Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 15 - 15.Keputusan Yang Tepat

Chapter 15 - 15.Keputusan Yang Tepat

Akhirnya Ariel berjalan menghampiri wastafel. Dia mengambil satu handuk dan menatanya di meja wastafel. Bayi itu sama sekali tidak menangis karena masih belum bisa bernafas. Seolah di masih berada di dalam perut sang itu. Setelah menghidupkan keran air di sampingnya, Ariel pun mempersiapkan dirinya untuk melakukan hal yang tidak akan disukainya.

Ariel menarik nafas panjang. Kemudian dia menunduk untuk menyedot lendir yang menutupi lubang hidung dan mulut si bayi. Setelah menyedotnya, Ariel segera memuntahkannya ke wastafel dan memasukkan air keran itu ke dalam mulutnya untuk berkumur-kumur. Seketika terdengar suara tangis bayi yang pecah setelah hidungnya bersih. Ariel bisa bernafas lega karena akhirnya nyawa sang bayi itu bisa diselamatkan.

"Kamu bisa memberikan bayi itu pada ibunya. Lalu kamu mulai cari bantuan untuk menolong mereka." Lee memberikan instruksi terakhir.

Ariel menganggukkan kepalanya. Dia menggendong bayi yang masih menangis itu. Bayi itu sangat lapar dan membutuhkan air susu sang ibu. Setelah itu, Ariel menghampiri ibu bayi yang masih berbaring di atas lantai. Wanita itu terlihat lemah tapi beruntung masih belum pingsan.

"Nyonya, Aku akan meletakkan bayi ini di lenganmu. Aku akan segera mencari bantuan." Ariel meletakkan bayi itu di lengan sang ibu. Seakan bisa merasakan kehadiran sang ibu, ajaibnya tangis bayi itu mereda. Bayi mungil itu meringkuk nyaman di pelukan sang ibu.

Namun sebelum Ariel pergi, sang itu itu menahan tangan Ariel dengan menggunakan satu tangannya yang lain. Wanita itu menyunggingkan senyuman lemah.

"Nona, terima kasih sudah mau menolongku dan bayiku. Apakah aku boleh tahu siapa namamu?" tanya sang ibu bayi itu.

"Namaku? Namaku Ariel." Ariel tidak berpikir lebih dahulu saat menyebutkan namanya. Dia lupa jika saat ini dirinya berada dalam tubuh Ivy.

"Nama yang cantik. Apakah tidak masalah jika aku menamai bayi ini sesuai namamu, Ariel? Karena aku ingin selalu mengingat kebaikanmu." minta sang ibu bayi.

Ariel menganggukkan kepalanya. "Aku tidak mempermasalahkannya. Semoga bayi Ariel tubuh menjadi anak yang sehat dan cantik."

Ibu itu tersenyum sembari menatap sang putri kecilnya. Entah kenapa Ariel merasa terharu saat melihat momen ibu dan anak itu.

"Aku akan mencari bantuan. Tunggu sebentar di sini." Ariel bergegas keluar mencari bantuan.

***

Mobil ambulans melaju pergi meninggalkan kediaman keluarga Feng. Ambulans itu membawa ibu dan anak yang telah ditolong oleh Ariel. Nick tersenyum melihat Ariel yang berdiri di sampingnya dengan bernafas lega. Pria itu begitu terkejut saat melihat Ariel keluar dari toilet dengan wajah panik dan gaun yang berlumuran darah.

"Kamu hebat sekali, Ivy. Aku tidak yakin ada orang lain yang bisa membantu bibiku jika bukan kamu yang membantunya. Aku pikir membantu persalinan adalah keputusan yang tepat." Puji Nick.

"Tidak sehebat itu, Nick. Karena jika aku sendiri saja aku tidak bisa melakukannya dengan baik. Itu semua karena aku harus mendengarkan instruksi dari seseorang yang sangat cerewet." Ariel melirik Lee yang berdiri di sisi lain. Malaikat itu mendengus kesal karena Ariel menyebutnya 'cerewet'.

"Seseorang yang sangat cerewet? Siapa dia?" tanya Nick penasaran.

Ariel menoleh ke arah Nick dan tersenyum lebar. "Rahasia."

Nick tertawa melihat tingkah Ariel seperti anak kecil. Kemudian tatapan pria itu kembali tertuju pada noda-noda darah yang menempel di gaun yang dikenakan oleh wanita itu.

"Ivy, bagaimana jika aku yang mengantarmu pulang? Kamu tidak akan masuk ke dalam mencari temanmu dengan dress bernoda darah seperti itu bukan?"

Ariel menunduk untuk melihat ke arah gaun yang dibicarakan oleh Nick. Wanita itu bisa melihat gaunnya tampak kusut dan banyak noda darah di setiap sudutnya. Ariel harus menghela nafas berat karena salah satu gaun mahalnya sudah rusak. Kemudian Ariel mendongak dan menatap Nick yang menunggu jawaban darinya.

"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Aku akan terima tawaranmu, Nick."

Nick tersenyum mendengar jawaban Ariel. "Kalau begitu, ayo kita segera pergi dari sini." Pria itu juga tidak terlalu suka dengan pesta itu. Sehingga dia tidak masalah jika harus pergi di tengah pesta sedang berlangsung.

Ariel berjalan mengikuti Nick menuju area parkir. Langkah mereka berhenti di depan mobil sedan berwarna putih. Nick membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Ariel. Sehingga wanita itu melangkah masuk ke dalam. Sedangkan Nick, setelah menutup pintu di samping Ariel, pria itu berjalan memutar untuk bisa sampai di kursi kemudi.

Tak lama kemudian mereka sudah berada dalam mobil yang membawa mereka melintasi kota Guangzhou. Ariel melirik ke arah Nick yang sedang menyetir. Wanita itu seakan ingin mengatakan sesuatu tapi dia ragu untuk mengungkapkannya.

"Sepertinya ada yang ingin kamu katakan, Ivy." Tebak Nick melirik ke arah Ariel dari sudut matanya.

"Bagaimana kamu tahu?"

Nick tersenyum, "dari gerak-gerikmu sudah terlihat jelas. Jadi apa yang ingin kamu katakan? Tidak apa-apa jika kamu ingin mengatakannya."

Ariel tampak ragu untuk mengatakannya. "Tadi saat aku berada di toilet aku tidak sengaja mendengar pembicaraan dua orang wanita. Mereka sedang membicarakan tentangmu."

Wajah Nick menjadi dingin mengetahui apa yang didengar Ariel. "Jadi kamu sudah tahu siapa aku dalam keluarga Feng?"

Ariel menganggukkan kepalanya. "Ya, aku baru mengetahuinya."

Wanita itu masih menatap Nick. Seakan masih ada yang ingin dikatakannya.

"Dan kamu ingin tahu bagaimana hal itu bisa terjadi?" tebak Nick.

Ariel menganggukkan kepalanya. "Ya, jika kamu mengijinkannya. Tapi aku tidak ingin memaksamu jika ini terlalu sulit untuk diungkapkan. "

Nick menghela nafas. " Tidak terlalu sulit untuk diungkapkan. Karena itulah aku akan menceritakannya padamu. Papaku sebenarnya adalah kakak dari Papanya Allan. Dia hendak menikah dengan seorang wanita yang dipilihkan oleh Kakek. Tapi sayangnya ayahku tidak menyukai wanita itu. Hanya satu wanita saa yang dicintai olehnya, yaitu mama-ku."

Nick tampak sedih mengingat orang tuanya yang sudah meninggal. "Namun sayangnya Mama bukanlah dari kalangan ekonomi atas. Dia hanyalah gadis biasa yang menjadi pelayan di sebuah restoran. Mengetahui hal itu Kakek marah besar dan mengusir Papaku. Namun sayang Papa dan Mama-ku tidak bisa bersatu karena Papa mengalami kecelakaan yang membuatnya tewas saat dalam perjalanan pergi dari kediaman keluarga Feng."

"Maafkan aku, Nick. Seharusnya aku tidak memaksamu untuk bercerita." Ariel menyesali rasa penasarannya. Dia tidak tahu jika apa yang telah dialami oleh Nick sangat menyedihkan.

Nick yang sedang menyetir terlihat tersenyum tipis. "Tidak masalah, Ivy. Kejadian itu sudah sangat lama. Sebenarnya aku juga ingin bertanya sesuatu padamu."

Ariel memicingkan matanya. "Tanya apa?"

"Apakah kamu mempelajari ilmu kedokteran?" tanya Nick.

"Ilmu kedokteran? Tidak aku tidak memperlajarinya." Ariel menggelengkan kepalanya. "Memang ada apa?"

"Tadi seorang perawat mengatakan jika orang yang membantu persalinan tadi sudah melakukan dengan sangat baik layaknya seorang dokter. Bahkan tahu bagaimana mengatasi kesulitan bernafas pada bayi yang baru lahir. Karena itu aku berpiki kamu pernah mempelajari ilmu kedokteran atau semacamnya."

Ariel menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mempelajari ilmu kedokteran. Seperti yang aku katakan sebelumnya. Seseorang yang sangat cerewet membantuku. Tapi aku tidak bisa memberitahumu siapa orang itu."

Ariel melirik ke arah cermin dalam mobil yang memperlihatkan sang Malaikat Lee yang duduk di belakang. Lee menatap keluar jendela seakan tidak tertarik dengan pembicaraan Ariel dan Nick. Tapi sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya karena membantu proses persalinan tadi.

***