Nanda dan Sara tau, barang yang diberikan oleh Om Sam untuk Sandra pasti adalah barang berharga dan bernilai tinggi. Topi itu juga jadi topi kesayangan Casandra.
"Ya sudah, nanti kita bantu ngomong sama Om Doni ya supaya bantu nemuin topi kamu" Nanda mencoba menenangkan Casandra.
Hari ini jadwal kuliah memang lumayan sibuk. Apa boleh buat, Casandra hanya bisa meminta tolong pada Doni untuk membantunya. Sebenarnya ingin keluar sendiri untuk mencari topinya, tapi, kesalahannya yang kemarin belum juga beres, kalau sampai Casandra berkeliaran lagi diluar, pasti ayahnya akan menambah hukumannya.
*****
Anan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ingin cepat sampai kedai dan mau langsung protes pada kak Sanya. Persetan dengan para gadis itu. Menggelikan! gerutunya dalam hati.
Sebenarnya Anan memiliki wajah yang ganteng, tegas, senyumnya yang santun dan tenang, apalagi matanya yang khas. Kulitnya memang tidak terlalu putih, sawo matang lah. Tapi itulah yang membuatnya terlihat seksi.
"Kak Sanya. Pokoknya besok aku ga mau pergi lagi ke kampus!" protes Anan sambil terus mengikuti kemanapun kakaknya sibuk melangkah.
"Ada apalagi adikku sayang?" tanya Sanya menatap Anan sebentar lalu kembali beralih ke kue-kuenya.
"Tadi mereka masih saja mengenali aku kak!"
"Jadi kau dikejar lagi?" Sanya langsung tertawa geli. Namun melihat ekspresi adiknya yang murung, iapun menghentikan tawanya. "Baiklah, maafin kakak ya. Kalau kau tidak nyaman, biar kakak saja yang mengantarkan kesana" Sanya membelai lembut wajah Adiknya.
Senyum Anan kembali muncul, ia bergegas mengambil kunci kontaknya lagi dan bersiap untuk membeli bahan kue yang telah habis. Anan melangkah keluar, tapi topi yang ia kenakan tiba-tiba jatuh.
Anan memasang kembali topi itu di kepalanya. "Ish. Kenapa jadi sempit topinya?" Rasanya topi itu mengecil, agak sesak di kepalanya. "Eh tunggu sebentar" gumam Anan. Ia melepaskan topi hitamnya, lalu mengamati.
"Apa ini?" gumamnya.
Topi yang ada di tangannya ternyata memang berbeda dari topi miliknya, warnanya sama-sama hitam tapi ketika Anan melihat bagian depannya ada sebuah huruf S yang terbentuk dari gold diamond.
"Sejak kapan topiku ada hiasan seperti ini?!" ucapnya, namun ingatannya langsung tertuju pada tragedi di kampus tadi. Jangan-jangan topi ini punya gadis galak itu. Bisik Anan dalam hati.
Anan ingin mengembalikan topi itu, tapi dia juga bergidik jika harus balik ke kampus. "Sudahlah, biarkan tuanmu mencarimu kesini. Baru aku akan memberikanmu padanya oke!" Anan berbicara pada topi Casandra kemudian memakainya lagi. Memang agak sedikit sempit, tapi terpaksa karena Anan tidak punya topi lagi.
*****
Casandra melangkah lesu menuju mobilnya, kepikiran topi berharganya yang sekarang berada di tangan orang lain. Topi itu dipesan khusus untuknya tahun lalu saat ultahnya yang ke 17 tahun. Dan sekarang Casandra kehilangan topi berharganya.
Bukan berlian yang ada ditopi yang menjadikannya berharga, tapi kasih sayang Sam dan Riyu yang tersirat menjadikan topi itu sangat berharga untuknya.
"Tenang Nona, saya sudah menyuruh orang untuk mencari topinya" ucap Doni sesekali melirik sepion.
"Terimakasih Om, semoga saja masih bisa ketemu" jawab Casandra lirih menatap hampa keluar jendela.
Casandra melihat bayangannya dikaca jendela mobil, topi Anan masih melekat di kepalanya. "Kenapa juga aku masih pakai topi ini!" Casandra memyambar topi itu lalu menginjaknya beberapa kali.
"Gara-gara kau. Aku jadi kehilangan hadiah dari ayah dan ibu kan! Topi kecut! Ugh." topi hitam itu terlempar keluar dari kaca jendela mobil. Melayang tertepa angin lalu tergeletak ditengah jalan.
Doni mengamati wajah Casandra yang kesal dari kaca spionnya. "Jika pelakunya ketemu, biar saya menghajarnya Nona"
"Tidak perlu! Aku mau menghajarnya dengan tanganku sendiri." Casandra dengan nada dingin.
Doni melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, cuaca sore itu begitu cerah, cahaya senja terlihat keemasan memeluk awan yang bergerumul. "Eh" Casandra menajamkan matanya pada sosok pria yang sedang parkir motor didepan kedai. Matanya langsung tertuju pada topi hitam berlambang S yang sedang dipakainya.
Meskipun Casandra tidak menjelaskan, Doni sudah paham dengan apa yang Casandra lihat. "Sekarang biar aku selesaikan urusan topi. Nanti tinggal memikirkan permintaan maaf pada ayah karena sudah pulang terlambat. Iya kan Om Doni?" ucap Casandra menyeringai.
"Silahkan Nona" ucap Doni dengan nada yang tenang. Ia kemudian membelokkan mobilnya lalu parkir didepan kedai Sanya.
Casandra bergegas menghampiri Anan yang sedang berjalan masuk ke dalam kedai.
"Hei kau! Kembalikan topiku!" ucap Casandra menepuk lalu mencengkeram erat pundak Anan. Matanya tajam menatap punggung pemuda yang tingginya 181cm itu.
Anan menghentikan langkahnya lalu terdiam merasakan cengkraman di bahunya, baginya, tepukan atau cengkraman dipundak dari seseorang di belakangnya adalah suatu ancaman. Anan berbalik sambil melontarkan sedikit jurusnya untuk memastikan siapa yang ada di belakangnya.
"Hap!" dengan lincah Casandra langsung menepis serangan Anan.
"Kau?!" Anan terkejut, kalau ternyata yang menjadi lawannya adalah seorang wanita galak yang ia tabrak tadi pagi.
"Kembalikan topiku dasar kau tukang kue kecut!" tanpa aba-aba Casandra langsung menyerang, mencoba untuk mengambil topi yang terpasang di kepala Anan.
"Dasar kau wanita tengil! Bisakah kau bicara baik-baik!" ucap Anan tidak kalah kencang.
"Tidak akan!" jawab Casandra marah.
Casandra semakin kesal karena dijuluki wanita tengil. Ia semakin lincah mengayunkan tangan dan kakinya untuk menyerang Anan. Tapi setiap serangan Casandra, Anan bisa menepisnya dengan sempurna.
Pemuda ini, boleh juga. Gumam Doni. Ia berdiri santai bersandar di mobilnya, menikmati pertunjukan pertarungan pemuda dan Nona mudanya itu. Sebenarnya, sudah sedari tadi Doni merekam adegan itu dengan kamera yang terpasang dibalik jasnya.
Sudah banyak orang yang mengerubungi tempat mereka bertarung. Anan ingin menyudahinya, tapi Casandra masih tetap berusaha mengambil paksa topi yang terpasang di kepalanya. Namun, dengan sigap, Anan langsung menangkap tangan Casandra dan memutarnya lalu ditahan dipunggung Casandra.
"Aauuuu" Jerit Casandra merasakan nyeri di lengannya yang terpelintir ke belakang. Selama ini, meskipun Anan adalah pria biasa. Tapi kemampuan beladirinya cukup mumpuni.
"Maafkan aku Nona. Tapi sudah cukup kita bertarung!" ucap Anan dengan nada dingin berbisik jelas di telinga Casandra.
Sanya langsung keluar dari kedainya, kegaduhan mereka berdua membuat Sanya penasaran dan ingin melongok siapa yang sedang membuat kerusuhan didepan kedainya.
"Anan! Apa-apaan kau ini!" hardik Sanya keras.
"Kak. Dia duluan yang menyerangku!" Anan membela diri.
"Lepaskan dia sekarang juga!" Sanya benar-benar marah pada Anan, matanya menatap tajam menusuk adiknya.
Meskipun kesal tapi Anan tidak bisa membantah kakaknya, ia melepaskan Casandra dari cengkeramannya.
"Kamu tidak apa-apa?" Sanya langsung merengkuh Casandra yang memegangi pergelangan tangannya yang sakit.
Casandra terdiam mengamati wajah Sanya, ia baru ingat kalau wanita itu adalah orang yang telah ia selamatkan dari tindasan Igun kemarin.