Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 5 - 5. Gelang Kebaikan

Chapter 5 - 5. Gelang Kebaikan

Ariel membuka matanya perlahan. Dia mengedip-ngedipkan matanya saat merasa asing melihat langit-langit kamar yang berwarna putih bersih. Seketika rasa kantuk Ariel menghilang. Segera wanita itu duduk dan melihat kamar yang begitu asing di matanya.

"Aku berada di mana? Apakah aku tidur berjalan?" Tanya Ariel sangat bingung dengan situasi asing di sekitarnya.

Dia menyibak selimutnya dan menghampiri meja rias. Ariel melihat barang-barang di kamar itu begitu mewah.

"Apa aku sedang bermimpi?" Tanya Ariel tak percaya.

Dia duduk di depan meja rias. Saat itulah dia tampak terkejut melihat wajahnya yang terpantul di cermin meja rias.

Di tempat lain Ivy juga membuka matanya dari tidur nyenyaknya. Gadis itu pun menguap dan meregangkan tubuhnya.

"Aahh… Kenapa tubuhku sakit semua?" Keluh Ivy.

Wanita itu menyibak selimutnya dan berjalan menuju pintu kamar. Langkahnya terhenti saat merasakan ada yang ganjil. Ivy menoleh dan menghampiri kaca yang menggantung di dinding. Benar saja dia langsung meraba wajahnya dan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"UUUWWWAHHHHH...…" Teriak Ariel dan Ivy bersamaan.

***

Ariel meraba wajahnya yang berubah menjadi Ivy. Dia menekan-nekan pipinya lalu mencubit hidungnya berharap ini tidak nyata bagi Ariel. Tapi dia bisa merasakan rasa sakit saat dia melakukan tindakan itu.

"Sebenarnya yang terjadi? Ba-Bagaimana bisa aku menjadi Ivy? Apakah ini semua mimpi?" Heran Ariel.

"Karena ini memang bukan mimpi."

Ariel berbalik saat mendengar suara seseorang. Wanita itu terkejut hingga terjatuh ke lantai saat melihat seorang pria yang baru saja keluar dari sinar yang berkilauan. Ariel berusaha menutupi matanya dengan tangan untuk melindungi dari sinar itu sampai cahaya itu hilang. Setelah itu Ariel menurunkan tangannya. Tatapannya tertumbuk pada seorang pria berwajah manis tengah menyunggingkan senyuman di wajahnya. Pria bertubuh kurus dengan kulit seputih salju itu melambaikan tangannya menyapa Ariel.

"Si-siapa kamu?" Tanya Ariel penasaran.

Pria itu mendekati Ariel. Kemudian dia berjongkok melihat wajah gadis itu. "Halo, Ariel." Sapanya dengan nada ceria.

Ariel memicingkan mata curiga ke arah pria itu. "Ba-bagaimana bisa kamu tahu namaku?"

"Tentu saja tahu. Karena Tuhan yang memberitahuku?" Pria itu mengarahkan jari telunjuknya ke atas.

Seketika Ariel tertawa mendengar ucapan laki-laki itu. "Tuhan yang memberitahumu? Kamu memiliki selera humor yang berbahaya. Memang kamu siapanya Tuhan sehingga Tuhan memberitahumu namaku? Jangan katakan kamu adalah Malaikat?"

Pria itu menganggukkan kepalanya dengan senyuman masih mengembang di wajah tampannya. "Tepat sekali. Aku memang Malaikat."

Ariel terdiam mendengar jawaban pria itu. Tapi detik berikutnya Ariel kembali tertawa. Bahkan tawanya terlalu keras sampai membuat perutnya sakit.

"Kamu benar-benar memiliki selera humor yang tinggi. Jika kamu malaikat maka aku juga adalah Malaikat. Jadi berhentilah membodohiku. Cepat katakan padaku yang sebenarnya." Tawa Ariel lenyap dan digantikan dengan tatapan tajam.

Senyuman di wajah pria itu lenyap dan digantikan dengan ekspresi sedih. "Sangat mengecewakan mendengarnya. Jadi kamu tidak percaya jika aku malaikat, Ariel?"

"Jika ini dalam abad yang modern ini ya aku tidak percaya. Aku adalah wanita yang selalu berpikir realistis bukan religius."

Pria itu menghela nafasnya berat. "Baiklah, jika kamu tidak percaya. Aku akan membuktikannya padamu jika aku memang adalah Malaikat."

Pria itu berdiri lalu berjalan mundur beberapa langkah. Ariel ikut berdiri dan terus mengamati apa yang hendak dilakukan oleh pria itu. Nafas Ariel pun tercekat tatkala melihat pemandangan di hadapannya. Tiba-tiba sepasang sayap putih dan berkilau tampak keluar dari punggungnya. Sayang itu mengembang lebar sehingga nyaris memenuhi kamar yang kecil itu. Ariel melongo melihat hal yang diluar perkiraan manusia.

"Ja-jadi…. Jadi kamu benar-benar malaikat?" akhirnya Ariel baru percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Itulah yang sejak tadi kukatakan padamu." Pria itu mendengus mendengar ucapan Ariel.

Ariel menghampiri pria itu dan mengamati sayap itu dengan penuh kagum. Wanita itu mengulurkan tangan dan mengelus sayap itu. Sangat lembut bahkan jauh lebih lembut daripada kemeja sutra yang dimilikinya.

"Apakah ini asli?" Ariel mencabut satu bulu dari sayap itu.

"YA!! Hentikan sebelum kamu menghabiskan semua bulunya." Kesal malaikat itu.

Ariel tertawa melihat reaksi pria itu. Kemudian dia teringat dengan apa yang terjadi pada dirinya. "Jadi apa kamu bisa menjelaskan yang terjadi padaku, Malaikat?"

"Ck… Sangat tidak sopan. Tidak bisakah kamu menanyakan namaku dulu?"

Ariel mengedipkan matanya bingung. " Nama? Bukankah namamu adalah malaikat? Karena itu aku memanggilmu Malaikat tadi."

"Malaikat tentu saja memiliki nama. Memang hanya manusia dan hewan saja yang diberi nama."

Ariel menghela nafas tidak sabar. "Baiklah, jadi Malaikat bawel, siapa namamu?"

Pria itu memasang wajah imutnya. "Namaku adalah Lee."

Ariel sama sekali tidak terpengaruh dengan keimutan malaikat itu. "Jadi Lee, bisa kamu jelaskan apa yang terjadi denganku? Bagaimana bisa aku berada dalam tubuh Ivy?"

"Baiklah Nona tidak sabaran, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi, Tuhan mengirimku untuk membawakan pesan untukmu. Mengingat sikapmu yang dingin, tak berperasaan, sombong dan tak punya hati sehingga banyak sekali orang yang membencimu."

"Memang apa salahnya bersikap seperti itu." Ariel tampak tidak bersalah sama sekali.

"Tentu saja salah, Bodoh. Karena kamu sangat berdosa besar. Bagaimana bisa manusia tidak punya hati sepertimu bisa hidup di dunia ini." Lee menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ingin sekali Ariel memukul pria itu. Tapi dia menahannya untuk mengetahui informasi lebih lanjut.

"Sebelum Tuhan menghukum berat maka Tuhan memberimu kesempatan untuk berubah."

Lee memutar tangannya membentuk lingkaran. Seketika di tangan Ariel melingkar sebuah gelang mutiara berwarna hitam.

"Kenapa kamu memberiku gelang? Memang gelang apa ini?" Tanya Ariel mengagumi kecantikan gelang itu.

"Itu disebut dengan gelang kebaikan. Jika kamu ingin kembali ke tubuhmu kamu harus membuat tujuh butir mutiara hitam itu menjadi berwarna putih."

"Berwarna putih? Bagaimana caranya? Apa aku harus nengecatnya?"

Sebuah jitakan mendarat di kepala Ariel. "Tentu saja tidak, BODOH!!! Sesuai dengan namanya kamu harus melakukan kebaikan dari hatimu. Lebih mudahnya kamu harus melakukan kebaikan dengan tulus baru mutiara itu akan berubah menjadi putih."

"Kebaikan? Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya."

Lee menghela nafas. "Karena itu Tuhan memindahkan tubuhmu ke dalam tubuh Ivy."

"Kenapa harus Ivy? Dia hanya wanita miskin dan bodoh."

Lee menangis dan berdoa pada Tuhan. "Ya, Tuah, kenapa Kamu memberikan tugas berat ini."

"Hei, Lee. Jawab pertanyaanku. Kenapa aku harus berada di tubuh Ivy?"

"Karena Ivy adalah gadis yang baik jadi kamu harus belajar darinya. Aduh.. dari tadi kamu tidak berhenti bertanya. Masih banyak yang harus kukerjakan. Aku pergi dulu. Bye…."

Tiba-tiba Lee menghilang.

"HEI!!! Tunggu….."

Seperti halnya menghilang, Lee bisa muncul mendadak di belakang Ariel. "Ada apa lagi?"

Ariel terlonjak kaget hingga terjatuh. "YA!! Kamu mengagetkanku."

"Ada apa lagi? Aku adalah Malaikat yang sibuk."

"Bagaimana jika aku tidak bisa melakukannya?"

"Maka jika mutiara itu tidak bisa berubah putih dalam kurun waktu tiga bulan, Tuhan akan menguncimu ke dalam tempat penyiksaan. Karena itu jadilah anak yang manis Ariel Lin." Lee kembali menghilang meninggalkan Ariel yang melihat ke arah gelangnya.

"Bagaimana aku bisa melakukannya?"

* * * * *