Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 11 - 11. Rencana Tersembunyi Allan

Chapter 11 - 11. Rencana Tersembunyi Allan

Allan sedang mempelajari prafum baru yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Spica. Dari data yang diperoleh, uji coba parfum terbaru Spica sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya. Sehingga Allan tinggal meminta parfum itu segera diproduksi dalam jumlah besar dan melakukan launching.

Setelah selesai mengirimkan email pada devisi produksi, Allan mulai meregangkan tubuhnya. Dia mengangkat kedua tangannya dan mengerang saat tubuhnya terasa jauh lebih baik. Kemudian tatapannya tertuju pada layar ponselnya. Dia menyalakan smartphone yang berada di atas meja itu. Kemudian sebuah foto dirinya dan Ariel yang diambil pagi tadi menghiasi layar smartphonenya. Allan tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Kemudian dia ingat panggilan 'Kakak' yang disebutkan oleh Ariel. Meskipun merasa aneh dengan perubahan itu, tapi Allan tetap menyukainya.

Tiba-tiba sebuah ketukan di pintu ruang kerjanya membuat Allan mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Masuk." Ucap Allan yang berpikir jika itu adalah Jason.

Sesuai tebakannya, Jason membuka pintu itu. "Seseorang mencari anda, Direktur Feng."

Allan menatap sekertarisnya bingung. "Siapa yang mencariku, Jason?"

"Presiden Direktur Kim."

Tubuh Allan membeku mendengar panggilan ayahnya disebutkan oleh Jonas. Dia ingat jika ayahnya sebelumnya sedang berada di Korea Selatan untuk mengembangkan perusahaan Spica hingga bisa sampai luar negeri.

"Persilahkan dia masuk, Jason." Pinta Allan yang mulai membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja.

"Baik, Direktur Kim." Jason menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.

Tak lama kemudian pintu ruangan kembali dibuka. Seorang pria paruh baya berjalan masuk dalam ruangan Allan. Melihat ayahnya, Allan langsung berdiri dan menghampiri ayahnya. Connor Feng, pria berusia lima puluh tahun yang begitu mirip dengan Allan. Bahkan bisa dibilang jika Connor adalah versi dewasa dari Allan.

Langkah Allan berhenti di depan ayahnya lalu dia membungkuk untuk memberikan hormat padanya. Setelah itu mereka berdua duduk di atas sofa dalam ruangan itu.

"Saya tidak mengira anda pulang secepat ini, Presiden Direktur Kim." Ucap Allan dengan begitu sopan.

"Apakah kamu harus bersikap formal pada papamu sendiri? Lagipula tidak ada orang lain di sini, Allan."

"Baiklah, Pa. Kapan kamu pulang?" Allan mengubah gaya bicaranya.

"Baru saja. Dan aku langsung kemari."

"Aku pikir Papa masih butuh waktu tiga hari lagi."

Connor menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau pergi terlalu lama. Mengingat kakekmu terus mengingatkan ulang tahunnya. Karena itulah aku mempercepat pekerjaanku."

"Jadi apa yang ingin Papa bicarakan sampai harus kemari lebih dahulu daripada pulang dan beristirahat?"

"Baiklah, aku akan langsung pada inti pembicaraannya. Aku ingin tahu kapan kamu akan mengajak calon istrimu itu membicarakan pernikahan?"

Allan tahu ayahnya akan menanyakan hal ini. Tapi melihat Ariel masih keras kepala, Allan tak yakin mampu membujuk wanita itu untuk segera menikah.

"Secepatnya, Pa. Aku akan membujuknya agar secepatnya kami bisa menikah."

Ayah Allan tersenyum sinis. "Berusaha? Apakah hanya itu yang bisa kamu lakukan, Allan? Bagaimana kamu akan menjadi Presiden Direktur menggantikanku jika kamu tidak bisa membujuk tunanganmu untuk menikah?"

"Maafka aku, Pa. Aku akan berusaha lebih keras lagi." Allan hanya bisa menunduk tak berani menatap ayahnya.

"Ingat Allan, jika kamu bisa menikah dengan Ariel, maka kamu bisa merebut perusahaan Salute. Kamu mengerti?"

Allan menganggukkan kepalanya karena tidak ingin membantah ayahnya. "Aku mengerti, Pa."

"Baguslah. Apakah kamu sudah mengajak Ariel ke pesta ulang tahun Kakekmu besok?"

Allan menganggukkan kepalanya. "Ya, aku sudah mengajaknya dan memastikan dia akan datang. Apa Kak Nick akan datang?"

Ekspresi wajah Connor berubah dingin saat putranya menyebut nama seseorang yang tidak disukainya. "Untuk apa kamu menanyakan anak haram itu? Jangan perdulikan dia, Allan. Dan jangan dekat dengannya. Pikirkan saja misimu, mengerti?"

"Mengerti, Pa."

Connor berdiri sehingga Allan pun ikut berdiri. Allan membungkuk mengiringi kepergian ayahnya. Setelah Connor keluar dari ruangannya, Allan bisa menghela nafas lega. Dia berjalan menghampiri kursi kerjanya. Setelah menghempaskan tubuhnya ke atas kursi, Allan mengambil smartphone miliknya. Dia menyalakannya sehingga layarnya menampilkan foto dirinya dan Ariel.

"Maafkan aku, Ariel. Meskipun keluargaku memiliki tujuan tertentu, tapi aku akan melindungimu." Tekad Allan.

***

Ivy melongo melihat beberapa pelayan mendorong stand hanger berjalan masuk ke dalam kantor. Total ada dua stand hanger yang sudah di masukkan. Di stand hanger terlihat berbagai macam gaun dari merk tekenal. Tidak hanya itu, para pelayan itu juga membuka kotak-kotak berisi sepatu, tas dan juga berbagai macam perhiasan.

"Ada apa ini, Calvin?" tanya Ivy pada sekretaris Ariel yang berdiri di sampingnya.

"Tuan Feng yang mengirim mereka kemari. Manajer toko mengatakan jika Tuan Feng ingin meminta anda memiliki gaun, sepatu, tas dan perhiasan yang anda inginkan untuk dipakai saat pesta ulang tahun kakeknya besok malam." Jelas Calvin dengan nada tenang.

Seketika Ivy melotot mendengar penjelasan sekretaris itu. "Pesta ulang tahun Kakek Allan?"

Calvin menoleh menatap Ivy bingung. "Kenapa anda terkejut, Presiden Direktur Lin? Bukankah semalam anda juga datang ke butik bersama Tuan Feng untuk memilih gaun? Tapi entah ada masalah apa anda menelpon saya untuk dijemput."

Ivy merutuki dirinya sendiri karena sudah membuat Calvin sedikit curiga. "Ah, aku melupakan hal itu. Sepertinya karena merasa pusing jadi aku tidak bisa berkonsentrasi."

Manajer toko yang bertanggung jawab dengan semua barang-barang mahal itu sudah berdiri di hadapan Ivy. "Selama siang, Nona Lin. Tuan Feng meminta saya untuk membawakan seluruh produk terbaik dalam toko kami. Sehingga anda bisa memilihnya."

Memilihnya? Bagaimana aku bisa memilihnya jika aku sendiri bukan Ariel? gumam Ivy dalam hati.

"Bisakah kalian semua keluar lebih dahulu. Aku ingin memilihnya sendiri. Jika ada banyak orang yang tidak bisa memilihnya dengan baik." Pinta Ivy.

Manajer toko itu tampak kebingungan dan keberatan dengan permintaan Ivy. Kemudian Ivy menatap Calvin untuk membantunya.

"Seperti yang dikatakan Presiden Direktur Lin, sebaiknya kita semua keluar. Percayalah Presiden Direktur Lin akan bertanggung jawab dengan seluruh barang dari toko anda." Calvin berusaha membujuk wanita itu keluar.

Manajer toko itu menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Presiden Direktur Lin. Saya dan pelayan lain akan menunggu di luar. Jika sudah selesai memilih, anda bisa memanggil kami."

Ivy hanya menganggukkan kepalanya. Setelah semua orang keluar termasuk Calvin, Ivy bergegas mengambil smartphone dan menghubungi Ariel.

"Ada apa?" tanya Ariel dengan nada kesal.

"Presiden Direktur Lin, kenapa kamu tidak memberitahuku soal pesta ulang tahun Kakek tuan Feng besok?" panik Ivy.

"Ah, aku melupakannya."

Mata Ivy terbelalak mendengar jawaban Ariel yang sangat santai. "Lupa? Ya, Tuhan, bagaimana bisa kamu melupakan acara sepenting itu, Presiden Direktur Lin? Dan sekarang Tuan Feng membawakan nyaris isi seluruh toko ke dalam kantormu. Dia memintaku untuk memilih. Bagaimana ini?"

Ariel menghela nafas berat. "Kamu tinggal pilih saja pakaian dan perhiasan yang kamu sukai."

"Tapi bagaimana jika aku salah pilih?"

"Dengar, Ivy, jika Allan membawakan barang-barang untukku pasti bukanlah benda murahan. Jadi apapun yang akan kamu pilih itu tidak akan ada salahnya. Karena semuanya tetap bagus. Mengerti?"

"Baiklah." ucap Ivy seperti anak kecil yang baru saja diomelin ibunya. "Tapi bagaimana dengan pestanya, Presiden Direktur Lin? Aku takut membuat kesalahan di pesta."

"Tenang saja, aku pasti akan membantumu."

"Membantuku? Bagaimana caranya?

***