Melihat sikap Fay yang menolak dirinya. Ariel tak begitu saja menyerah. Dia malah gegas menggendong Fay. Ariel sendiri dia mengacuhkan tangannya yang tergores duri-duri tanaman semak belukar tersebut.
"Kak, regu empat aku serahin sama Kamu! Aku mau bawa Fayyola balik lagi ke tenda!" ucap Ariel dengan tubuh yang sigap menggendong Fay dengan tangannya yang kuat dan kekar.
"Loh? Kok, gitu sih Riel? 'Kan ini tanggung jawabnya Kak Ibeng bukan kamu. Turun aja dia!" marah Serena yang tak terima melihat Fay berada dalam gedongan Ariel. Terlebih Ariel lebih memilih membantu Fay dari pada dirinya yang sama-sama masuk ke dalam semak-semak.
"Iya Riel! Biar aku yang urus mereka. Kamu utamain dulu Fay aja!!" sahut Ibeng.
Ibeng sendiri bukan tak peduli pada Fay. Akan tetapi dia melihat sikap pahlawannya pada Fay yang terlihat gesit dan siaga seketika langsung membuat nyalinya menjadi ciut
"Ini kamu pegang!" kata Anna yang segera memberikan sebuah senter yang tadi sempat terjatuh dari tangan Fay. Senter pemberian Ibeng tadi sebelum mereka masuk ke dalam hutan.
"Riel, aku nitip Fay ya!" kata Anna dengan wajah yang masih saja merasa khawatir padahal kini Fay sudah berada di tangan yang tepat. Ariel.
Ariel menganggukan kepalanya kemudian dia pergi dengan membalikan tubuhnya untuk kembali ke tenda dan segera mengobati luka di sekujur tubuh Fay.
Fay hanya bisa terdiam saja dalam gendongan Ariel dan sangat terlihat degan jelas jika Serena merasa cemburu melihat Ariel yang kini lebih menolong dari pada harus mendengarkan dirinya.
Dalam langkahnya Ariel berusaha untuk mempercepat langkahnya agar Fay segera diobati.
"Kalau berat turunin aja!" kata Fay yang melihat peluh Ariel bercucuran di sekitaran wajahnya dan juga sampai menetes ke lehernya.
Dalam beberapa detik Fay menahan napasnya. Dia masih tak menyangka jika saat ini dirinya sedang di dalam gendongan Ariel yang selama dia sukai dalam diamnya.
Mendengarkan Fay bicara Ariel hanya terdiam dan fokus pada jalanan yang sedari diterangi dengan sembarang oleh Fay sehingga dirinya tak dapat melihat dengan benar.
"Kamu mau jatuh ya?" tanya Ariel dengan nada yang ketus.
"Hah?"
"Yang bener pegang senternya!" terang Ariel dengan nada yang semakin terdengar ketus di telinga Fay.
"Hmh!" Fay hanya bergumam saja dengan wajah yang tak bisa kendalikan karena terlalu senang dalam keadaan sakitnya.
Fay menuruti apa yang dikatakan Ariel. Dia membenarkan pegangan senternya dan mulai memberikan penerangan yang membuat Ariel benar-benar terbantu olehnya.
Sesampainya di tenda UKS beberapa panitia yang terdiri beberapa guru dan kakak kelas terlihat terkejut melihat ada peserta yang terluka, Fay.
"Dia kenapa?" tanya seorang panitia yang tepat ada di belakang Ariel.
Ariel diam tak langsung menggubrisnya. Ariel masih fokus pada tindakan yang sedang membersihkan luka di tangan Fay yang kotor oleh tanah merah dan bebatuan kecil lainnya.
Melihat keseriusan itu beberapa panitia yang sempat khawatir mulai meninggalkan mereka karena merasa si peserta sudah mendapatkan penanganan yang tepat dari Ariel.
"Aw ...!" Fay meringis kesakitan sampai menggerakan tangannya dengan tak sengaja dan membuat terlepas dari pegangan Ariel yang sedang membersihkannya.
"Pelang-pelan kenapa sih? Sakit tahu!" kesal Fay yang berpikir jika Ariel sudah sangat terpaksa menolong dirinya yang sedang terluka itu karena terlalu kasar.
Ariel tak menggubrisnya. Dia hanya memicingkan matanya yang sipit ke arah Fay dengan dengusan kesal.
Ariel kembali mengambil tangan Fay yang masih belum dibersihkan.
Kini giliran bagian kaki Fay yang harus dibersihkan terlebih dahulu daripada mengobatinya.
"Ini harus disobek celana kamunya!" kata Ariel yang merasa kesulitan dalam membersihkan luka di bagian kaki Fay yang terhalang kain celana yang sudah sedikit sobek dan juga tebal akan kotornya tanah merah.
"Ah? Kok gitu?" Fay jelas menolak saran dari Ariel.
"Ya terus gimana luka kamu harus dibersihin Fay. Terus pakai perban 'kan susah kalau celana kamu kayak begini!" jelas Ariel yang berharap jika Fay dapat mengerti maksud akan sarannya itu.
"Ya udah deh!" pasrah Fay yang mau tak mau dia harus menurut pada dokter dadakannya ini. Bagaimana pun luka di kakinya adalah luka yang paling parah dan harus segera diobati agar tak terjadi infeksi.
Dengan sangat hati-hati Ariel menggunting celana bagian kanan Fay hingga batas lutut saja dan mulai membersihkannya dengan air hangat yang dia ambil dari sebuah botol penghangat yang disediakan oleh panitia.
"Tahan ini sedikit sakit kok!" kata Ariel yang hendak mengobatai luka di kaki Fay dengan alkohol dan obat merah lainnya.
"Ahk ... Ariel!!" teriak Fay yang tanpa sadar dia sedang mencengkram tangan Ariel demi menahan rasa sakit dan perih di bagian kakinya.
Ariel berpura tak merasa kesakitan ketika Fay mencengkram tangannya dengan kekuatan yang lumayan besar.
"Kenapa harus pake alkohol sih? 'Kan sakit ini!" protes Fay dengan tangan yang tanpa sadar masih memegangi lengan Ariel dan masih mencengkramnya dengan keras.
"Fay, aku udah selesai. Apa masih sakit?" tanya Ariel sambil menunjuk ke arah tangannya yang dicengkram oleh Fay.
"Eh, maaf-maaf!" kata Fay yang langsung melepaskan tangannya dari lengan Ariel. Dia pun langsung tersipu malu sendiri karena sudah dengan tak sengaja tanpa sadar mencengkram tangan Ariel dalam kesakitannya.
"Udah sekarang kamu tunggu teman-teman kamu di sini!" kata Ariel yang seraya bangkit dari duduknya dengan tangan yang terasa perih karena cengkraman dari tangan Fay.
"Ah? Tapi?" Fay merasa keberatan jika harus menunggu sendirian di dalam tenda UKS dengan orang-orang yang tak terlalu dia kenal walaupun itu masih siswa yang satu sekolah dengannya.
"Kamu tunggu sebentar di sini. Aku nanti balik lagi!" kata Ariel yang didengar Fay sebagai sebuah janji yang sangat indah dari telinganya yang mungil.
Fay pun lekas menganggukan kepalanya dengan pelan juga dengan wajah yang menahan malu-malu.
Ariel pun pergi.
Fay menunggu dengan menahan perasaan sakit di bagian kakinya yang masih senut-senut karena pengaruh alkohol dalam melawan bakteri.
Tiga menit sudah berlalu namun Ariel masih saja belum datang sesuai dengan janjinya tadi jika dia akan datang kembali padanya.
Namun Fay sendiri tahu jika Ariel hanya seseorang yang selalu saja membuatnya menunggu dalam kesal dan rindunya saja.
Fay berdecak kesal ketika ada seseorang yang masuk ke dalam tenda UKS namun bukan Ariel yang sedang dia nantikan.
Di satu sisi.
Ariel sedang pergi ke dapur umum untuk mengambilkan air hangat untuk Fay dan juga membawakan sebuah jaket tebal miliknya untuk Fay yang kini pasti merasa kedinginan karena celananya sudah dia gunting.
Selain mengambil air hangat dan jaket tebal, Ariel juga membawakan Fay roti untuk Fay seorang.