Chereads / KISAH YANG HILANG / Chapter 8 - PELURU?

Chapter 8 - PELURU?

Elsa merasa sangat bosan, tidak ada lagi ayah yang selalu ada dan menemani hari-harinya. Biasanya, saat Elsa mulai bosan, ayahnya akan mengajaknya liburan. Entah itu keluar negeri ataupun ke tempat-tempat wisata terkenal yang ada di dalam negeri.

Air mata mulai mengalir di sudut matanya. Dia jadi teringat darah yang mengalir dari punggung ayahnya. Dia benar-benar tidak percaya kalau ayahnya meninggal karena serangan jantung. Walaupun semua orang sudah meyakinkannya, terutama Dokter Antoni dan semua yang ikut berkecimpung saat pengurusan jenazah ayahnya.

"Aku harus mencari tahu, bagaimanapun caranya. Aku harus tahu yang sebenarnya, aku harus mencari keadilan untuk papa," gumamnya seorang diri. "Walaupun semua orang tidak ada yang percaya padaku, tapi... " lanjutnya lagi. Ada keraguan dalam hatinya, "Aku harus mulai dari mana? dan siapa yang bisa aku mintai bantuan? Mama? tidak mungkin! ya, hanya Hasan, dia yang bisa membantuku," gumamnya lagi.

Elsa segera mengganti bajunya dan berniat menemui Hasan. Dia akan meminta bantuan pada kekasihnya itu.

Dengan cepat dia meraih kunci mobil, mengunci pintu kamarnya, lalu dengan sedikit berlari menuruni tangga. Namun, langkahnya terhenti. Dia melihat ke arah kamar ibunya yang pintunya sedikit terbuka. Terdengar suara gemericik air dan suara sumbang ibunya tengah bernyanyi di kamar mandi.

"Wanita macam apa?!" gerutunya. "Baru saja kehilangan suami, sudah sebahagia itu?!" ocehnya.

Tiba-tiba, pikiran buruk muncul di benaknya. 'Apa ada kaitannya?' batinnya.

Dia yang selama ini tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di kamar ibunya, hari ini hatinya terdorong untuk masuk ke dalam.

Elsa menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan kalau tidak ada seorang pun yang melihatnya masuk ke kamar ibunya. Dengan sangat hati-hati dan pelan, Elsa masuk ke dalam kamar ibunya. Selama suara gemericik air dan nyayian ibunya belum berhenti, berarti wanita itu belum hendak keluar dari dalam kamar mandi.

Tidak ada yang mencurigakan, bahkan Mira masih memasang dengan rapi foto pernikahannya dengan Chairul, di atas ranjangnya. Di meja rias, juga terpajang figura Chairul yang memeluknya dengan penuh suka cita.

Memang terasa aneh, betapa mereka saling mencintai. Tapi kenapa Mira tidak begitu terpukul saat kehilangan Chairul, bahkan dia terlihat biasa saja. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah ini? kenapa setelah kematian Chairul, semua seakan penuh misteri? Kalaupun Mira memang tidak mencintai Chairul, untuk apa dia masih memajang dan menyimpan semua kenangan mereka.

Elsa sibuk dengan pemikirannya sendiri, sampai-sampai dia hampir lupa dengan tujuan utamanya.Gadis itu melanjutkan pencariannya, walaupun dia sendiri tidak tahu apa yang hendak dia cari.

Tanpa di sengaja, Elsa menyenggol sebuah figura yang berada di meja rias Mira dan terjatuh ke lantai. Suaranya menggema hingga ke kamar mandi, membuat Mira mematikan showernya.

"Asih? kamu ya?" seru Mira dari dalam kamar mandi. Asih adalah satu-satunya asisten rumah tangga yang paling dipercaya oleh Mira.

Elsa sangat bingung, dia tidak mungkin menjawab. Tapi kalau tidak menjawab, Mira pasti akan curiga. "Haduh, bagaimana ini? apa aku keluar aja? tapi nanti Mama pasti putar CCTV?" gumam Elsa kebingungan.

"Iya, saya Nyah," jawab Asih yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Elsa.

Elsa sangat terkejut.

"Mbok," gumam Elsa.

Asih menutup bibirnya sendiri menggunakan telunjuknya. "Sssstt..." bisik Asih memberi kode. "Mau ngapain?" bisik Asih lagi.

Tidak berselang lama setelah Asih menjawab, Mira segera menghidupkan kembali air showernya dan mulai mencercau tidak jelas lagi.

Elsa menggelengkan kepalanya. 'Tidak ada yang boleh tahu' batinnya.

"Tidak Mbok, hanya mau bicara sedikit sama Mama," dalih Elsa. "Em, ya sudah Mbok Asih lanjutkan pekerjaannya ya," ucap Elsa.

"Mbok tahu Non, pasti ada yang sedang Non cari kan?" selidik Asih.

Elsa sedikit terkejut mendengar ucapan Asih. Tapi dia segera menyembunyikan kegugupannya.

"Tidak Mbok, beneran,Mbok ini sok tahu deh!" tukas Elsa.

Elsa hendak pergi meninggalkan kamar Mira, saat Asih membuka sebuah laci milik Mira. Entah sengaja atau memang dia hendak membersihkan laci itu. Tapi ada sesuatu di dalam laci itu yang mencuri perhatian Elsa. Sebuah kotak kecil berwarna hitam.

Asih mengambil lap dari dalam laci itu, tanpa menutup kembali lacinya, lalu mulai membersihkan setiap jengkal kamar Mira.

Elsa mengurungkan niatnya untuk keluar kamar, lalu mengambil kotak itu. Elsa segera membuka kotak itu, dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan sebuah peluru berada di dalamnya. Elsa termenung sejenak, pikirannya kembali bergerilya. Dugaannya serta kecurigaannya terhadap Mira semakin kuat.

Apakah yang sebenarnya direncanakan Mira? benarkah dia yang tega membunuh Chairul? lalu apa motifnya? harta kah? atau ada hal lain? lalu kenapa?... Beribu pertanyaan memenuhi otaknya.

Elsa tidak mengambil peluru itu, dia hanya mengambil beberapa foto dan video dari ponselnya. Lalu mengembalikan kotak hitam itu ke dalam laci. Dia tidak ingin Mira mengetahui rencananya, dia ingin membongkar lebih dulu semuanya. Membuktikan semua dugaannya benar, baru setelah itu dia akan menjebloskan Mira ke dalam penjara, tidak perduli Mira adalah ibu kandungnya sendiri.

Sebelum meninggalkan kamar Mira, Elsa berpesan pada Asih agar tidak memberitahu Mira kalau dia datang ke sana.

*

Elsa masuk ke dalam mobil, hendak pergi menemui Hasan. Dia tidak tenang jika hanya membicarakan semuanya lewat telepon.

Belum sempat dia menghidupkan mesin mobilnya, dua bodyguard suruhan Mira datang.

"Ada apa?!" tanya Elsa ketus setelah membuka kaca mobilnya.

"Maaf Nona Elsa, kami diperintahkan untuk mengikuti kemanapun Nona Elsa pergi," jawab salah satu bodyguard itu.

"Apa?!" sentak Elsa tak percaya. "Siapa? Mama?" tanya gadis itu dengan suara tinggi.

Kedua bodyguard itu mengangguk secara bersamaan.

"Apa sih maunya!" keluh Elsa.

Elsa turun dari mobil dan berniat protes pada Mira. Benar-benar mencurigakan tingkah Mira, kenapa dia sampai sebegitunya pada Elsa.

Sebelum Elsa masuk ke dalam rumah, Mira sudah terlebih dahulu keluar.

"Apa-apaan sih?! aku bukan balita yang dua puluh empat jam harus dijaga!" protes Elsa tanpa basa-basi.

Mira menatap Elsa dengan tenang, "Kamu tidak perlu protes, ikuti saja perintahku," tukas Mira datar.

Elsa menunjukkan mimik wajah tidak suka, "Apa?! perintahmu? sejak kapan kau memiliki hak atas hidupku? sejak kapan kau perduli padaku? bukankah selama ini hanya Papa yang menyayangiku? Owh... atau jangan-jangan kamu takut?!" cerocos Elsa.

Mira mengeriyitkan keningnya, "Takut?" tukas Mira sedikit bingung.

"Iya! kamu takut kan?! kalau aku berhasil mengungkap semua kebusukanmu! kamu takut kalau aku mencari kebenaran tentang kematian Papa!" oceh Elsa.

Mira tertawa sinis, "Lihatlah dirimu, kamu menyebut dirimu bukan balita? tapi lihatlah cara berpikirmu, bahkan balita jauh lebih dewasa dari pada dirimu," tukas Mira, masih dengan mimik wajah datar.

Lanjut....