Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tunangan CEO Yang Tertukar

🇮🇩Quin_Celine
--
chs / week
--
NOT RATINGS
16.1k
Views
Synopsis
Ariel Lin adalah Presiden Direktur perusahaan kosmetik Salute. Dia terkenal angkuh, dingin dan kejam. Banyak orang menyebutnya sebagai Penyihir Berhati Dingin. Sedangkan Ivy Bei hanya karyawan biasa di perusahaan Salute yang memiliki sisi bertolak belakang dengan Ariel. Suatu hari jiwa Ariel dan Ivy tertukar. Seorang Malaikat menjelaskan jika Ariel ingin kembali pada tubuhnya, maka dia harus membuat tujuh kebaikan. Satu kebaikan yang dilakukan Ariel akan membuat satu mutiara di gelang yang dikenakan Ariel berubah warna menjadi putih. Sayangnya tidak mudah bagi wanita angkuh seperti Ariel untuk berubah. Tidak hanya itu Ariel juga dibantu oleh manajer produksi dalam perusahaannya bernama Nick Si. Bahkan setelah sikap buruk Ariel pada Nick, pria itu tidak membencinya dan tetap mengaguminya. Membuat Ariel merasakan perasaan aneh yang belum pernah dirasakannya. Di sisi lain, Ivy bukan hanya berjuang keras menjadi Ariel tapi dia juga harus berhadapan dengan tunangan Ariel yang tampan bernama Allan Feng. Ivy kesulitan menjaga hatinya karena Allan terlalu mempesona. Terutama cara pria itu memperlakukan Ivy dengan begitu spesial membuat Ivy jatuh cinta. Apakah Ariel bisa membuat tujuh kebaikan dan kembali pada tubuhnya? Lalu bagaimana dengan Ivy yang terlanjur jatuh cinta pada pria yang tidak seharusnya dia cintai?
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Penyihir Berhati Dingin

Suasana di ruang meeting dalam perusahaan Satute, perusahaan kosmetik besar di China, tampak begitu tegang. Bahkan setiap karyawan menggigil dingin karena merasakan tatapan tajam dari seorang wanita cantik yang duduk di kursi paling ujung. Wanita yang saat ini mengenakan gaun mini hitam yang dipadukan dengan blazer biru gelap itu adalah CEO perusahaan Salute bernama Ariel Lin. Bukan hanya tatapan tajam yang membuat seluruh karyawannya takut, tapi juga mulut tanpa filternya membuat lawan bicaranya gemetar.

Saat ini para karyawan itu tidak berani bersuara atau pun bergerak. Hanya satu orang yang tampak tidak terpengaruh oleh tatapan tajam Ariel. Dia adalah Nick Si, manager produk perusahaan Salute. Saat ini Nick sedang menjelaskan proposal produk baru yang ingin dikembangkan oleh perusahaan ini.

"White Cell DNA adalah produk perawatan kulit yang mampu mencerahkan kulit jauh lebih baik dari produk lainnya. Karena White Cell DNA mampu menghambat hiperpigmentasi, mencerahkan dan meratakan warna kulit."

Nick menoleh ke arah sekretarisnya yang bertugas mengatur power point. Pria yang mengenakan kacamata berbentuk lingkaran itu menganggukkan kepalanya memberikan kdoe agar wanita bernama Ivy Bei itu bisa mengganti slide pwer point berikutnya.

"Bisa dilihat bahan kandungan White Cell DNA berbeda dengan produk yang selama ini kita buat. Karena White Cell DNA diformulasikan dengan nanoencapsulation technology berukuran 200 nano meter yang berfungsi untuk melindungi bahan aktif sehingga produk ini bisa terserap lebih efektif dan tidak mengiritasi kulit."

"Apakah kamu pikir produk ini bisa bersaing dengan produk perawatan kulit lainnya, Tuan Si?" tanya Ariel tanpa memperlihatkan ekspresi apapun sehingga tak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

"Saya berpikir jika kita bisa menggandeng beauty vlogger bernama Vivian Yan, kita bisa membuat semua orang mengetahui dan tertarik pada produk kita." Jelas Nick yang terlihat begitu santai menghadapi wanita ya ng terkenal sebagai 'Penyihir berhati dingin'.

Tiba-tiba saja Ariel berdiri membuat semua orang semakin ketakutan. Nick bisa melihat wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu mengambil kertas berisi proposal produk yang dijelaskan olehnya. Kemudian Ariel berjalan menghampiri Nick yang masih berdiri di samping layar proyektor. Langkah wanita itu begitu anggun membuat Nick tidak bisa menahan diri untuk terpesona pada wanita itu.

Langkah Ariel berhenti tepat di hadapan Nick. Tiba-tiba saja wanita itu melemparkan proposal itu tepat di wajah Nick membuat kertas berhamburan sebelum akhirnya terjatuh di lantai. Bahkan secara tidak sengaja pinggiran kertas yang bisa tajam seperti silet menggores pipi kanan Nick.

"Apakah perusahaan ini bisa berjalan berdasarakan kata 'saya berpikir', Tuan Si? Aku tidak butuh apa yang kamu pikirkan. Aku butuh hasilnya. Jika kamu bisa melakukan survei yang menunjukkan produk ini bisa menguntungkan, baru aku akan memberikan izin dariku."

Ariel berjalan menghampiri pintu ruang meeting dan berjalan keluar. Seorang pria yang sebelumnya duduk di belakang Ariel langsung berlari menyusul wanita itu.

"Kak, apakah kamu baik-baik saja?" Ivy menghampiri Nick. Bahkan wanita itu tidak berdiri di depan Ariel. Tapi Ivy bisa merinding ketakutan. Dia berpikir Nick pasti jauh lebih takut karena dia yang mendapatkan omelan dari penyihir berhati dingin itu.

Nick menoleh dan menyunggingkan senyuma. "Aku tidak apa-apa, Ivy."

"Oh, tidak. Pipi kananmu tergores, Kak."

Nick menyentuh pipi kanannya yang memang terasa perih. Kemudian dia bisa melihat sedikit darah menempel di ujung jarinya.

"Hanya luka kecil, tidak apa-apa, Ivy."

Ivy menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa dibiarkan, Kak. Kita harus mengobatinya. Ayo segera kembali ke ruanganmu."

Nick menganggukkan kepalanya. Kemudian pria itu membantu Ivy membersihkan barang-barang mereka sebelum pergi meninggalkan ruang meeting.

***

Pintu ruangan Ariel terbuka dengan kasar. Terlihat jelas wanita itu tampak sangat kesal karena presentasi Nick yang kurang memuaskan. Wanita itu menghampiri kursinya dan menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Seorang pria berjalan mengikuti Ariel masuk. Calvin Bei, sang sekretaris, berdiri tepat di depan meja Ariel.

"Tidak bisakah anda bersikap jauh lebih baik, Nona Lin?" Calvin menghela nafas berat.

Tatapan tajam dlayangkan Ariel pada pria berkacamata itu. "Aku hanya tidak ingin perusahaan ini mengalami kerugian, Calvin. Apakah itu salah?"

Pria berusia empat pukuh tahun itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nona Lin. Tapi setidaknya anda bisa memberitahu Tuan Si dengan baik-baik, Nona Lin. Jika anda seperti ini terus menerus, semua karyawan terbaik di Perusahaan Salute akan memilih untuk mengundurkan diri."

Ariel mengangkat kedua bahunya tanpa ada rasa peduli. "Tidak masalah jika mereka memilih keluar dari perusahaan ini. Masih banyak karyawan yang jauh lebih baik yang siap menggantikan mereka."

Calvin hanya bisa mengehla nafas berat. Dia sudah lama mengenal Ariel. Bahkan sebelum wanita itu menjabat posisi presiden direktur menggantikan ayahnya. Dan Calvin bisa mengetahui jika Ariel tidak akan mau mendengarkan ucapan orang lain. Dia memilih untuk berjalan di jalan yang dia tentukan sendiri. Caranya ini sama persis dengan Dylan Lin, ayah Ariel.

Sebuah ketukan pintu membuat mereka berdua menoleh. Terlihat saat pintu terbuka seorang pria mengenakan setelan biru polkadot berjalan masuk. Pria itu menyunggingkan senyuman yang membuat wajahnya semakin terlihat begitu tampan.

"Apakah aku mengganggu pembicaraan penting kalian?" tanya Allan Feng, tunangan Ariel.

Calvin menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan Feng. Kami sudah selesai membicarakan urusan pekerjaan. Saya akan keluar untuk membuatkan anda kopi."

Allan menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Calvin. Aku ingin mengajak Ariel makan siang bersama."

"Tidak bisa. Aku masih ada pekerjaan." Jawab Ariel dengan ketus. Meskipun Ariel dan Allan memiliki hubungan pertunangan, tapi hubungan mereka hanya sebatas politik bisnis. Tidak ada perasaan apapun di antara mereka. Setidaknya itulah yang dianggap oleh Ariel.

"Ayolah, Ariel. Jika kamu tidak makan, kamu hanya akan membuat tubuhmu sakit. Dan jika tubuhmu sakit, kamu tidak akan bisa bekerja. Dan jika kamu tidak bisa bekerja, kamu…"

"OKE." Seru Ariel memotong ucapan pria itu. "Jika makan siang bersama bisa membuatku segera mengusirmu dari hadapanku, aku akan melakukannya."

"Apakah kamu terlalu membenciku, Ariel? Itu sungguh menyakiti hatiku." Allan menyentuh dadanya dan memasang ekspresi sedih.

Calvin yang melihatnya berusaha untuk menahan tawa. Sedangkan Ariel hanya mendengus kesal melihat tingkah tunangannya.

"Aku tidak membencimu karena kamu sangat menguntungkanku, Allan. Hanya saja kamu terlalu menyebalkan jika terlalu banyak bicara."

Kemudian tatapan Ariel beralih pada Calvin. "Aku pergi dulu, Calvin. Kamu juga harus istirahat makan siang."

Calvin menganggukkan kepalanya. "Baik, Nona Lin."

Ariel berdiri dan mengambil tasnya sebelum akhirnya berjalan menghampiri Allan. Pria itu mengulurkan lengan kirinya. Sehingga Ariel bisa menyentuhnya dan mereka pun berjalan keluar. Menunjukkan pada orang-orang jika mereka adalah pasangan yang romantis.

***