Chereads / Sweet Love Milik Fayolla / Chapter 25 - Teman Lama Sangat Akrab

Chapter 25 - Teman Lama Sangat Akrab

Anak laki-laki itu berjalan lebih dekat lagi pada Fay. Dia sepertinya harus memperkenalkan kembali dirinya pada Fay agar dirinya dapat kembali ke dalam ingatan Fay.

"Aku Galih!" katanya dengan menjulurkan tangan ke arah Fay dengan senyuman yang masih mengembang lebar.

Seketika Ingatan di dalam kepala Fay datang dan kembali seketika. Galih teman Fay semasa TK. Di mana dia adalah anak laki-laki yang hampir tak bisa dia lupakan karena pernah buang air kecil di celana ketika berlari dikejar seekor kucing yang dibawa oleh Fay.

"Ah, iya! Kamu Galih!" seru Fay dengan menunjukan jari telunjuknya ke arahnya dengan tatapan yang sedari tadi diharapkan oleh Galih untuknya.

"Iya, aku inget! Kamu yang pernah di...."

Seketika mulut Fay langsung dibekamnya dengan segera oleh Galih agar dia tak melanjutkan kalimat yang mungkin akan membuatnya dipermalukan oleh ucapan yang tak dijaga Fay.

Keduanya pun tertawa pecah. Anna hanya tertawa bingung melihat Fay yang ternyata memiliki seorang teman laki-laki dimasa kecilnya yang tak pernah dia tahu selama ini. Ini benar-benar sangat mengejutkan namun lumayan bagus juga untuk kebaikan Fay sendiri menurut Anna.

"Kamu kenapa masih inget itu sih?" wajah raut kecewa tersirat di wajah Fay. Dia tak menyangka jika Fay akan mengingat sampai selama ini kenangan masa lalunya yang hampir saja dia lupakan. Dia teringat kembali karena Fay baru saja hampir mengatakannya dengan jelas.

"Itu gak akan bisa lupain lah!" seru Fay langsung merangkul pundak Galih. Memang dirinya dengan Galih sangat akrab ketika masa kecil mereka. Bermain bersama, makan bersama bahkan keduanya pernah tidur bersama berhari-hari ketika kedua orangtua Fay ada urusan dan dirinya dititipkan di rumah Galih untuk sementara.

"Eh iya, kenalin ini sahabatku. Namanya Anna!" Fay tak lupa memperkenalkan Anna yang sedari tampak seperti orang bodoh melihat Fay dan Galih sangat akrab walau pun keduanya baru kembali bertemu dengan waktu yang sangat lama.

Anna segera menyodorkan tangannya ke arah Galih dengan melontarkan senyuman yang lebar.

"Anna!"

"Aku Galih! Makasih udah jadi teman si kucir ini ya!" terang Galih.

"Ih... Apaan sih. Masih aja manggil itu ya...."

Fay menarik kerah seragam Galih hingga Galih sendiri tertarik hampir mengenai wajah Fay.

"Loh? Memangnya udah berubah ya?" Galih malah seketika gugup di depan wajah polos Fay. Dia pun segera menghilangkan perasaan itu dengan menjauhkan wajahnya dari Fay.

"Udah, antar aku kelas dua H di mana ya?" tanya Galih mengalihkan pembicaraan.

"Ah? Dua H? Itu 'kan kelas kita Fay!" sahut Anna yang memastikan pada Fay.

"Wah... kita satu kelas Ga!" seru Fay dengan menepuk lengan Fay dengan sembarang.

"Ya udah ayo anter aku sekarang!" pinta Galih.

Akhirnya Galih pun diantarkan ke kelas barunya oleh kedua putri yang juga penghuni kelas yang kini akan menjadi tempatnya belajar dan menimba ilmu sampai lulus nanti di sekolah menengah atas ini.

Fay begitu tenangnya dirangkul oleh Galih yang sudah dianggapnya sebagai kakak laki-lakinya.

Di satu sisi.

Dari kejauhan Ariel sudah mengamati dari awal Fay yang disapa oleh Galih. Dia hanya bisa tertegun diam dengan tatapannya yang datar.

"Makanya, kalau punya perasaan langsung ungkapin aja! Jadinya 'kan malah ditikung lagi sama yang lain lagi!" seru Restu yang sedari tadi juga memperhatikan sikap cemburunya seorang Ariel yang hanya bisa diam dengan kedua telapak tangan yang terkepal menyimpan kekesalan di dalamnya.

"Jadi, Galih itu temen kamu waktu TK ya?" tanya Anna yang memastikan pada Fay. Sedari tadi sejak bertemu Galih, perhatian Fay sedikit teralihkan. Dan baru ada waktu sekarang ini untuk bisa mengobrol dengan dirinya.

"Iya, aku gak nyangka dia bisa masuk sekolah di sini sama aku!" tutur Fay yang terlihat senang.

"Dia orangnya friendly banget ya? Gampang banget kenal sama orang lain juga kelihatan gak pilih-pilih temen kayaknya!" Anna seketika seperti telah sudah mengenal Galih sejak lama hanya melihat dari cara Galih berinteraksi dengan beberapa teman yang lainnya.

"Iya gitu, tapi kamu tahu gak sih, dia itu dulunya pemalu banget. Susah kenal sama orang lain dan cuma bisa temenan sama aku aja!" Fay mulai menceritakan masalalunya bersama Galih dimasalalu.

"Oh ya?" Anna memasang wajah yang tak percaya.

Anna mendengarkan cerita Fay dengan raut wajah yang serius. Dari luar kelas Ariel yang terlihat sedang berdiri menatap ke dalam kelas. Dia sedang memperhatikan Fay sedang asyik bercerita tanpa menyadari adanya Ariel yang begitu perhatian menatap ke arahnya.

Tersirat di dalam tatapan Ariel jika dirinya ingin mengungkap sesuatu hal pada Fay akan tetap masih ragu karena kurangnya keberanian di dalam dirinya.

Di jam istirahat.

Halaman lapangan sekolah semakin ramai oleh pementasan seni yang menjadi konser dadakan untuk para siswa yang menontonnya. Mereka bah sedang menonton penyanyi kesayangan mereka dengan lagu andalannya.

Fay sendiri untuk tidak menonton pementasan tersebut karena merasa masih trauma dengan permasalahan dirinya dengan kakak kelas perempuannya. Dia tak ingin disangka seperti yang sudah-sudah. Cukup kemarin saja dia berteman dengan seorang laki-laki yang memiliki banyak penggemarnya.

Hanya bertemankan sebuah ponsel yang ada di tangannya Fay duduk dengan malasnya.

"Kenapa di sini sendirian?" tanya Ariel yang tiba-tiba saja datang dengan tangan yang mengebrak meja. Tentu saja hal itu benar-benar menbuat Fay sangat terkejut hingga terperanjat.

"Ariel!" seru Fay protes dengan wajah yang terlihat terkejut.

Ariel duduk di depan Fay sambil menatapnya.

"Kamu kenapa di sini?" Fay merasa jika Ariel menghampiri dirinya ketika di kantin tampak lenggang. Tak terlalu banyak murid lainnya. Mungkin bisa dihitung dengan jari, dan itu bagi Fay sangat menakutkan. Dia tak ingin Serena tiba-tiba saja berbuat masalah dengannya.

"Jangan nanyain orang! Kamu sendiri aja di sini sendirian!" timpal Ariel dengan nada yang seperti biasa. Bernada ketus juga dingin.

"Aku males aja. Lagian gak seru!" terang Fay singkat.

Fay kembali meletakan dagunya di atas meja tempat biasanya dia meletakan mangkok baso di sana. Tangannya memutar-mutar ponselnya.

"Ikut aku!" ajak Ariel yang sudah berdiri lebih dulu dari dirinya. Dia bahkan menunggu Fay mengikutinya dengan segera.

"Hah? Mau ke mana?" Fay mengerutkan keningnya dengan tubuh yang menegak.

"Udah ayo ikut aja deh!"Ariel yang tak sabaran dia pun akhirnya menarik lengan Fay dengan paksaan yang membuat sedikit tertarik olehnya.

Dengan perasaan bingung campur aduk Fay hanya bisa menatap tangannya yang sedang dituntun oleh Ariel. Laki-laki yang sangat dia suka sampai membuatnya terkadang tak bisa bernafas dengan baik seperti sekarang ini. Bibirnya tertarik kesudut. Dia tersenyum senang. Merasa sedang menjadi anak perempuan yang paling beruntung.