Ariel menekan tombol putar pada video rekaman antara Fay dan Ibeng. Dia baru kali ini membuka pesan percakapan grup sekolah.
Perasaan itu datang campur aduk membuatnya menarik napas dalam-dalam. Yang ada di dalam kepalanya saat ini hanyalah Fay seorang.
Tangannya kembali memasukan ponsel ke dalam sakunya. Seketika Ariel pun gegas mempercepat langkahnya.
Sesampainya di kantin dia tak menemukan Fay seperti yang dia dengar jika Fay ada di sana.
"Lah, katanya gak peduli lagi sama Fay!" sindir restu yang memergoki Ariel berwajah cemas mendatangi kantin.
"Di mana Fay?" Ariel malas untuk berbasa-basi saat ini. Dia hanya ingin melihat keadaan Fay saja.
"Toilet, di lagi bersihin ba..." belum juga Restu menyelesaikan kalimatnya, Ariel sudah pergi melarikan diri ke tempat yang baru saja diberi tahu Restu.
Langkahnya semakin luas dengan lari yang terburu-buru.
"Gimana Fay? Masih nempel ga yang ijo-ijonya?" teriak Anna dari luar kamar mandi.
"Lumayan, cuman seragam jadi basah kuyup gini An!" balas Fay dari dalam kamar mandi.
"Kita bisa keringin di lapangan. Sekarang lagi terik kok!" sahut Anna lagi pada Fay.
"Duh, mana keburu An, sebentar lagi 'kan ada pelajaran matematika. Kamu bawa jaket ga?" tanya Fay lagi. Dia berusaha untuk menutupi seragamnya yang basah.
"Yah... Gak Fay!" seru Anna dengan wajah yang sangat menyesal.
Tak lama Fay pun keluar dengan tubuh yang basah kuyup. Hampir seluruh seragam bagian atas Fay basah semua. Rok bawahannya pun ikut basah karena terciprati air ketika membersihkan kotoran.
"Ya ampun Fay!" Anna tak menyangka jika tubuh Fay akan sebasah itu.
"Ini mah kamu mandi Fay!" kata Anna lagi.
"Kamu pulang aja deh, aku anter yuk!" saran Anna. Dia merasa tak mungkin jika harus memaksakan untuk masuk kelas melihat seragam Fay yang basah kuyup seperti itu.
"Ih, pulang gimana sih? Masih ada jam pelajaran..." Fay mulai merasa kedinginan karena seragamnya yang basah menempel kulit tubuhnya. Suaranya sedikit bergetar.
"Kamu harus pulang, nanti kamu sakit. Lihat kamu gemetaran gitu!" Anna menunjuk pada Fay yang terlihat menggigil dengan hentakan gigi Fay yang berbunyi.
"Aku anter kamu pulang!" tiba-tiba saja Ariel datang sambil menanggalkan jaket miliknya ke pundak Fay untuk menutupi seragam Fay yang basah.
Seketika hal itu membuat Fay dan Anna terkejut.
Fay langsung melepaskan kembali jaket yang baru saja diberikan Ariel untuknya. Dia dengan tegas mengembalikan jaket itu ke tangan Ariel.
"Aku gak butuh jaket kamu!" ucap Fay dengan nada ketus. Wajahnya pun seirama dengan nada bicaranya.
"Kamu mau sakit ya? Mau nyusahin orang lebih banyak lagi!" ucap Ariel yang memaksa Fay untuk kembali memakai jaket miliknya.
"Apaan sih, aku bilang gak butuh!" Fay masih berusaha untuk melepaskan jaket milik Ariel dari tubuhnya ketika Ariel sendiri memaksanya untuk tetap memakai jaket miliknya.
"Kamu itu lagi basah kuyup, lihat semuanya kelihatan jadi transparan!" ucap Ariel yang membuat Fay seketika langsung terdiam dan memerhatikan tubuhnya. Dengan segera dia pun gegas menutupi tubuh bagian atasnya dengan jaket milik Ariel.
Anna tersenyum tipis. Dia tak ingin terlihat senang di depan Fay. Akhirnya pangeran menyelamat Fay datang juga.
"Jadi?" Anna menantikan kepastian dari Fay untuk tetap berada di sekolah atau pulang saja ke rumah?
"Kamu balik ke kelas aja, biar Fay aku yang urus!" kata Ariel pada Anna dengan memegangi kedua pundak Fay. Seolah dia tengah mengambil alih kepemilikan Fay dari tangan Anna.
"Okay!" seru Anna membentuk jari tangannya huruf O dan huruf K. Kemudian dia pun pergi menghilang tak menghiraukan panggilan Fay padanya.
"An, ih... Anna!" Fay merasa akan menjadi canggung jika dirinya ditinggalkan berduaan saja bersama Ariel.
Fay masih merasa kesal ketika Ariel memalingkan wajahnya dari juga perkataan ketus Ariel padanya ketika dia sendirian tengah ditimpa masalah.
"Aku pulang sendiri aja!" kata Fay yang berjalan cepat meninggalkan Ariel di depan toilet wanita.
Ariel terlihat bisa tersenyum lega melihat Fay yang akhirnya mau mengenakan jaket miliknya lagi.
Dari arah belakang dia mengikuti langkah Fay diam-diam. Bagaimana pun Fay harus pulang dengan diantarkan olehnya.
Fay bersamaan dengan tasnya sedang berjalan di lorong kelas menuju gerbang sekolah yang sudah tampak agak sepi karena jam pelajaran sudah kembali dimulai dan para murid yang lain pun sudah masuk ke kelas mereka masing-masing.
Ketika itu dia tiba-tiba saja dihadang oleh Ibeng.
"Fay! Kamu mau ke mana?"tanyanya dengan wajah yang terlihat sedikit muram.
"Pulang!" jawab Fay dengan singkat. Dia tak mau jika Ibeng tahu jika dirinya sedang basah kuyup karena ulah para penggemar gilanya itu.
"Mau dianter gak? Kebetulan aku...."
"Gak usah repot-repot! Fay dianter sama aku!" kata Ariel yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakang Fay.
Fay gegas membalikan tubuhnya ke arah Ariel. Dia tak menyangka jika Ariel masih saja keras kepala.
Ibeng sedikit menganggukan kepalanya. Dia mengerti.
"Kamu kenapa pulang?" tanya Ibeng lagi yang mencoba untuk mencari waktu berbicara dengan Fay sedikit saja.
Fay ingin segera menjawabnya namun Ariel seketika langsung menyelanya," ada yang usilin Fay. Katanya dia penggemarnya Kakak. Mereka gak suka waktu Fay nolak cintanya Kakak!"
Ariel begitu sangat percaya diri ketika dia mengatakan hal itu. Dia merasa jika diri telah menang telak dari Ibeng atas kepemilikan hati Fay untuknya.
"Hah?" Ibeng terlihat merasa bersalah.
"Aku gak apa-apa kok!" ucap Fay yang berusaha untuk tetap terlihat santai walaupun hatinya memang benar-benar sangat kesal akan sikap mereka yang telah membuatnya menjadi seperti ini.
"Udah ayo!" ajak paksa Ariel menarik tangan Fay untuk segera meninggalkan Ibeng. Baginya itu hanyalah akan membuang-buang waktu saja.
Fay sendiri saat ini tak memiliki alasan lain untuk menolak ajakan dari Ariel. Baginya saat ini memanglah Ariel yang sedang menjadi menyelamat hidupnya hari ini. Tidak mungkin setiap ketika dirinya dalam kesusahan.
Sesampainya di parkiran motor. Ariel menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Fay. Matanya memperhatikan Fay beberapa detik.
Dia pun langsung bergerak menaikan resleting jaket yang tidak ditutup oleh Fay. Adegan bab pertama pun terulang kembali. Wajah Fay memerahan seketika. Napasnya sedikit tersengal.
"Aku gak bawa helm dua. Tapi..." dia pun menoleh ke arah motor yang terparkir di samping motornya. Terlihat ada sebuah helm milik Rasya teman perempuan di kelasnya.
"Kamu pake ini aja!" katanya yang langsung mengambilnya tanpa izin dan mengenakannya di kepalanya Fay tanpa permisi.
"Eh, Riel, ini 'kan punya orang lain!" Fay terkejut.
"Gak apa-apa! Pinjem sebentar aja!" kata Ariek yang langsung mengeluarkan motornya dari barisan motor yang lainnya.