"Hyaa!"
Jeritan yang disertai dengan ayunan kaki seorang gadis mengguncang bantal pasir yang tergantung di ruang pelatihan. Keinginan yang kuat untuk bisa melindungi diri membuat gadis ini yakin bahwa dia bisa menguasai setiap gerakan pencak silat.
Sebenarnya, Ryu sangat keberatan jika putrinya berlatih bela diri, karena tidak pantas seorang wanita harus menendang dan memukul. Ryu selalu memijat keningnya saat melihat putri kesayangannya berlatih dan menendang, sifat feminimnya hilang ketika Casandra melakukannya.
"Casandra..." Sebuah teriakan serempak datang dari dua gadis cantik yang berdiri di depan pintu.
Casandra menangguhkan tinjunya, dia segera menoleh ke teman-temannya yang menunggu. Lambaian tangan mereka membuat gadis tegas ini tersenyum lebar. Khas senyum ayahnya. Sam.
"Hyaa"
Pukulan terakhir mendarat dengan sangat tepat. Jeritan Casandra menggema di seluruh ruangan.
"Yeeyyy... Pukulan yang bagus Casandra!" teriak Nanda. Casandra berjalan menuju ke arah teman-temannya.
"Terima kasih tuan putri, tapi apa yang kalian lakukan di sini?" Casandra bertanya dengan wajah berkeringat.
"Apa kamu lupa? Malam ini ulang tahun Rio, kamu nggak ingin menyiapkan hadiah untuknya?" Ucap Sara sambil mengangkat tangannya.
"Ya ampun... Kau benar, aku hampir lupa" Casandra menepuk dahinya.
"Hei Casandra, bukankah ini kesempatanmu untuk mengambil simpati Rio? Ayolah, kamu sudah memendam perasaan selama setahun, apa kamu tidak bosan?" sahut Nanda.
"Nanda. Aku memang punya perasaan pada Rio, tapi bukan berarti aku yang menembak duluan kan? Yah, aku mau mandi dulu." Casandra berjalan ke ruang ganti di kampus.
*****
Satu persatu orang keluar dari pintu ruang rapat, lagi-lagi Sam berhasil memenangkan tender. Seiring waktu, Sam mampu mengembangkan perusahaannya dengan sangat bangga.
"Sayang, apakah putrimu sudah menelepon? Apakah dia akan pulang?" Sam bertanya pada istrinya.
"Belum, Sam. Mungkin dia masih kuliah."
"Apa? Kelas seharusnya sudah selesai sekarang." mulai khawatir.
"Sam, mungkin putri kita sedang mengambil kelas tambahan" Ryu mencoba memberi pengertian.
"Haahhh. Sudah kubilang, kita harus mencari pengawal lain untuknya! Jadi kita bisa mengawasi putri kita yang seperti belut licin itu."
"Sam. Sudah berapa kali kamu mengganti bodyguard untuk Casandra. Mereka masih gagal, Casandra selalu bisa kabur kan? Haha" Ryu tertawa.
Aji yang berdiri di belakang Sam mendengar percakapan itu, Dia adalah tangan kanan kepercayaan Sam yang selalu mendampinginya. Aji seorang pria tegas, teliti dan tidak ada satu orangpun yang berani berbohong padanya. Aji menyembunyikan senyum tipis dari balik punggungnya.
"Baiklah, tenang sayang, Casandra akan baik-baik saja" Ryu mencoba meredam kepanikan suaminya.
"Bagaimana aku bisa tenang Ryu! Setiap aku meneleponnya Casandra selalu mematikan ponselnya" kesal Sam.
"Itu karena kamu menelepon setiap 10 menit bos. Bahkan saat jam pelajaran! Wajar jika putrimu mematikan telepon. Aku juga akan pusing jika punya ayah sepertimu" bisik Aji dalam hatinya. Terkadang Aji juga pusing dengan perilaku Sam yang terlalu prosesif terhadap putrinya.
Bagaimana Sam tidak Prosesif? Casandra adalah anak dari pemimpin perusahaan terbesar di kota itu. Pasti ada banyak orang jahat yang mengejarnya untuk memanfaatkan situasi dan memeras Sam, belum lagi musuh dalam selimut yang diam-diam iri padanya. Sam hanya tidak ingin hal buruk terjadi lagi, dia hanya ingin melakukan yang terbaik untuk melindungi orang yang dicintainya.
Jam pelajaran memang sudah berakhir satu jam yang lalu, tapi demi ketenangan, Casandra sengaja mematikan ponselnya. Jika ada satu saja pesan yang masuk, maka ponsel akan ramai dengan dering panggilan dan dengungan pertanyaan. Apa yang kamu lakukan, dengan siapa, di mana dan bla bla bla ...
"Casandra!" Nanda mengejutkan.
"Apa-apaan sih! Kaget tahu!" protes Casandra.
"Lagian suruh siapa kamu melamun! Ini, gaun terbaru. Bagaimana? Bagus, kan?" Nanda menyerahkan foto dari ponselnya, gadis ini memang sangat tergila-gila dengan fashion.
"Bagus. Tapi aku tidak tertarik," kata Casandra enggan.
"Jadi. Kamu mau pergi ke pesta dengan topi, jaket, dan jeans seperti itu?" lanjut Sara.
"Kalau aku nyaman kenapa tidak?"
Jawaban Casandra membuat kedua temannya menggelengkan kepala. Memang gadis ini jauh berbeda dengan gadis konglomerat pada umumnya. Berpakaian sesuai keinginan, jauh dari aksesoris dan make-up. Memang, wajah Casandra cantik alami, sikap tomboy melekat dalam dirinya.
"Ayolah Casandra. Kenapa kamu tidak mau berdandan sedikit saja. Malam ini saja," bujuk Nanda.
"Uugghhh." Cassandra menolak. Membayangkan dirinya sendiri mengenakan gaun, make-up, tersenyum manis... Itu membosankan, itu sebabnya dia jarang bergabung dengan Sam dan Ryu dalam pertemuan dan memilih main game di kamar.
"Demi Rio. Casandra, apa kamu masih menolak juga?" kata Sarah.
Cassandra menatap kedua sahabatnya itu. Entah iya atau tidak, hatinya menolak, tapi mimpinya juga ingin terlihat sempurna di depan pria yang disukainya. Tidak ada salahnya kan sesekali terlihat kasual di depan orang yang disukai? Casandra mempertimbangkan.
"Oke. Oke. Kalian pilihkan gaun untukku!" Kata Casandra pasrah, mengalah, agar tampil anggun di depan Rio. Nada dan Sara pasti tahu apa yang cocok untuknya.
"Yeeeyyy.... Nah gitu dong" jawab keduanya senang.
Ketiga gadis itu sudah hampir sampai di depan gerbang kampus, namun tiba-tiba Casandra menghentikan langkah kaki saat melihat bodyguard ibunya sudah siap menjemputnya di depan gerbang.
"Ada apa Casandra?" tanya Sara, terkejut melihat ekspresi khawatir di wajah Casandra. Dia segera melihat ke arah yang sama dengan Casandra. "Oh tidak... Itu Paman Doni" Sara panik.
Mereka tahu bahwa ibu dan ayah Casandra sangat ketat dalam menjaga putrinya, dan sekarang giliran Doni yang menjemputnya di kampus.
"Eh. Kita bisa kabur lewat gerbang belakang," kata Nanda.
"Ide bagus! Ayo!" Casandra segera membawa kedua temannya ke gerbang belakang kampus untuk menjauhi bodyguard ibunya.
Tawa puas mereka mengiringi langkahnya, mereka merasa senang karena berhasil lolos dari Doni. "Aku yakin, pasti Doni akan menunggu di depan gerbang sampai berjamur. Hahaha" kata Casandra tanpa memperhatikan jalannya.
Buukk.... Casandra menabrak seseorang.
"Hei, lihat jalan dong... Om A... Aji?!" Casandra terpekik ketika tahu orang yang dia tabrak dan marahi tidak lain adalah Aji, bodyguard ayahnya.
"Selamat siang nona muda" sapa Aji sambil tersenyum kecil.
Casandra terdiam, begitu pula Nanda dan Sara. Kalau Doni, mereka masih berani menyela, tapi kalau dengan Aji... Melihat wajahnya saja sudah membuat mereka sesak napas.
"Eh... Hehe. Om Aji" Casandra mencoba mengalihkan ketegangannya.
"Ya, nona muda" Aji tersenyum ramah. Namun senyuman itu semakin membuat Casandra dan teman-temannya merinding.
"Sekarang alasan apa lagi yang akan kamu gunakan Nona?" Gumam Aji dalam hati.
Casandra tidak bisa mengelak, dia sudah tertangkap dan tidak memiliki alasan untuk kabur lagi. "Oke. Aku tidak punya alasan" Casandra menyerah menahan kesal.
Masih dengan senyum yang menakutkan bagi para gadis, Aji mengulurkan tangannya sebagai tanda bahwa Casandra harus masuk ke mobil dan pulang. Casandra menatap sedih teman-temannya, itu artinya... Mereka tidak bisa menghabiskan waktu berbelanja bersama.
"Paman Aji pinjam ponselmu!" Kata Casandra sambil mengulurkan tangannya.
Tanpa menjawab, Aji langsung merogoh saku jaketnya dan memberikan ponselnya kepada nona mudanya. Aji sudah tahu, Casandra pasti akan menggunakan senjata andalannya.