Chereads / KISAH YANG HILANG / Chapter 11 - PERTENGKARAN

Chapter 11 - PERTENGKARAN

Kedua bodyguard itu segera memutar stang kemudi, lalu bergegas meninggalkan tempat itu. Sedangkan Elsa, dia seperti orang yang sedang kehilangan arah, bingung dan hanya bisa menoleh ke kanan dan kiri.

Hanya orang lalu lalang, keluar masuk pasar yang mampu ditangkap oleh mata Elsa.

"Ada apa?!" tanya Elsa saat menyadari ada yang tidak beres dengan kedua bodyguardnya.

Keduanya membisu, hanya fokus pada jalan. Sesekali Elsa menangkap, kedua bodyguard itu menoleh ke segala arah, seakan sedang memastikan kalau tidak ada bahaya yang sedang mengintai mereka.

"Hey! kalian berdua tuli ya?! ada apa?" tanya Elsa lagi, ketus.

Tapi keduanya masih memberikan ekspresi yang sama.

"Dasar robot!" umpat Elsa. "Apa sih yang sebenarnya membuat mereka begitu ketakutan seperti ini?! sepertinya Mama salah memilih bodyguard! masa penakut gini?!" gerutu Elsa sembari mengerucutkan bibir mungilnya.

Elsa melempar pandangannya keluar kaca mobil. Sejurus kemudian, dia melihat sekumpulan anak-anak yang sedang berkumpul di salah satu pondok kecil. Mereka sedang asyik menyantap makanan. Yang paling mencuri perhatian Elsa adalah kedua anak yang tadi sempat ia 'tolong' dan juga pria itu. Pria lusuh yang penampilannya seperti seorang preman.

"Berhenti!" teriak Elsa mendadak.

Tapi kedua bodyguard itu tidak menunjukkan mimik wajah terkejut, mereka tetap fokus ke depan.

"Berhenti aku bilang!" teriak Elsa lagi.

Salah satu bodyguard itu menoleh, "Maaf Nona, kita tidak bisa berhenti di sini. Tempat ini terlalu berbahaya untuk Nona," ucapnya.

"Berbahaya?! apanya yang berbahaya?! Aku bahkan tidak mengenal satupun orang di tempat ini! aku tidak pernah bermasalah dengan mereka, lalu apanya yang berbahaya?!" sanggah Elsa.

"Justru itu Nona, karena Nona tidak mengenal mereka. Tapi mereka mengenal Nona, Nona Elsa belum tahu mana orang yang membahayakan dan mana yang tidak," sahut bodyguard itu.

Elsa mendengus kesal. "Aku bahkan tahu, kalau orang terdekatku sendiri lah yang paling membahayakan hidupku sekarang!" gerutunya. "Aku hanya ingin berhenti sebentar saja! ada urusan yang harus aku selesaikan!"

"Maaf Nona, sebaiknya Nona memerintahkan salah satu di antara kami saja untuk menyelesaikannya," tawar bodyguard itu.

"Hishhh... kalian ini benar-benar menyebalkan!" tukas Elsa kesal.

"Maaf Nona, kami diperintahkan untuk menjaga Nona Elsa. Jika ada hal yang membahayakan atau emergency, kami diperintahkan oleh Ny. Mira untuk membawa Nona kembali ke rumah," jawab bodyguard yang mengemudikan mobil.

"Membahayakan, emergency! gak jelas banget!" gerutu Elsa lalu melipat tangannya di atas dada.

Drt... Drrtt... Ddrrttt...

Ponsel Elsa bergetar, tertera nama Hasan dengan emotikon love di samping nama itu, memanggilnya. Kekasih yang sejak tadi dihubunginya tapi tidak ada respon apapun.

"Hallo!" ketus Elsa.

"Wah tuan putri, nampaknya kau sedang bahagia sekarang ini?" gurau Hasan, menggoda Elsa.

"Apa kau tidak bisa membedakan saat aku bahagia dan tidak?!" ketus Elsa lagi.

Hasan hanya tertawa.

"Tuan putriku yang cantik jelita, berhati baik dan tutur katanya yang selalu lembut. Ada apa gerangan ini? kenapa hatiku berkata kalau tuan putriku ini sedang tidak baik-baik saja?" tanya Hasan.

"Menurutmu?!" ucap Elsa balik bertanya.

"Ya baiklah, maafkan aku sayang. Katakan, ada apa?" tanya Hasan. "Kamu tahu, hari ini aku sangat sibuk dengan tumpukan pekerjaan di kantor, banyak sekali masalah yang harus aku selesaikan," ucap Hasan merendah.

Elsa mendengus kesal, "Sepenting itukah? jauh lebih penting dari pada aku?" desak Elsa.

Terdengar Hasan tertawa kecil dari balik telepon. "Tidak ada yang jauh lebih penting dari pada kamu Sayang, tapi percayalah. Aku benar-benar sedang sibuk hari ini, ini pun aku mencuri waktu hanya untuk mendengar suaramu Sayang. Kamu tahu 'kan? kalau aku bisa gila jika tidak mendengar suaramu dalam satu hari," rayu Hasan.

Elsa terdiam sejenak, tidak ada satupun kata-kata Hasan yang tidak ia percaya. Selama bertahun-tahun lamanya, pria itu telah membuktikan kesetiaannya, ucapannya dan janjinya. Lalu, bagaimana mungkin Elsa memiliki keraguan padanya?

"Kenapa diam Sayang, apa kau masih marah? maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ku mohon, jangan marah, aku benar-benar tidak bisa bertahan hidup dengan kemarahanmu," bujuk Hasan.

"Tidak," jawab Elsa singkat. "Aku hanya ingin bertemu, ada yang ingin aku bicarakan. Kapan kamu bisa menjemputku Has?" tanya Elsa penuh harap. "Kamu tahu, aku seperti tahanan sekarang. Aku harus dikawal kemanapun aku pergi," keluh Elsa. Kedua ekor matanya melirik sinis ke arah dua bodyguard yang sedang fokus ke arah jalan.

"Tentu saja, kita akan bertemu. Aku akan menjemputmu, besok atau lusa. Kapanpun yang kamu inginkan sayang," tukas Hasan cepat.

"Malam ini!" tukas Elsa ketus, lalu memutuskan sambungan teleponnya.

**

Sampai di rumahnya. Salah satu bodyguard itu langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Elsa.

Dengan tergesa-gesa Elsa segera mencari Mira. Dia ingin melayangkan protes ketidaksukaannya kepada dua bodyguard itu.

Setelah bertanya kepada beberapa asisten rumah tangganya, akhirnya Elsa menemukan keberadaan Mira. Wanita paruh baya dengan postur yang body perfect itu, sedang duduk berjemur di dekat kolam renang. Menikmati sepiring kentang goreng dan juga segelas jus jeruk.

"Mama!" teriak Elsa dari arah pintu. "Apa yang sebenarnya sedang Mama rencanakan?!" ketus Elsa sembari berjalan cepat ke arah Mira.

Mira menoleh sebentar, lalu melepas kacamata hitam besar yang menutupi kedua bola matanya.

"Sudah pulang?" tukasnya santai.

Elsa benar-benar sudah kehabisan kesabaran, dia mendekat sembari mencengkram bahu Mira. Dia tidak perduli lagi kalau Mira adalah ibunya.

"Sekarang katakan padaku, kalau kau lah pembunuh Papa! kau juga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk mendapatkan seluruh harta peninggalan Papa! atau kau juga berniat untuk membunuhku?! agar kau lebih leluasa untuk menguasai semuanya?!" cerocos Elsa.

Mira menghempaskan tangan Elsa dengan cukup kasar, dia sama sekali tidak menyangka kalau Elsa akan se-anarkis ini. Elsa yang dulunya gadis lembut dan manja, tiba-tiba saja berubah menjadi gadis yang sangat kasar.

"Cukup Elsa! kamu jangan keterlaluan!" bentak Mira tidak terima.

"Aku keterlaluan?!" tanya Elsa dengan nada mengejek. "Aku atau kamu yang keterlaluan?!". Elsa bertanya balik kepada Mira. " Apa kamu pikir aku tidak tahu perihal peluru itu?! aku tahu semuanya! aku tahu kebusukanmu!" bentak Elsa.

Mira tercengang mendengar ucapan putrinya itu.

"Peluru?" tanya Mira dengan ekspresi bingung bercampur kaget.

"Ya! peluru yang kau gunakan untuk membunuh papaku 'kan?!" desak Elsa.

Plak.... sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Elsa.

"Jaga ucapanmu!" tukas Mira sembari menunjuk ke arah wajah Elsa.

"Aku akan terus berteriak dan membuktikan kalau kamu adalah pembunuh berdarah dingin! sampai semua orang tahu kebenarannya!" teriak Elsa sembari memegangi pipinya yang panas karena bekas tamparan. "Kamu pikir aku bodoh?! kamu sengaja membuat hidupku terkekang, dengan memerintahkan dua bodyguard itu untuk mengikutiku kemanapun aku pergi! kamu takut kalau rahasiamu terbongkar! atau kamu sengaja, ingin membuatku stres, gila dan kamu dengan mudah menguasai semuanya!" oceh Elsa lagi.

Mira mengangkat tangannya, hendak menampar Elsa lagi. Tapi kali ini diurungkannya. Dia memilih pergi meninggalkan gadis yang tengah kalap itu.

Elsa terengah-engah sembari terisak karena menahan tangisannya serta emosinya.

Di sisi lain, seorang sedang menikmati drama yang terjadi antara Elsa dan ibunya. Dia berdiri tidak jauh dari kolam renang itu.