Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KISAH YANG HILANG

ANNISA_AMG
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.5k
Views
Synopsis
Semenjak kematian ayahnya, kehidupan Elsa berbanding terbalik dengan kehidupannya sebelumnya. Dia yang sebelumnya adalah gadis yang sangat lembut dan manja, berubah menjadi gadis yang keras kepala, kuat dan ambisius. Dia berusaha keras untuk menyingkap tirai misteri yang masih menyelimuti kematian ayahnya. Walaupun hampir semua orang menentangnya, termasuk ibunya sendiri dan juga kekasihnya. Lika-liku perjuangannya yang penuh dengan rintangan tak membuat semangatnya padam. Hingga dia bertemu dengan seorang pria yang bersedia membantunya mengungkap misteri itu. Tapi, ketika semua hampir terbongkar, kecurigaan mulai muncul dalam otak Elsa. Apakah pria itu benar-benar ingin membantunya? atau ada hal lain yang membuatnya membantu Elsa? Cover by canva
VIEW MORE

Chapter 1 - TANGIS

Suara sirine mobil ambulans itu meraung, berbaur dengan suara derasnya hujan yang tengah mengguyur kota itu. Dengan kecepatan sedang, dia melaju di jalan komplek perumahan elite. Menuju ke salah satu rumah mewah yang berada di ujung jalan.

Di sepanjang kiri dan kanan jalan, nampak barisan papan karangan bunga hingga ke halaman rumah mewah itu. Jelas bahwa, pemilik rumah itu pasti memiliki kedudukan yang cukup tinggi di lingkungannya.

Ambulans itu memasuki halaman yang luasnya hampir sama dengan lapangan bola. Dekorasi taman yang luar biasa dan juga rumah megah bertingkat tiga, yang berdiri tegap tepat di tengah pekarangan.

Beberapa orang pria dengan setelan jas hitam menyambut ambulans itu, lalu mulai menurunkan peti jenazah yang ada di dalamnya. Mereka lantas membawa peti jenazah itu ke dalam rumah mewah itu.

Teriak tangis histeris dari salah satu wanita yang mengenakan baju dress pendek berwarna hitam, senada dengan warna selendang yang tersampir di bahunya, menyambut kedatangan peti jenazah itu. Bahkan berulang kali dia jatuh pingsan karena tak kuasa menahan kesedihannya.

Wanita itu bernama Elsa Adriana Heshen, anak tunggal dari pasangan Mira Heshen dan Chairul Heshen. Sedangkan jenazah yang ada di dalam peti itu adalah ayahnya, Chairul Heshen.

Chairul Heshen ditemukan tewas di dalam mobilnya, pada malam minggu sekitar pukul dua dinihari. Beberapa polisi yang sedang bertugas berpatroli pada malam itu, menemukan mobil Chairul yang terparkir di pinggir jalan. Dia ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dan seorang diri berada di dalam mobilnya.

Elsa kembali sadar dan memeluk jenazah ayahnya. Dia menangis sejadi-jadinya, bahkan beberapa kali Elsa menggocang jenazah ayahnya. Dia berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk dan ayahnya kembali terbangun atau dia berharap ayahnya hanya ingin memberi kejutan padanya, seperti yang sering dilakukan ayahnya sebelumnya. Ayahnya sering mengerjainya dengan berpura-pura terkena serangan jantung, padahal ingin memberikan hadiah kejutan untuk Elsa.

"Pa! bangun Pa!" teriak Elsa sembari menggoncang tubuh ayahnya. Dia terus menangis, memeluk tubuh dingin yang telah terbujur kaku itu.

Seorang wanita paruh baya, mengenakan setelan rok dan jas berwarna hitam, kacamata hitam, dan juga sepatu heels setinggi lima belas seti meter, berjalan mendekat ke arah Elsa.

"Sudah, ikhlaskan ayahmu," bisiknya.

Dia adalah Mira Heshen, istri dari Chairul Heshen. Dia tidak sehisteris Elsa, dia terlihat lebih tenang dan tegar. Hanya saja terlihat beberapa kali dia mengelap sudut matanya dengan tisu.

Jenazah Chairul hendak dimandikan lalu disalatkan, Mira segera mengajak Elsa untuk sedikit menjauh.

Saat Elsa melepaskan pelukannya, dia merasakan ada cairan lengket menempel di jari-jarinya yang lentik. Setelah melihatnya, betapa terkejutnya dia setelah tahu kalau cairan itu adalah darah kental.

Dengan tangan dan bibir yang gemetar, "Darah?!" gumamnya dengan raut yang amat terkejut. Elsa nampak sangat bingung, matanya melihat ke segala arah. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

Elsa segera berlari ke tempat ayahnya dimandikan. Namun dia tidak berhasil masuk, beberapa orang dengan perawakan tinggi besar menghadangnya.

"Saya mau masuk!" bentak Elsa dengan suara bergetar.

"Maaf Nona Elsa, kami diperintahkan untuk membatasi orang yang masuk termasuk Nona Elsa dan keluarga," jawab salah seorang penjaga itu dengan suara datar.

Elsa menunjukan wajah tidak suka, "Apa kalian lupa? siapa orang yang sedang kalian larang ini?!" bentak Elsa. "Aku ini putri kandungnya! aku hanya ingin ikut memandikan jenazah ayahku!" lanjut Elsa lagi.

Tetapi kedua penjaga itu tetap bersikukuh, tidak mengizinkan Elsa masuk ke dalam.

"Sekali lagi kami mohon maaf," jawab penjaga itu. Mereka lantas mengalihkan pandangan dengan menatap lurus ke depan dan seakan mengabaikan keberadaan Elsa.

Elsa benar-benar dibuat geram, bagaimana mungkin dia tidak diizinkan untuk ikut memandikan jenazah ayahnya. Rasa curiga mulai menyelinap di dalam hati Elsa, dia harus mencari jalan supaya bisa masuk ke dalam dan melihat keadaan ayahnya yang sebenarnya.

*

Seorang pria, mengenakan topi hitam dan setelan berwarna hitam serta kacamata hitam, berdiri tidak jauh dari Elsa dan kedua penjaga itu. Dia dengan santai menghisap cerutunya sembari memperhatikan berdebatan yang terjadi.

Saat melihat Elsa semakin memaksa untuk masuk ke dalam. Pria itu membanting cerutunya ke lantai, lalu menggilasnya dengan sepatunya. Dia pergi dari ruangan itu.

*

"Siapa yang melarangku masuk?! siapa yang berani memerintahkan kalian untuk melarangku masuk?!" bentak Elsa, suaranya kian parau. Dia menahan semua air mata yang hendak tumpah membasahi pipinya.

Kedua penjaga itu diam saja. Mereka tetap fokus menghadap lurus ke depan dan mengabaikan pertanyaan Elsa.

Saat itu juga, seorang Dokter keluar dari dalam ruangan dimana ayah Elsa dimandikan.

"Dokter! Dokter!" panggil Elsa. "Tunggu sebentar!" seru Elsa.

Dokter itu melepas sarung tangannya dan langsung mengantunginya. Lalu dia berbalik ke arah Elsa. Setelah membuka masker,

"Iya, Elsa?" ucapnya.

Dia adalah Antoni, dokter pribadi keluarga Henshen.

Elsa menangkap sebuah kejanggalan pada raut wajah Dokter Antoni. Seperti sebuah kecemasan, atau kesedihan?

"Apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku?!" sergah Elsa.

Antoni nampak sangat gugup, tidak biasanya dia bersikap seperti itu.

"Dia, dia-, " ucapannya terhenti, karena tiba-tiba seorang wanita memotong perkataannya.

"Dia terkena serangan jantung!" seru wanita itu dari arah pintu. Dia berjalan dengan santai ke arah Elsa dan juga Antoni.

"Dari mana Mama tahu?! Ma, Mama harus tahu sesuatu, Elsa menemukan darah di tubuh Papa!" tukas Elsa.

Mira terdiam sejenak. Lalu menarik nafas dalam-dalam, dia mengambil tisu lalu mulai mengelap sudut matanya lagi. Dia mendekat ke arah Elsa dan memeluk anak gadisnya itu.

"Sayang," desisnya dengan suara sendu. "Kita harus ikhlas, biarkan papamu tenang di sana," lirihnya lagi.

Elsa masih tidak percaya, dia yakin kalau papanya meninggal bukan karena serangan jantung.

"Lalu darah?!" tanya Elsa dengan suara tinggi.

Lagi-lagi Mira memeluk Elsa.

"Iya, pembuluh darahnya pecah," jawab Mira dengan suara serak dan hendak menumpahkan air matanya.

Elsa terdiam seribu bahasa. Matanya melihat ke arah Antoni, seakan dia ingin memastikan kebenarannya.

Antoni melihat Elsa yang penuh harap padanya, lalu menganggukkan kepalanya.

"Mama, Mama," ucap Mira terbata. "Mama yang meminta para penjaga agar tidak ada satu orang pun yang masuk, termasuk kamu Sayang. Mama tidak ingin kamu semakin bersedih melihat keadaan papamu, Mama juga tidak ingin ada fitnah atau apapun dari pihak luar karena melihat keadaan papamu, maafkan Mama ya Sayang," ucap Mira dengan suara parau.

Elsa sedikit lebih tenang, tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan kecurigaan dalam hatinya. Entah kenapa, dia tetap yakin kalau meninggalnya Cahirul bukan karena serangan jantung.

Lanjut....