Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 25 - 25.Kakak?

Chapter 25 - 25.Kakak?

"Tolong jangan beritahu siapapun tentang hal ini, Nick. Dengan sifatku yang menyebalkan pasti banyak yang ingin membalasku. Dan mereka pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkanku." Ucap Ariel saat berada di dalam mobil Nick.

Nick yang sedang menyetir menganggukkan kepalanya. "Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan memberitahu siapapun tentang hal ini. Aku akan menjaga rahasiamu."

Ariel menyunggingkan senyuman karena lega orang yang mengetahui rahasianya ini adalah Nick. "Terima kasih, Nick. Dan satu hal lagi. Karena saat ini aku menjadi Ivy jadi perlakukanlah aku seperti Ivy. Dengan begitu orang-orang tidak akan curiga padaku."

Mudah saja bagi Nick untuk melakukannya. Tapi mengingat wanita di sampingnya adalah Ariel, Nick ingin sedikit memanfaatkan kesempatan ini. "Jika kamu ingin aku memperlakukanmu seperti Ivy, maka kamu harus memanggilku Kakak. Karena Ivy biasanya memanggilku dengan panggilan itu. Dia tidak pernah memanggilku namaku langsung atau 'Manajer Si'."

"Ka-Kakak?" Ariel terdengar kikuk mengucapkan sebutan itu.

Nick memicingkan matanya dan menoleh ke arah Ariel sekilas. "Ada apa? Apakah terdengar aneh saat kamu mengucapkannya?"

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Hanya saja aku tidak pernah menyebut panggilan itu pada siapapun."

Nick tamp terkejut mendengarnya. "Benarkah? Apakah kamu tak pernah memanggil Allan dengan panggilan 'Kakak'? Mengingat dia adalah tunanganmu."

Ariel menggeleng kepalanya. "Tidak, aku tidak pernah memanggil Allan dengan panggilan itu. Meskipun dia adalah tunanganku, aku tetap memanggil dia dengan namanya saja."

Nick tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Pasalnya dia senang menjadi orang pertama yang dipanggil 'Kakak' oleh Ariel. "Tapi kamu harus membiasakannya jika ingin menjadi Ivy, Ariel. Aku tidak ingin memaksamu. Tapi jika kamu tidak ingin orang lain curiga, maka kamu harus melakukannya."

Ariel menghela nafas berat. "Baiklah, aku akan memanggilmu dengan panggilan 'Kakak'."

Ada perasaan berbunga-bunga di dalam hati Nick. Dia tidak pernah menyangka jika dia bisa memiliki hubungan yang dekat seperti ini dengan Ariel. Selama ini dia hanya bisa mengagumi wanita itudari jauh saja.

Mobil yang dikendarai oleh Nick berhenti di depan gedung perusahaan Salute. Pri itu tidak memtikan mesin mobilnya karena dia hanya menurunkan Ariel di perusahaan sebelum akhirnya dia pergi untuk menemui kakeknya.

"Kamu masuklah dulu. Aku harus pergi untuk menemui kakekku. Sampai jumpa nanti, Ivy." Nick menyunggingkan senyuman yang mampu membuat hati Ariel berdebar-debar.

Ariel berdehem untuk menjaga suaranya agar tetap terkendali. "Sampai jumpa nanti, Kakak."

Nick tersenyum dan menepuk pelan puncak kepala Ariel sebelum akhirnya wanita itu membuka pintu mobil nick dan berjalan keluar. Nick melambaikann tangannya sebelum akhirnya mengendarai mobilnya pergi meninggalkan tempat itu. Ariel tersenyum melihat Nick yang sudah pergi.

"Sampai kapan kamu akan terus berada di situ? Dia sudah pergi."

Ariel menoleh dan mendengus melihat Lee yang sudah berdiri dengan santainya. Ariel memilih untuk mengabaikan Malaikat itu dan berjalan masuk ke dalam gedung perusahaan.

"YA!! Apa kamu mulai mengakui jika menyukainya?" tanya Lee mengikuti wanita itu melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan.

Ariel tidak mau menjawab pertanyaan Lee karena di lobi itu masih banyak orang. Akan terasa aneh jika mereka melihat Ariel berbicara sendiri.

"Tidak bisakah kamu menjawab pertanyaanku? Sampai kapan kamu mengabaikanku?" Lee mengerucutkan bibirnya kesal.

Barulah seelah Ariel membuka pintu darurat, dia menoleh kesal dan melihat Lee menembus dinding dengan mudahnya. Pria itu menatap Ariel tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Bagaimana jika aku mengakui diriku memang menyukai Nick?" tanya Ariel yang tidaklagi menyembunyikan perasaannya.

Lee melotot kaget dengan ucapan wanita itu. "Apakah kamu gila? Lalu bagaimana dengan tunanganmu?"

Wanita itu menghela nafas kesal. Karena sepertinya pertanyaan Malaikat itu tidak akan berhenti mengalir. "Sejak kapan Malaikat Lee berubah menjadi wartawan Lee?"

"Sejak saat ini. Jadi cepat katakanlah pada wartawan ini, apa yang akan kamu lakukan pada tunanganmu jika kamu menyukai Nick? Ingat Ariel Nick masih memilik hubungan dengan keluarga Feng. Bukankah sangat berbahaya jika kamu memutuskan hubunganmu dengan Allan dan memilih menggantinya dengan Nick?" seperti biasa mulut Malaikat itu tidak berhenti berkata-kata seperti wartawan yang ingin tahu segalanya.

Ariel mendengus kesal. Kemudian dia melangkah menaiki tangga. "Aku tidak mau memberitahumu. Aku tidak tahu kalau Malaikat bisa kepo seperti ini." Ariel memutar bola matanya malas.

"Apa itu kepo? Apakah itu sejenis makanan?" bingung Lee yang berjalan menaiki tangga mengikuti Ariel.

Wanita itu mengangkat kedua tangannya. "Cari tahu sendiri."

Ariel mengamati Lee yang menggerutu kesal. Kemudian wanita itu teringat Lee menyinggung tentang ayahnya tadi ketika dia marah karena Ariel tidak mau membantu Allan.

"Lee, apakah aku boleh bertanya sesuatu?

"Tanya apa?" Lee tampak masih kesal.

"Tadi saat aku mengatakan aku tidak mau menolong Allan, kamu marah dan mengatakan jika Papa-ku menderita disana. Apakah kamu berkata benar, Lee? Bisakah kamu memberitahuku?"

Lee terdiam mendengar pertanyaan Ariel. Bahkan ekspresinya yang semual kesal berubah menjadi sedih. Dia menoleh kearah wanita yang menunggu jawaban.

"Aku tidak akan memberitahumu," ucap Lee membuat Ariel melotot kesal.

"YA!! Apakah kamu sedang balas dendam padaku karena aku tidak mau menjawab pertanyaanmu tadi? Cepat beritahu aku sekarang, Lee. Aku ingin tahu." Ariel terus mendesak pria itu.

Lee menggelengkan kepalanya. "Sudah aku katakan aku tidak mau memberitahumu. Kamu sangat kepo, Ariel. Jadi berhentilah merengek karena aku tidak akan memberitahumu."

Ariel mendengus kesal. "Dasar Pelit! Bagaimana bisa ada Malaikat yang pelit sepertimu?"

Lee menghela nafas berat. "Bukannya aku pelit. Hanya saja seorang Malaikat tidak boleh memberitahu manusia kondisi orang lain yang sudah meninggal. Tidak peduli dia adalah keluarga, teman, atau pun orang yang dikenal, Malikat tetap tidak boleh melakukannya. Karena itu melanggar peraturan."

Ariel terdiam mendengar ucapan Lee. Dia tidak bisa mendesak Malaikat itu jika memang sudah ada peraturan seperti itu. Wanita itu hanya bisa menghela nafas berat. "Baiklah. Tidak masalah kamu tidak bisa memberitahuku. Aku tidak akan bertanya lagi. Lebih baik jika aku bertemu dengan seseorang."

Lee memicingkan matanya menatap Ariel yang masih menapaki satu persatu anak tangga. "Kamu ingin bertemu dengan siapa?"

Wanita itu menghela nafas berat. "Kamu masih saja kepo."

"Sebenarnya kepo itu apa, sih?" Lee benar-benar penasaran.

"Sudah kukatakan jika kamu penasaran, sebaiknya kamu mencarinya di internet. Itupun jika kamu bisa." Ariel terkekeh geli. "Sudahlah, ikut saja denganku. Kamu akan tahu siapa yang akan aku temui. Jadi kamu tidak perlu kepo lagi."

Lee mendengus kesal karena lagi-lagi Ariel menyinggung kata 'kepo' lagi. Tapi Malaikat itu tetap mengikuti Ariel seperti yang dikatakan oleh wanita itu. Dia ingin tahu siapa yang ingin ditemui oleh wanita itu.

***