Malam pun tiba dan acara yang sudah menjadi acara utama dalam perkemahan. Banyak peserta yang menantikan acara satu ini. Seluruh peserta yang ingin mengikuti acara tersebut semuanya menghadap panitia yang akan mengatur jalannya acaranya.
"Untuk acara malam ini, semua peserta harap mengambil satu kertas unduian yang akan di dalam kotak dus ini. Dan untuk setiap regunya terdiri dari lima anggota dan satu dari panitia sebagai menunjuk arah!" jelas sang ketua panitia sambil menunjuk pada kotak yang sedang dipegangnya.
'Ya ... ada kemungkinan kita gak akan satu kelompok dong Fay!" keluh Anna yang sudah panik lebih dulu dengan tubuh yang layu.
"Biarin ajalah, cuman permainan ini!" santai Fay.
"Serius nih cuman permainan aja? Yakin kamu gak takut sama waktu gelap?" sindir Anna sambil menyenggolkan bahunya pada tubuh Fay.
"Ngapain mesti takut? Ini 'kan banyakan. Rame-rame!" seru Fay dengan sangat percaya diri meskipun di wajahnya tersirat rasa kekhawatiran.
Akhirnya Fay satu regu dengan empat orang lain diantaranya ada Putri, Restu, Vanya dan Phia. Fay mendapatkan regu ke empat dengan dibimbing oleh panitia yakni kakak kelas Ibeng, atau dengan nama asli Diana Firmasyah.
Awalnya Fay merasa biasa saja dengan regunya yang memang sudah menyatu karena undian tadi. Namun tiba-tiba saja rasa iri hati itu merasuk ke dalam pikiran Fay ketika dia melihat jika Serena satu regu dengan Anna dan dipanitiai oleh Ariel.
Meskipun terasa sakit melihat pria yang disukainya tak satu kelompok dengannya dia berusaha untuk tetap tersenyum dalam ketegaran.
"Kamu pegang senter juga ya!" kata Ibeng memberikan sebuah senter miliknya pada Fay yang sedari terlihat paling pendiam sekali diantara anggota kelompoknya yang lain dan merasa jika Fay sedang memendam ketakutannya.
"Kamu gak sakit 'kan Fay?" tanya Ibeng penasaran dengan raut wajah yang agak khawatir.
"Ah? Eu, enggak. Aku baik-baik aja!" jawab Fay segera menyadarkan dirinya yang terlamun dalam beberapa detik tadi.
Ariel yang berjarak sedikit jauh dari Fay dia masih memiliki telinga yang sempuran dan dapat mendengar dengan baik dan jelas apa yang baru saja dikatakan Ibeng pada Fay.
Ariel pun tak luput dari memandang Fay yang sedang berdiri menghadap Ibeng dengan jarak yang sangat dekat.
"Kak tolong jagain Fay ya, dia itu takut sama gelap!" kata Anna yang diam-diam dia menyelinap datang ke regu Fay.
"Fay takut gelap?" tanya Ibeng yang ingin memastikank lebih jelas lagi dia tak mau salah mendengar.
Anna menganggukan kepalanya dengan segera sebelumnya Fay sendiri yang mengklarifikasi.
"Gak juga" sangkal Fay dengan segera. Dia pun segera menarik Anna untuk kembali ke regunya sendiri.
"Duh, tolong ya. Kalau memang penakut gak usah sok pemberani mau ikutan game ini. Yang ada nanti bikin repot regunya sendiri!" sindir Serena seraya matanya yang memutar dan mendelik pada Fay yang baru saja datang bersama Anna dan berdiri tepat di depan Ariel.
Fay segera memutar tubuhnya yang kemudian memicingkan matanya ke arah Serena yang langsung bergerak ke samping Ariel.
"Siapa yang penakut?" kesal Fay sambil mengepalkan telapak tangannya menahan emosi.
Akan tetapi seketika emosi Fay langsung sedikit reda ketika Ibeng datang dan langsung menarik tangan Fay tepat di depan mata Ariel untuk segera menjauh dari Serena agar tak terjadi keributan.
"Udah yuk!" ajak Ibeng yang begitu saja dengan wajahnya yang polos. Ibeng seolah membawa aura dingin tepat di depan Ariel ketika menarik tangan Fay.
Kedua bola mata Ariel terpaku melihat tangan Fay yang sembarang ditarik oleh Ibeng. Ada tatapan kekesalan pada kepalan tangannya.
Fay menuruti suruhan Ibeng. Toh, dia pun tak ingin melanjutkan keributan itu dengan Serena yang tentunya akan mendapatkan pembelaan lagi dari Ariel pikir Fay sejak tadi.
Permainan pun dimulai.
Seluruh peserta memasuki hutan dengan beruruta sesuai dari regu pertama kedua dan seterusnya.
Dalam kegelapan itu seketika muncul perasaan yang mengkhawatirkan Fay muncul di dalam benak Ibeng. Dia pun segera memegangi tangan Fay supaya tidak terpisah jauh dari anggota kelompoknya sendiri.
Akan tetapi hal itu kembali mengganggu mata dan juga pikiran Ariel yang melihatnya dari arah belakang.
"Duh, kalau mau pacaran jangan di hutan dong! Gak bermoral banget sih!" kata Serena dengan nada yang menyindir ketika melihat Fay yang dipegangi oleh Ibeng ketika sampai di kegelapan.
"Ser, cerewet banget sih kamu! Fokus jalan aja kenapa sih? Suka banget tuh, mulut usilin orang lain!" geram Anna yang tak kuasa mendengar temannya disindir oleh Serena yang selalu dia sebut sebagai nenek sihir oleh Anna.
"Siapa yang usil? Aku lagi ngomong sendiri!" sangkalnya sambil mengibaskan rambut panjang yang hitam nan legam itu.
"Ngomong sendiri? Ngomong sama hantu kamu?" timpal Anna yang tak mau kalah. Dia merasa masih kesal pada Serena.
"Kalau kalian masih ribut, aku tinggalin aja!" ancam Ariel yang berusaha menghentikan percekcokan antara Anna dan Serena.
Ketika itu telihat tim dari Fay yang berhasil mendapatkan sebuah benda yang memang sudah ditentukan oleh para panitia acara.
Melihat kelompok Fay berhasil, Serena tampak kesal karen tak terima jika regunya kalah oleh regu Fay.
Demi meluapkan rasa kekesalannya itu Serena mendorong tubuh Fay dengan sengaja.
Bruk!
Fay tersungkur ke dalam semak-belukar dan membuat dirinya kesakitan karena duri-duri dari tanaman itu.
"Aw ... Serena kalau jalan lihat-lihat dong!" ujar Fay sambil meringis menahan sakit di tangan dan lutut kakinya.
Sebenarnya Fay sangat ingin meluapkan kekesalannya terhadap Serena yang acap kali terus menerus membuatnya dibully oleh Serena.
"Makanya kalau jalan jangan suka halangi orang dong!" seru Serena dengan perasaan yang sangat puas setelah melihat Fay yang terjatuh dan meringis kesakitan.
Anna tak terima, dia geram atas sikap yang dilakukan Serena pada sahabatnya. "Keterlaluan banget sih, kamu Ser! Jelas-jelas kamu yang dorong Fay sampai jatuh!" Anna membalaskan atas perlakuan Serena pada Fay dengan mendorong Serena dan juga masuk ke dalam semak-semak.
Ibeng sendiri tampak enggan untuk memisahkan antara Anna dengan Serena. Dia lebih memilih berjalan ke arah Fay yang masih terduduk di tanah.
Sini!" pinta Ibeng yang meminta Fay untuk mengulurkan tangan padanya.
Dengan mulut yang terkulum ke dalam Fay mengulurkan tangannya dan segera ditarik oleh Ibeng dalam hitungan detik.
"Aw ..." Fay malah terjatuh kembali ke tanah karena kakinya yang tak kuasa untuk menopang tubuhnya karen kakinya yang terasa sakitnya luar biasa. Sepertinya Fay terkilir.
"Aku gak bisa Kak. Kaki aku sakit banget!" rintih Fay yang menolak untuk berdiri apalagi harus berjalan dengan melanjutkan perjalanannya.
Sejak awal Ariel sudah tak kuasa menahan perasaan ketika melihat Fay yang terjatuh dan meringis kesakitan terlebih ketika melihat darah yang mengalir di lutut Fay juga kaki yang diperkirakan mengalami terkilir.
Dia sangat ingin menolong Fay.
"Gak usah!" tolak Fay ketika Ariel yang akhirnya mendekatkan diri juga membungkukan tubuhnya ke arah Fay untuk memeriksa keadaan Ariel.
Fay langsung menepis tangan Ariel yang hendak menyentuh kaki Fay. Ariel terkejut seketika ketika melihat kemarahan pada dirinya. Baru kali ini Ariel melihat marahnya Fay hanya pada dirinya.