Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 19 - 19.Apakah Kamu Menyukainya?

Chapter 19 - 19.Apakah Kamu Menyukainya?

"Apa kalian gila?! Aku tidak mungkin menyukai Manajer Si." Seru Ariel dengan kesal. Wanita itu lupa jika dirinya saat ini bukanlah Presiden Direktur Lin, melainkan sekretaris Bei. Namun dia benar-benar terkejut dengan pertanyaan dari Jean. Seakan pertanyaan itu menampar Ariel dengan sangat keras.

"Tapi kamu terus mentap Manajer Si, Ivy. Bahkan sejak meeting dimulai tadi. Seolah Manajer Si adalah pemandangan indah yang tidak bisa berhenti kamu lihat." Elvira semakin mendramatisir.

Ariel merutuki dirinya karena tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melihat ke arah Nick. Dia berpikir semua ini karena tubuh indah dan menawan Nick yang tidak sengaja dilihatnya tadi pagi.

"Aku… Aku hanya mengaguminya saja." Ariel berusaha mencari alasan agar ketiga karyawan di bagian produksi itu berhenti menuntut jawaban darinya.

Jean memicingkan matanya. "Mengaguminya? Benarkah itu, Ivy?"

Ariel menganggukkan kepalanya. "Tentu saja benar. Apakah kamu tidak melihat Manajer Si terlihat begitu berwibawa ketika memimpin rapat? Karena itulah aku mengaguminya seperti seorang adik kepada kakaknya."

Ren menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, Ivy. Kamu mungkin bisa membohongi Jean atau Elvira. Tapi tidak denganku. Jelas-jelas tadi yang aku lihat bukanlah tatapan kekaguman sang adik kepada kakaknya. Lebih tepatntya adalah kekaguman seorang wanita kepada seorang pria."

Elvira bertepuk tangan dengan ekspresi wajah bahagia. "Sudah kuduga kamu memang menyukai Manajer Si. Aku sudah lama memikirkannya. Ketika Sekretaris Bei dan Manajer Si berjalan bersama, kalian terlihat sangat serasi. Bahkan terlihat seperti pasangan pengantin yang berjalan menuju altar pernikahan."

Wajah Jean berubah cerah mendengar ucapan Elvira. "Altar pernikahan? Oh, God, aku tidak sabar menunggu undangan darimu dan Manajer Si, Ivy."

Ariel menghela nafas berat. Satu tangannya menepuk jidaknya dengan keras. Bahkan dia yakin jika tepukannya itu pasti meninggalkan bekas kemerahan. Dia tidak menyangka semua menjadi kacau seperti itu. Bahkan pembicaraan mereka sudah merambah jauh menuju altar pernikahan.

Sialnya Ariel tidak bisa berhenti memikirkan ide itu. Dia membayangkan dirinya mengenakan gaun pengantin putih dengan ekor yang panjang. Lalu dia menggandeng Nick yang berjalan di sampingnya mengenakan tuxedo berwarna putih. Mereka bersama menuju altar pernikahan.

Menyadari pemikirannya berubah menjadi gila, Ariel segera menggeleng-gelengkan kepalanya. "BODOH!!! APA YANG SEDANG KAMU PIKIRKAN, BODOH!!!"

Ren, Jean, dan Elvira terlonjak kaget mendengar amarah dari Ariel. Selama ini mereka mengenal Ivy sebagai pribadi yang kalem dan tidak pernah menunjukkan amarahnya. Sehingga saat mendengar sekretaris dari Manajer Si itu memarahi dirinya sendiri membuat mereka terkejut.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ariel berbalik pergi meninggalkan ketiga karyawan yang masih diliputi rasa terkejut. Setelah Ariel menghilang dari pandangan mereka, barulah Ren, Jean, dan Elvira.

"Apa itu tadi? Kenapa aku merasa dia berbeda dengan Kak Ivy biasanya?" heran Ren bingung melihat perubahan sikap Ivy.

Jean menganggukkan kepalanya. "Benar. Aku juga merasakan hal sama. Dia seperti orang yang berbeda."

"Kenapa aku merasa dia seperti Presiden Direktur Lin?"

Mendengar ucapan Elvira membuat Ren dan Jean menoleh ke arah wanita bertubuh gendut itu. Elvira memandang Ren dan Jean secara bergantian. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

"Bagaimana bisa kamu menyamakan adik kita yang paling berharga dengan Nenek sihir itu?" Jean tidak terima mendengar ucapan teman kerjanya itu.

Ren menganggukkan kepalanya setuju mendengar ucapan Jean. "Aku setuju. Kak Ivy sangat jauh berbeda dengan Nenek sihir itu. Jadi jangan samakan mereka, Kak Elvira."

Elvira menghela nafas berat. "Aku pernah melihat Presiden Direktur Lin mengomeli orang lain dengan kata-kata seperti itu. Jadi aku pikir mereka mirip."

Jean memukul pantat Elvira karena gemas. "Sudah kubilang jangan samakan mereka."

"Apakah kalian kan terus bergosip dan tidak kembali bekerja?"

Seketika Ren, Jean, dan Elvira berbalik saat mendengar suara itu. Mereka bisa melihat Nick berdiri dengan melipat kedua tangan di dada.

Ren meringis dengan polosnya. "Maafkan kami, Manajer Si. Kami akan segera bekerja."

Akhirnya mereka bertiga kembali ke kursi mereka masing-masing. Kemudian tatapan Nick tertuju pada kursi Ivy yang kosong.

"Di mana sekretaris Bei?" tanya Nick menatap ketiga karyawan itu secara bergantian.

Jean menunjuk ke arah pintu ruangan Devisi Produk. "Tadi sekretaris Bei pergi keluar. Sepertinya dia pergi ke toilet."

Nick mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah, kalian bisa kembali bekerja."

Pria itu berbalik masuk ke dalam ruangannya kembali. Dia berjalan menghampiri kursinya. Menjatuhkan tubuhnya di atas kursi itu. Sebenarnya dia tidak sengaja mendengar pembicaraan ketiga karyawannya tadi. Dia membenarkan ucapan Ren. Nick juga merasa jika Ivy sangat berbeda dari biasanya. Awalnya dia menyadari perubahan itu dari panggilan wanita itu kepadanya. Biasanya Ivy akan memanggilnya 'Kak Nick'. Tapi sekarang tidak lagi. Awalnya Nick tidak mempermasalahkannya. Karena tidak peduli Ivy akan memanggilnya apa asalkan panggilan itu sopan, maka tidak masalah untuknya. Lalu kemudian semakin lama Nick menyadari jika cara bicara dan sikap wanita itu sangat berbeda. Dia penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada Ivy.

***

Ariel membasuh wajahnya dengan air. Berusaha mendinginkan kepalanya. Kemudian wanita itu mengambil beberapa lembar tisu untuk mengelap air di wajahnya. Setelah itu dia membuang tisu itu ke tempat sampah. Tatapan wanita itu tertuju pada bayangan dirinya di cermin.

Apakah benar kamu menyukai Manajer Si?

Tapi kamu terus mentap Manajer Si, Ivy. Bahkan sejak meeting dimulai tadi. Seolah Manajer Si adalah pemandangan indah yang tidak bisa berhenti kamu lihat.

Kamu mungkin bisa membohongi Jean atau Elvira. Tapi tidak denganku. Jelas-jelas tadi yang aku lihat bukanlah tatapan kekaguman sang adik kepada kakaknya. Lebih tepatntya adalah kekaguman seorang wanita kepada seorang pria.

Ariel teringat dengan ucapan Ren, Jean, dan Elvira yang berpikir jika Ariel menyukai Nick. Hal itu membuat Ariel bertanya-tanya apakah dia benar-benar menyukai Nick.

"Ya, kamu memang menyukai Nick." Lee tiba-tiba muncul dan berdiri di samping Ariel.

Ariel terlonjak kaget. "UWA… Kamu mengejutkanku, Lee. Kamu seperti hantu yang tiba-tiba muncul."

"Sialan! Jangan samakan aku dengan hantu. Aku jauh lebih berharga."

Ariel mendengus kesal. "Berharga apanya? Mungkin jika kamu tidak muncul tiba-tiba, tidak cerewet, dan tidak suka membaca pikiran orang lain, kamu jauh lebih berharga."

Wanita itu berbalik meninggalkan toilet itu. Dia berjalan menyusuri lorong perusahaan. Lee berjalan di sampingnya, mengikuti wanita itu.

"Apakah kamu tidak mau mengakui jika kamu menyukai Manajer Si?" tanya Lee.

Ariel menghela nafas berat. "Apakah kamu satu tim dengan Ren, Jean, dan Elvira? Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang sama dengan mereka? Padahal aku sudah mendinginkan kepalaku. Tapi kamu membuatnya semakin panas."

"Itu karena kamu tidak mau mengakui perasaanmu. Sehingga membuat pikiranmu menjadi panas."

Tiba-tiba saja langkah kaki Ariel berhenti. Namun bukan karena mendengar ucapan Lee yang membuatnya berhenti berjalan. Lee yang menyadari langkah Ariel berhenti langsung menoleh.

"Ada apa, Ariel?" tanya Lee.

Wanita itu menunjuk ke arah depannya membuat tatapan Lee mengikuti ke arah yang ditunjuk oleh wanita itu. Seketika Malaikat itu terkejut melihatnya.

***