Chereads / 卡桑德拉 / Chapter 13 - Ide yang bagus

Chapter 13 - Ide yang bagus

"Haa! " lampu di kepala Sara bersinar cemerlang karena mendapat ide.

"Casandra, kau masih ingat kan topi yang dipakai cowok itu? Gimana kalau kamu beli topi baru yang mirip, terus dibikin kumal dan rusak. Habis itu kamu balikin deh ke dia, bilang aja kamu sudah menemukannya" ucap Sara antusias.

Nanda dan Casandra menatap Sara seksama, "A... Apa aku salah?" Sara merasa tidak enak hati. Takut salah bicara dengan ide konyolnya, dan membuat Casandra semakin kesal.

"Sara. Aku akui kali ini kau sangat jenius" ucap Casandra menatap tanpa berkedip. "Kenapa aku ga kepikiran dari kemaren ya. Haha" Seketika Casandra berbinar mendengar ide bagus itu.

"Oke, nanti biar aku bantu belikan topinya. Kalau kamu yang pergi, pasti tidak diperbolehkan sama Om Sam." ucap Nanda.

"Thanks yaaa" Casandra memeluk kedua sahabatnya.

Suasana kembali menjadi hangat setelahnya, tinggal menunggu Nanda membawakan topinya, setelah itu biar menjadi urusan urusan Casandra untuk mengembalikannya.

Ide dari Sara benar-benar membuat Casandra lega, Tidak berselang lama kemudian, Riko kembali menghampiri tiga sekawan yang sedang menikmati es krimnya. "Hai... " ucapnya canggung. Casandra, Nanda dan Sara terkejut dengan kedatangan Riko yang tiba-tiba.

"H... Hai" balas Casandra canggung.

Memang sejak gagal datang ke hari ultah, Riko jadi semakin dekat dengan Casandra. Ia juga jadi lebih sering menyapa.

"Casandra, kita ke perpustakaan dulu ya hihi" Nanda langsung menarik tangan Sara, berlari menjauh meninggalkan mereka berdua.

Kurang ajar, kenapa mereka selalu ninggalin aku kalau ada Riko! bisik Casandra dalam hati kesal.

"Apa aku ganggu?"

"Haha, enggak kok. Oh iya ada apa?" meskipun jantungnya berdegup kencang tapi Casandra mencoba untuk tetap biasa saja. Matanya melirik ke arloji yang ia berikan sebagai kado untuk Riko, senang rasanya melihat Riko selalu memakai pemberiannya.

"Aku dengar topi berlianmu diambil orang?" tanya Riko menatap tajam.

"Loh darimana kamu tau?"

"Sara yang ngasih tau aku. Pria dekil penjual kue itu kan? Kau tenang saja. Biar aku yang memberinya pelajaran" ucap Riko marah.

Casandra terdiam, mencoba meraba kenapa Riko ikut marah. Apa dia sedang membelanya sekarang? Casandra senang, tapi masalah ini bukanlah urusan Riko, Casandra yakin ia bisa menyelesaikan masalahnya ini.

"Tidak apa-apa Riko, aku sudah menemukan cara untuk mengambil topiku. Kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan mendapatkannya." tiba-tiba saja perasaan Casandra jadi tidak enak, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Tidak apa-apa, biar aku yang beri pelajaran padanya. Biar dia juga tau resikonya karena sudah mencari gara-gara pada Tuan putriku" Riko menarik tangan Casandra lalu mengecupnya. Casandra langsung merinding dengan perlakuan Riko yang seperti itu. Dia tidak seperti ini sebelumnya, bahkan terkesan cuek.

Ada perasaan senang karena Riko membelanya, tapi disisi lain juga ada perasaan yang sulit Casandra mengerti, takut, kalau Riko melakukan hal yang tidak-tidak. Casandra memang sangat kesal dengan pria kue itu, tapi ia juga tidak ingin menyakitinya karena Casandra mengenal kak Sanya adalah orang yang sangat baik.

Hari ini Casandra menghabiskan waktu liburnya di rumah, Biasanya ia memilih untuk berlatih di pinggir danau karena pergi keluar pun, Sam pasti tidak mengijinkannya. Boleh sih, tapi harus ada penjaga yang mengerubutinya seperti semut. Ngeselin.

"Casandra" Sapa Riyu yang membawa jus alpukat kesukaan putrinya. "Sudah dari tadi kau berlatih, sini istirahatlah"

"Baik bu" jawab Casandra terengah.

Riyu mengamati Casandra yang meminum jusnya dengan riang, sepertinya memang sangat kehausan. "Haha pelan-pelan minumnya!"

"Ini enak sekali bu, kau sangat tau apa yang Sandra suka. Terimakasih bu" kecupan cepat mendaarat di pipi Riyu.

"Dasar kau ini. Casandra ibu mau bertanya padamu, apa benar topimu hilang?"

"Uhuk... Uhuk... " langsung tersedak karena mendengar pertanyaan Riyu.

"Sayang, sudah ibu bilang pelan-pelan minumnya!" Riyu menepuk punggung Casandra.

"Ibu maafkan aku, aku janji akan menemukan topi itu. Tapi tolong jangan beritahukan pada ayah" Casandra bersimpuh di pangkuan Riyu.

"Sayang. Hentikan tingkah konyolmu itu. Ayah sudah tau semuanya"

"Apaaa!!!" teriak Casandra. "Ibu, apa ayah akan menghukumku?" Casandra langsung memeluk Riyu.

"Mana mungkin ayahmu tega menghukum putrinya yang manis ini. Casandra, kau sudah 17 tahun sekarang, kenapa masih selalu bertingkah ceroboh"

"Ibu, aku tidak sengaja. Topi itu tertukar saat kami bertubrukan di kampus"

"Bagaimana bisa kalian bertubrukan?!" Riyu heran.

"Laki-laki itu sedang kocar-kacir dikejar senior wanita bu, dia lari ngga lihat ke jalan lalu menabrakku"

Riyu tertawa geli mendengar cerita Casandra. "Dia pasti laki-laki tampan sampai-sampai dikejar para wanita di kampus. Haha"

"Tampan apanya! Dia sangat menyebalkan!" ucap Casandra kesal.

"Sayang hati-hati, seseorang yang menyebalkan biasa jadi dia adalah orang yang akan kau rindukan nanti. Haha" Riyu menggodanya sambil berlalu masuk kerumah utama.

"Ibuuu" rengek Casandra tidak terima dengan ucapan Riyu. Ch, gantengan juga Riko! gumamnya dalam hati.

*****

Nafas panjang terdengar di jok belakang kemudi, Doni menatap Sam yang sedang terpejam menyandarkan kepalanya. Pekerjaan hari ini begitu melelahkan, hari libur tapi Sam masih belum bisa libur, apalagi hari ini Sam mendapatkan klien yang lumayan keras kepala. Energinya terbuang untuk menahan emosinya.

"Jadi dia disini?" ucap Sam sambil terus memperhatikan kedai Sanya yang terlihat ramai pelanggan.

"Ya tuan, setelah nyonya Suti wafat. Mereka membuka usahanya disini." jelas Doni.

Lama mereka terdiam di pinggir jalan, Sam masih terus memperhatikan gerak-gerik orang-orang yang ada di sana, sampai akhirnya, mata dinginnya menangkap sosok yang ia tunggu dari tadi.

Pria berbadan tegap, tinggi, tampan tentunya. Mata goldnya terpancar setelah terkena sorot sinar matahari, Sam tersenyum sinis ketika melihat topi putrinya terpasang di kepala pria itu.

"Cih, dia pasti akan menjadi musuh paling menyebalkan untuk Casandra" ucap Sam. Doni tersenyum tipis dari balik kemudi mobil.

"Kita lakukan sekarang?" tanya Doni.

"Tentu, aku ingin melihat pertunjukannya" ucap Sam masih belum beralih dari Anan.

Saat itu juga Doni mengeluarkan ponselnya, cukup satu kali tekan saja, ia sudah mengirimkan sinyal pada anak buah untuk melaksanakan tugasnya.

*****

"Sial. Aku terlalu kencang mengikat talinya!" ucap Anan kesal, ia masih berjongkok sambil mencoba melepas tali untuk ia mengikat box kue tadi.

Tap, tap, tap.

Suara hentakan langkah kaki bersepatu terdengar jelas mendekat dari belakang Anan, ia berbalik, tapi sayang, belum sempat Anan jelas melihat orang yang datang ia sudah terkena tinju di bagian pipinya.

Anan menghindar dan melangkah mundur. Berdiri tegap menghapus darah yang mengalir di ujung bibirnya, sambil menatap satu persatu orang yang sudah mengepung dirinya.

"Siapa kalian?!" tanya Anan dengan nada dingin dan tatapan tajam.

Tidak ada jawaban dari orang berpakaian serba hitam itu, salah satu dari mereka langsung kembali menyerang Anan tanpa alasan yang jelas. Bak, buk... Perkelahian empat banding satu terjadi.