sangat malu. Kedua pipinya memerah dengan wajah yang meringis.
"Coba aku pinjam hape kamu!" pinta Ariel yang langsung menengadahkan telapak tangannya ke hadapan Fay.
"Eum? Enggak. Batrenya udah habis!" kata Fay menggelengkan kepalanya. Dia tak akan pernah mau memberikan ponselnya yang masih menggunakan wallpaper pria yang disukainya pada Ariel.
"Aku cuma lihat sebentar aja, tadi kulihat masih banyak delapan puluh lima persen!" ucap Ariel.
"Mau apa emangnya?" dengan segera Fay menyembunyikan ponselnya ke belakang tubuhnya dengan menyimpan di kursi yang ada di belakangnya.
Ariel beranjak dari meja dan berpindah duduk di kursi yang dia pindahkan ke hadapan Fay.
"Aku cuma mau pinjem sebentar aja! Pelit banget sih!" Ariel mulai tak bisa diam. Dia mencoba mengambil ponsel Fay yang ada di belakang tubuh Fay.
"Gak mau ih, apaan sih. Emangnya kamu sendiri gak punya hape?" Fay masih saja mempertahankan ponselnya dari tangan Ariel.
"Hape aku ada di kelas!" ucap Ariel beralasan.
"Ya udah, kita kelas kamu aja!" ucap Fay yang beranjak dari duduknya dan masih menyembunyikan ponselnya di belakang tubuhnya.
Ariel tak mengiyakan atau pun mengatakan tidak pada Fay. Dia malah menarik tangan Fay ke arahnya sehingga Fay duduk tepat di atas pangkuannya.
Hap, Ariel berhasil mengambil ponsel itu dari tangan Fay.
Seketika Fay terlupakan akan ponselnya yang sedang ada di tangan Ariel. Sedangkan Ariel sendiri tengah asyik melihat wallpaper ponselnya miliknya. Terlihat senyuman yang lebar di wajah.
Mendapati Fay yang terlihat sangat terkejut dengan adegan tersebut. Bahkan Fay masih menatao ke arahnya dengan mata yang membulat juga mulut yang sedikit terbuka. Fay benar-benar tampak seperti sedang membeku.
Jantungnya bukan lagi sedang berdetak kecang namun dalam waktu beberapa detik jantungnya berhenti berdetak juga oksigen yang menjadi kosong di dalamnya.
Jepret!
Ariel berhasil mengambil sebuah foto dirinya dan Fay yang sedang terpaku menatapnya.
"Eh?!" barulah Fay tersadar dengan sendiri dan segera mengambil ponsel itu dari tangannya.