Chereads / 卡桑德拉 / Chapter 8 - Kampus

Chapter 8 - Kampus

Casandra tertawa geli sampai-sampai perutnya terasa sakit, namun ia berhenti tertawa ketika melihat Sam terdiam membelakanginya. Casandra menatap punggung ayahnya, ia sadar, betapa Sam sangat khawatir dan menyayanginya sehingga mengerahkan semua orang untuk menemukannya.

"Ayah... Maafkan anakmu yang nakal ini. Selalu membuatmu cemas, khawatir, bahkan marah. Sandra tau, ayah melakukan semua itu karena sayang padaku kan?" ucap kemudian ia berlari dan memeluk Sam dari belakang dengan erat.

Riyu tersenyum mengamati pemandangan manis itu. Mereka berdua memang keras kepala, tapi dibalik itu semua mereka saling menyayangi. Sam berbalik lalu membawa Casandra kedalam pelukannya.

"Ayah sangat menyayangimu, Nak. Lebih dari diri ayah sendiri" ucap Sam bergetar mengecup kepala putrinya. "Maafkan ayah juga karena terlalu keras padamu"

"Sandra juga sayang ayah" ucap Casandra kemudian mendongakkan kepalanya lalu mengecup pipi Sam. Riyu tersenyum, ia mendekat lalu mendekap mereka.

Sejak merenung di atas atap tadi, Casandra berfikir keras kenapa Sam sangat prosesif dan ketat kepadanya. Tapi mungkin setiap tindakan Sam pasti selalu dilandasi suatu dasar, dan tidak mungkin juga asal-asalan membuat keputusan.

Casandra penasaran, sebenarnya apa yang menjadikan Sam begitu prosesif padanya. Sara, Nanda juga anak konglomerat, anak walikota dan juga mentri dari kota Y, tapi mereka bisa bebas tanpa ada bodyguard dan penjagaan ketat seperti dirinya. Adapun juga masih sewajarnya, tidak seperti Sam, bergerakpun sangat dibatasi.

*****

Matahari pagi masih bersinar lembut berbaur dengan udara sejuk, Casandra menuju ruang kelasnya dengan langkah yang berat. Sebenarnya yang ia pikirkan, seperti apa ulang tahun Riko semalam? Sedih rasanya tidak bisa hadir menyaksikan Riko ulang tahun. Selama ini ia menantikan kesempatan itu, tapi apa daya, Casandra tidak bisa datang, semua sangat diluar rencana.

"Casandra" sapa kedua sahabatnya yang merangkul dari belakang. Casandra tersenyum menyambutnya, kemudian ekspresi wajah kembali seperti semula.

"Eh, semalam Riko nanyain kamu loh" ucap Sara.

"Hah? Yang bener?" Mata Casandra langsung berbinar menatap Sara.

"Iya. Tapi... Aku jawab aja kamu ga bisa dateng karena diajak pertemuan sama Om Sam dan Tante Riyu. Maaf ya Ndra"

"Ga papa kok Sar. Makasih ya" Casandra tersenyum menepuk pundak Sara.

Tiga sekawan itu duduk di bangkunya masing-masing, dan melanjutkan obrolannya. "Emangnya apa yang terjadi sama kamu kemarin? Waktu aku telepon, kamu kaya habis nangis. Sebenarnya ada masalah apa Ndra?" tanya Nanda menatap seksama.

Casandra terdiam menghela nafas panjang. "Ayahku marah besar. Dan... " Casandra terdiam lagi.

"Apa yang kamu lakuin sampai Om Sam marah besar?"

"Kemarin waktu perjalanan pulang dari mall. Aku berkelahi" ucap Casandra lirih.

"Apa???" ucap Nanda dan Sara bersamaan.

"Panteslah Om Sam marah! Kok bisa sih kamu berkelahi Ndra? Ya ampun ini anak!." Nanda gemas, ia menepuk keningnya.

"Ya... Aku ga bisa dong liat orang ditindas gitu aja! Di persimpangan lampu merah kemarin aku lihat ada wanita lagi dianiaya, kedainya dihancurin, bahkan wanita itu lagi diinjak-injak! Masa aku harus biarin wanita dikeroyok empat orang pria!" jelas Casandra geram mengingat kejadian kemarin.

Nanda dan Sara terdiam saling pandang, mungkin dia juga ga akan terima dan tega kalau ada diposisi Casandra. "Terus. Kamu di marahin Om Sam?" Sara memberanikan diri untuk bertanya.

"Ngga cuma itu Sar. Ayah bahkan memberhentikan Om Aji" Casandra tertunduk dalam. Mereka langsung tau kalau sahabatnya ini begitu menyesal dengan apa yang terjadi, Nanda mengelus punggung Casandra lembut.

"Aku yang salah, Om Aji bahkan cidera gara-gara aku. Tapi ayah malah memukulnya dan memecatnya" ucapnya lagi sambil menyeka air matanya.

"Kamu yang sabar ya Sandra" ucap Sara menggenggam tangan Casandra. Ia juga sedih mendengarnya, meskipun Aji sangat misterius dan menakutkan tapi kedua sahabat Casandra tau bagaimana pengabdian Aji kepada keluarga Sam.

"Mau bagaimanapun juga, aku harus minta maaf sama Om Aji. Kalian mau kan, nganterin aku ke sana?"

"Siaap" jawabnya serentak.

"Jangan sedih ya Ndra. Semua pasti akan kembali seperti semula, udah yuk, mending kita ke taman sambil minum kopi" Ajak Nanda.

Masih ada waktu setengah jam lagi, lumayan lah masih cukup untuk mereka bersantai sambil menikmati kopi di taman kampus.

*****

Disisi lain, di waktu yang bersamaan. Sanya kembali bersemangat untuk membuka awal yang baru. Dalam waktu semalam kini kedainya sudah kembali seperti semula, bahkan, perabotan juga diganti dengan yang baru.

Tuan Sam benar-benar berhati mulia, tapi Sanya masih bertanya-tanya, bagaimana bisa orang sebesar Tuan Sam mau begitu saja menolong orang biasa seperti dirinya.

"Anan. Setelah ini kakak minta tolong antarkan kue ini kampus ya" ucap Sanya penuh semangat, seakan ada spirit baru yang hidup di dalam dirinya.

Tapi tidak dengan Anan. Mendengar kata kampus ia langsung menatap kakaknya tajam. "Ngga ada tempat lain apa kak? Aku milih disuruh ngantar kue itu ke seberang lautan daripada ke kampus!" jawabnya kesal.

Sanya tertawa geli, ia tau kalau adiknya itu memiliki pengalaman mengerikan tentang kampus. Pernah pada saat Anan mengantarkan kue untuk acara kampus, ia pulang dengan wajah musam dengan pipi merah akibat cubitan para gadis.

"Apa kau takut dengan serangan gadis gila lagi? Haha"

"Diamlah kak" ucap Anan enggan mengingat kejadian memalukan itu.

"Ini kuenya sudah siap. Anan tolong ya antar kue ini. Kau tenang saja, gadis itu tidak akan menyerang wajah manismu lagi. Ini kue untuk dosen kok, bukan untuk acara kampus seperti dulu."

"Tapi ka... "

"Kau memang adikku yang paling manis, sudah sana berangkat. Jangan sampai kau terlambat" Sanya langsung menghilang dibalik pintu dapur.

Anan menatap box kue itu, ia geli dengan serangan para mahasiswi kampus, tapi Anan juga tidak mau mengecewakan kakaknya. "Aakkhh" keluhnya sambil menyambar box lalu menghampiri motornya untuk pergi ke kampus.

Di taman kampus, tiga sekawan sedang asik bercerita tentang ulang tahun Riko yang bisa dibilang keren. Casandra mendengarkan keduanya bercerita sambil senyam-senyum membayangkan wajah Riko yang tampan. Tapi sebenarnya Casandra merasa iri, kecewa karena tidak bisa hadir tadi malam.

Sesekali Casandra menyeruput kopi susu favoritnya, namun mata dan telinganya tidak ingin sedetikpun melewatkan cerita dari Sara dan Nanda.

"Permisi nona-nona. Maaf jika aku mengganggu perbincangan kalian"

Sara, Nanda, dan Casandra langsung menoleh kearah sumber suara tadi. "Riko?" pekik Casandra. Sedangkan pria yang berdiri di hadapannya itu tersenyum menatapnya, semakin membuat jantung Casandra berdegub kencang.

"Ehh hehe. Riko. Ada apa?" tanya Sara, Riko terdiam tapi melihat ke arah Casandra sambil tersenyum.

"Ooh. Baiklah. Casandra kita duluan ya, aku lupa kalau aku belum menyelesaikan tugas fisika" ucap Nanda yang mengerti isyarat dari Riko.