Chereads / Tunangan CEO Yang Tertukar / Chapter 16 - 16.Satu Butir Mutiara Putih

Chapter 16 - 16.Satu Butir Mutiara Putih

Di mobil lain Ivy terdiam memandang keluar jendela. Menikmati pemandangan kota Guangzhou di malam hari. Namun pikiran wanita itu tidak fokus pada pemandangan itu. Dia masih memikirkan pernikahan yang diinginkan kedua orang tua Allan. Jika saja benar-benar Ivy yang menjadi tunangan Allan, dia tidak akan menolaknya .

"Apakah kamu masih memikirkan ucapan orang tuaku, Ariel? Maafkan aku jika kamu merasa tertekan dengan pembicaraan pernikahan itu." Ucap Allan memecahkan keheningan.

Mendengar suara Allan, menarik Ivy dari dunianya sendiri. Kemudian wanita itu menoleh dan menyunggingkan senyuman. Lalu dia menggelengkan kepalanya.. "Tidak, Kak. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku memang masih belum bisa memberikan jawaban yang pasti. Tapi aku akan memikirkannya. Aku berjanji."

Allan menyunggingkan senyuman. Kemudian dia mengulurkan satu tangannya untuk meraih tangan Ivy dan menggenggamnya."Aku tidak ingin kamu memaksakan dirimu sendiri, Ivy. Jika memang kamu membutuhkan waktu banyak, aku akan membicarakannya dengan Papa dan Mama. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya."

"Maafkan aku, Kak. Aku jadi membuatmu berada dalam kesulitan." Sesal Ivy.

Allan menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah."

Maafkan aku, Kak Allan. Aku tidak bisa memutuskan karena aku bukanlah Presiden Direktur Lin. Bagaimana bisa Presiden Direktur Lin memiliki tunangan sebaik Kak Allan? Jika saja aku seberuntung dirinya. Sedih Ivy dalam hati.

"Oh ya apa kamu tahu orang yang sudah membantu persalinan istri Paman Jerry adalah karyawanmu?" Allan mengganti topik pembicaraan.

"Karyawanku? Siapa?" penasaran Ivy.

"Siapa ya namanya tadi? Sebentar aku ingat-ingat dulu. Ah, aku ingat. Namanya adalah Ivy Bei. Untung saja ada dia saat itu jika tidak bayi Paman Jerry tidak akan selamat."

Seketika wanita itu melotot mendengar namanya sendiri disebutkan oleh Allan. "Ivy Bei? Apa Kak ALlan yakin Ivy Bei adalah orang yang menolong istri Pamanmu?"

Allan menganggukkan kepalanya. "Sangat yakin. Karena seluruh keluarga Feng membicarakannya. Memang ada apa, Ariel? Apakah kamu mengenalnya?"

Tidak hanya mengenalnya, Kak. Bahkan aku tahu benar jiwa siapa yang ada dalam tubuhku. Gumam Ivy dalam hati.

Ivy menganggukkan kepalanya. "Ya, aku mengenalnya. Karena itu aku tak menduga dia yang menyelamatkannya."

"Apakah dia sangat buruk sehingga membuatmu tidak menduga dia yang menyelamatkannya?"

Ivy tidak mungkin mengatakan jika orang yang menyelamatkan istri Pamannya Allan adalah tunangan pria itu sendiri yang terkenal kejam dan egois. Dia pun mencari alasan lain.

"Tidak, hanya saja aku sangat terkejut mendengar dia datang ke pesta."

"Aku pikir dia adalah orang yang buruk."

Dia memang orang yang sangat buruk, Kak. Karena itu aku tidak menduganya. Mana mungkin Presiden Direktur Lin menyelamatkan seseorang? Bingung Ivy.

***

Setelah Nick mengantarkan Ariel pulang ke rumah Ivy, wanita itu langsung mengganti pakaiannya dan membersihkan dirinya. Saat keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos biru dan celana pendek pink, wanita itu baru menyadari sesuatu. Dia mengangkat tangannya di mana ada sebuah gelang mutiara melingkar di pergelangan tangannya. Ariel menatap tak percaya melihat satu butir mutiara yang semula berwarna merah karena Ariel pernah memukul Ivy sekarang berubah warna menjadi putih. Bibirnya melengkungkan senyuman.

Segera Ariel menghampiri sang Malaikat yang berbaring di atas ranjangnya. Dia mengguncangkan tangan Lee untuk menarik perhatian pria itu.

"Lihatlah Lee, satu butir mutiaranya berubah warna menjadi putih.." Senang Ariel menunjukkan satu-satunya mutiara berwarna putih di gelangnya. .

Lee menoleh dengan enggan. Sebenarnya dia sudah melihatnya sejak Ariel pergi mencari bantuan. Tapi dia tidak mengatakannya pada Ariel. "Tentu saja berubah warna menjadi warna putih. Karena kamu sudah membantu proses persalinan ibu tadi dan juga menyelamatkan bayinya."

"Bagus sekali. Artinya tinggal enam lagi sebelum akhirnya aku bisa kembali ke tubuhku." Kemudian Ariel menatap Lee dengan tatapan curiga.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Malaikat itu merasa risih merasakan tatapan dari Ariel.

"Aku sangat penasaran, Lee. Nick mengatakan padaku, Jika ada seorang perawat yang mengatakan jika orang yang membantu persalinan tadi sudah melakukan dengan sangat baik layaknya seorang dokter. Bahkan tahu bagaimana mengatasi kesulitan bernafas pada bayi yang baru lahir. Karena itu aku penasaran, apakah kamu dulu seorang dokter? Atau mungkin mahasiswa jurusan kedokteran?" Ariel sendiri juga penasaran saat mendengar pertanyaan Nick saat di mobil tadi.

Lee tidak langsung menjawab pertanyaan Ariel. Malaikat itu terdiam dan hanya memandang ke arah Ariel dengan tatapan kosong. Tentu saja reaksi Malaikat itu membuat Ariel bingung. Kemudian Ariel kembali mengguncangkan tubuh Lee untuk menyadarkan pria dari pemikirannya.

"YA!! Jawab pertanyaanku. Kenapa kamu hanya diam saja?" seru Ariel dengan kencang.

Lee langsung menghilang membuat Ariel kebingungan. Malaikat itu kembali muncul di belakang Ariel.

"Kamu bertanya atau berniat membunuhku?" Lee mendengus kesal sembari duduk di atas lantai.

Ariel berbalik dan duduk di hadapan Malaikat itu. "Salahmu sendiri karena tidak menjawab pertanyaanku. Jadi katakan padaku, apakah kamu dulunya adalah dokter?"

"Aku tidak bisa memberitahumu." Lee mengeluarkan kipas portable mini berwarna pink.

Ariel melotot kesal mendengar jawaban pria itu. "Kenapa tidak bisa memberitahuku? Dasar Malaikat pelit."

Lee menghela nafas berat. "Bukan karena aku pelit. Tapi itu adalah rahasia malaikat. Aku tidak bisa memberitahumu."

"Malaikat punya rahasia?" terkejut Ariel.

"Tentu saja punya. Memang hanya manusia yang berhak memiliki rahasia? Malaikat juga punya banyak rahasia."

Ariel mendengus kesal karena tidak bisa mendapatkan jawaban apapun dari Malaikat itu. Lalu tatapannya tertuju pada kipas angin portable mini di tangan Lee.

"Darimana kamu mendapatkan kipas angin portable mini itu?" Ariel menunjuk ke arah benda yang ditanyakan.

Tatapan Lee tertuju pada kipas angin portable mini kemudian beralih lagi menatap Ariel. "Ini adalah barang pribadiku. Aku bisa mengeluarkannya dan menghilangkannya dengan mudah."

Lee menghilangkan benda di tangannya. Membuat Ariel memasang ekspresi terkejut. Kemudian Malaikat itu mengembalikan kipas angin portable mini ke tangannya.

"Jadi kamu bisa mengeluarkan benda apapun seperti Doraemon?" tanya Ariel dengan mata berbinar.

Lee menggelengkan kepalanya. "Tidak juga. Aku hanya bisa mengeluarkan benda yang kumiliki saja. Lagipula kamu tidak akan bisa menggunakan benda yang dimiliki oleh Malaikat."

"Kenapa?" Ariel menelengkan kepalanya menatap Lee.

"Karena aku yang melarangnya."

Ariel yang kesal melemparkan bantal di atas ranjang ke arah Lee. Namun Malaikat itu dengan sekejap menghilang membuat Ariel semakin kesal.

Tokk…. Tokkk… Tokkk….

"Ivy, apa kamu baik-baik saja? Aku mendengar suara teriakan dan juga suara berisik. Apakah kamu bersama orang?"

Terdengar suara Lusi dari luar kamar. Karena Ariel mengunci pintunya sehingga ibunya Ivy tidak bisa masuk. Kemudian Ariel berlari menuju pintu itu dan membukanya. Dia bisa melihat Lusi menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Aku tidak apa-apa, Ma. Aku hanya berbicara sendirian." Ariel menampilkan senyuman.

Lusi melihat kamar dan tidak menemukan siapapun di kamarnya. "Aku pikir ada seseorang yang menyakitimu. Syukurlah, apakah kamu sudah makan malam? Meskipun di pesta temanmu kamu sudah makan, tapi kalau kamu masih lapar, Mama masih memiliki makan malam untukmu."

"Sepertinya aku sangat lapar, Ma. Tadi di pesta aku tidak makan banyak." Karena sebelum makan aku harus membantu wanita lain melahirkan. Bagaimana aku bisa makan dengan gaun berlumuran darah. Tambah Ariel dalam hati.

"Kalau begitu ayo kita makan bersama." Lusi menggandeng tangan Ariel dan mengajaknya keluar dari kamar.

***