Chereads / KISAH YANG HILANG / Chapter 9 - SUNGGUH SIAL!

Chapter 9 - SUNGGUH SIAL!

Elsa mendengus kesal, tak disangkanya Mira akan melakukan hal sejauh ini. Bukankah ini keterlaluan, hingga meminta bodyguard untuk mengawasinya? bagaimana mungkin dia akan menemui Hasan, sedangkan mata-mata Mira ada bersamanya.

"Aku hanya ingin jalan-jalan ke pasar pagi sebentar saja, apa juga harus bersama mereka?" keluh Elsa.

"Ya, tentu saja! apalagi ke tempat-tempat yang ramai seperti itu," tukas Mira cepat.

Kesabaran Elsa benar-benar habis, "Aku ingatkan padamu sekali lagi! jangan pernah mengatur hidupku! kamu tidak berhak atas apapun tentang hidupku!" gertak Elsa.

Mira tersenyum sinis, "Tapi aku berhak memblokir semua fasilitas yang kamu gunakan, aku berhak membatasi semua harta yang akan kamu gunakan!" sanggah Mira.

Elsa benar-benar terkejut mendengar ucapan Mira, tak disangkanya Mira telah berkata demikian. Dugaan demi dugaan semakin kuat, kalau Mira memang andil di dalam kematian Chairul. Semakin jelas kalau Mira pasti hanya mengincar harta Chairul.

"Aku sudah tahu sekarang, kamu sengaja membunuh Papa kan? agar kamu bisa menguasai hartanya?! katakan padaku! apa aku benar?!" teriak Elsa.

Mira masih memberikan ekspresi tenang, "Tidak perlu berteriak, aku masih bisa mendengar semua dengan jelas," jawab Mira santai.

Nafas Elsa terengah-engah karena menahan amarah. Tapi untuk sekarang, percuma dia berdebat dengan wanita itu. Toh, Elsa tidak memiliki bukti apapun untuk menjebloskan Mira ke penjara. Sebaiknya dia mengendalikan diri dan mengikuti permainan Mira. Sembari mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, mengumpulkan bukti-bukti kuat yang mampu menyudutkan Mira.

Elsa kembali ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan sangat keras. Lalu kedua bodyguard itu pun menyusul dan mengemudikan mobil.

*

Setelah beberapa menit melaju di jala raya, salah satu bodyguard itu bertanya pada Elsa.

"Mau kemana kita Non?"

Elsa menatap tajam ke arah si penanya.

"Kamu tuli ya! aku kan tadi sudah bilang, ke pasar pagi!" bentak Elsa.

"Owh, baik Non."

Mereka melajukan mobilnya ke arah pasar pagi, sedikit jauh dari komplek perumahan Elsa. Sekitar setengah jam perjalanan. Tidak ada percakapan sama sekali di antara ketiganya. Kedua bodyguard itu terfokus pada jalan raya, sedangkan Elsa sibuk dengan gadgetnya.

"Huh... kemana sih kamu Has!" gerutu Elsa sembari mengutak-atik ponselnya.

Gadis itu menunjukkan wajah kesal yang luar biasa, hari ini banyak sekali kejadian yang membuat hatinya kacau. Pikirannya masih berkecamuk tentang peluru yang ia temukan di kamar Mira. Tapi ternyata Mira selangkah lebih maju darinya, dia sudah membuat hidupnya jadi terkekang sekarang.

Di perjalanan itu, dia sekilas seperti melihat Hasan. Pria itu sedang duduk sembari meminum kopi di pinggir jalan raya. Tapi, rasanya tidak mungkin. Seorang Hasan, pria kaya raya yang hidupnya sejak kecil bergelimang harta, mau singgah di tempat yang bisa dibilang kumuh seperti itu. Bahkan selama Elsa mengenalnya, Hasan tidak pernah mau kalau diajak makan di tempat yang biasa-biasa saja. Dia akan selalu memilih restoran kelas atas ataupun tempat mewah lainnya.

Tapi semakin dekat, semakin terlihat jelas kalau itu adalah Hasan. Apalagi saat pria itu menoleh ke arahnya, jelas sekali kalau itu Hasan.

"Berhenti!" ucap Elsa spontan, memberi perintah pada bodyguard yang tengah mengemudikan mobilnya.

Seketika itu juga mobil dihentikan mendadak. Suara klakson mobil dan kendaraan lainnya meraung dari arah belakang, karena penghentian mendadak itu. Tidak sedikit yang mengumpat karena mereka nyaris kecelakaan beruntun.

Bodyguard itu kembali mengemudikan mobil dengan pelan.

"Aku bilang berhenti!" bentak Elsa.

"Maaf Non, kita harus mencari tempat parkir. Kita tidak boleh berhenti mendadak seperti ini, berbahaya," jelas salah satu bodyguard itu.

Elsa kembali mendengus kesal. Berkali-kali dia menoleh dan memastikan kalau itu adalah Hasan. Hingga beberapa orang yang lalu lalang menghalangi pandangannya.

Setelah mobil diparkirkan. Elsa segera turun dari mobil dan berlari ke arah warung kopi itu. Dia tidak lagi menghiraukan panggilan kedua bodyguard itu.

Sesampainya di warung kopi.

Elsa segera memegang bahu lelaki yang dia pikir adalah Hasan. Karena bajunya, jaket dan wajahnya tadi sangat mirip dengan Hasan.

"Has," panggil Elsa.

Pria itu menoleh, dan ternyata dia bukanlah Hasan.

"Owh, maaf, maafkan saya, saya salah orang," ucap Elsa gugup, saat tahu ternyata dia salah orang.

Pria itu tersenyum lalu meletakkan kopinya di meja.

"Tidak apa Nona cantik, apa kamu ingin menemaniku minum kopi di sini?" tanya pria itu dengan tatapan menjijikan. Belum lagi, tangannya yang kasar dan kotor berani menyentuh tangan Elsa.

"Lepaskan saya!" bentak Elsa. "Jangan berani menyentuh saya!" gertaknya lagi.

Elsa sangat kesal, dia menghempaskan tangan pria itu dengan kasar. Tapi pria itu segera meraih kembali tangan Elsa dan mencengkramnya sekuat tenaga.

"Lepaskan!" pekik Elsa. Dia mulai panik, apalagi saat melihat semua orang yang ada di tempat itu nampak tidak perduli padanya.

"Sudahlah, duduk dan temani aku," ucap pria itu.

"Lepaskan!" pekik Elsa lagi, dia berusaha melepaskan cengkraman itu namun tenaga lelaki itu jauh lebih kuat darinya.

Tiba-tiba saja,

Bukkk... sebuah hantaman keras mendarat di wajah pria itu. Seketika juga tangan kasar itu melepaskan cengkramanannya.

Kedua bodyguard sudah berdiri di samping Elsa dan menghantam pria itu dengan sekali tinju.

"Beraninya kamu!" ucap bodyguard itu dengan suara garang.

Pria itu melirik ke suatu tempat sejenak, lalu melihat ke sekelilingnya. Antara malu dan takut, dia berlari kocar-kacir dari tempat itu.

"Non Elsa tidak apa-apa?" tanya bodyguard itu.

Elsa hanya menggeleng sembari memegangi lengannya yang memerah karena cengkraman pria tadi. Ada baiknya Mira meminta para bodyguard itu mengawalnya. Dalam hati, Elsa sangat bersyukur karena dia terjaga dari bahaya seperti tadi.

*

Mereka kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa meter saja.

Elsa masih kesakitan karena cengkraman pria itu. Dia terus memegangi tangannya yang memar.

"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit Nona?" tanya bodyguard itu.

Elsa tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Pikirannya masih terpaut pada pria tadi, jelas sekali kalau yang dilihatnya itu Hasan. Dan bajunya? tidak mungkin pria itu mampu membeli baju yang sama persis dengan yang dipakai Hasan. Baju yang dikenakan Hasan semuanya limited edition. Bagaimana mungkin dia salah mengenali wajah kekasihnya sendiri yang sudah bertahun lamanya menjalin hubungan? tapi tadi memang bukan Hasan, itu orang lain.

Sekarang Elsa merasa sangat kacau, tidak hanya hatinya, bahkan sekarang penglihatannya juga sangat kacau.

"Kurasa hari ini memang hari kesialanku," gumamnya lirih.

Elsa menghela nafas panjang, lalu kembali melempar pandangannya ke luar kaca mobil.

Lagi-lagi ada yang mencuri perhatiannya. Kali ini bukan Hasan, tapi dua orang bocah dan satu pria. Elsa langsung meminta bodyguard untuk menghentikan mobilnya secara mendadak lagi.

To be continued...