Chereads / 卡桑德拉 / Chapter 2 - Pergi ke mall

Chapter 2 - Pergi ke mall

Casandra mulai mengitak Atik ponsel Aji, sedangkan kedua temannya hanya bisa diam menyimak dengan jantung yang berdebar kencang. "Halo Ayah!" ucap Casandra, tebakan Aji benar, gadis itu pasti akan menghubungi ayahnya.

"Baiklah kita akan menonton drama ayah dan anak lagi" gumam Aji dalam hati sambil menghela nafas panjang.

"Sayang, tolong jangan merayu ayah. Kau harus pulang sekarang" jawab Sam tanpa basa-basi.

"Apa!" Casandra bahkan belum mengatakan apa-apa dan Sam sudah menebaknya, Cassandra menggigit bibir bawahnya.

"Ayaaahhh.... Aku mohon... Aku dapat undangan ulang tahun seorang teman malam ini. Biarkan aku pergi ke mall bersama teman-temanku untuk mencari hadiah dan gaun" rengek Casandra.

"Casandra. Kenapa harus repot-repot? Aku bisa membawa pulang seisi mall. Kamu tinggal mengatakan apa yang kamu inginkan tanpa harus berkeliaran di luar sana!" jawab Sam.

"Ayah.... Aku mohon...." Panggilan telepon sekarang berubah menjadi panggilan video. "Ayah, biarkan putri kesayanganmu berjalan-jalan sebentaaarrrr sajaa" Casandra merengek dengan wajah menyedihkan.

"Tidak" jawab Sam memalingkan wajahnya dari layar ponsel, dia pasti tidak tega melihat ekspresi manis dan polos putrinya.

"Ayah..." Cassandra sedih.

"Tidak sayang. Kamu harus pulang sekarang juga" Sam berusaha menguatkan pendiriannya.

Casandra menunduk, dia menangis tersedu-sedu seperti anak yang teraniaya dan sangat menderita, masih dengan video call menghadap wajahnya.

"Ah. Casandra, jangan menangis!" kata Sam mulai goyah tidak tega.

"Uuuhuhu hu hu Ayaaaahhhhhh" teriak Casandra semakin keras. Sam sangat tidak tahan ketika melihat orang yang ia sayangi meneteskan air mata seperti itu.

"Aaakkh. Oke. Oke. Ayah melepaskanmu" Sam akhirnya meleleh juga.

"Yeeeyyyy. Terima kasih ayah. Aku mencintaimu!" Seketika ekspresi Casandra berbinar diiringi tepuk tangan kecil dari teman-temannya di belakangnya.

"Tapi Aji tetap di sisimu!" kata Sam lagi.

"Apa?! Tapi Ayah..." protes Casandra.

"Ingat. Jam 3, kamu harus sudah pulang!" kata Sam sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Ugh" Cassandra kesal. Dengan wajah cemberut, dia mengembalikan ponsel Aji.

"Saya siap mengantar nona" kata Aji sambil tersenyum ramah.

Casandra melirik ke arah Aji, pergerakannya pasti tidak akan bebas. Tapi setidaknya Casandra mendapatkan ijin dari Sam untuk pergi. "Ayo pergi!" Casandra berkata kepada Nanda dan Sara.

Casandra masuk ke mobil menghentakkan kakinya kesal. Bagaimana tidak? Ada Aji yang akan menjaganya dengan aura dingin dan menakutkan. Pergi ke mall yang seharusnya santai dan menyenangkan, malah menjadi kaku dan canggung.

Weeesssss.....

Udara dingin memenuhi ruangan dalam mobil, meski ayah dan ibunya sangat dekat dengan Aji. Tapi untuk para gadis itu, Aji lebih menakutkan dari pada dosen paling galak di kampusnya. Mereka duduk dengan sangat manis sehingga mereka bahkan tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.

Bagi Sara dan Nanda, mereka sudah banyak mendengar cerita keluarga Darma Galuh, apalagi tentang kisah dari kakek Casandra yaitu Mahesa dan Mangsur dari orang tuanya. Yang satu hancur karena pengkhianatan, perjuangan cinta, yang lain mati mengenaskan karena dendam, ya karena keserakahan juga intinya.

Ada kagum, ada juga horor. Sam dikenal sebagai seorang dermawan sekaligus Presiden Direktur nomor satu di Kota Y sekarang, dia pria yang dingin dan penuh kewaspadaan. Siapapun yang mengkhianatinya tidak akan pernah dibiarkan hidup bahagia, jika tidak menderita ya... Mati, sebagai hukumannya.

Mungkin bagi yang baru mengenalnya pasti tidak akan menyangka kalau dia adalah ketua gangster Teratai Hitam yang terkenal berdarah dingin. Bisa jadi mereka masih di sana, meski sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.

Bahkan sekarang, jika ada yang mengkhianati Sam. Hanya dalam satu hari, pengkhianat itu akan menghilang seolah ditelan bumi. Teringat akan tragedi sang kakek yang dikhianati oleh orang kepercayaannya selama puluhan tahun, membuat Sam semakin waspada dan sangat membenci pengkhianat.

Sara dan Nanda mencintai Casandra, sahabat mereka. Tetapi mereka juga terbatas untuk bepergian bersama, tapi mau bagaimana lagi. Casandra adalah putri satu-satunya dari tuan Sam, sudah pasti akan banyak larangan dan aturan untuk melindunginya, dia mengerti meskipun terkadang mereka kecewa dan menahan diri untuk tidak bepergian bersama di luar kampus.

"Om Aji. Kapan kamu pensiun?" tanya Casandra kesal sambil menendang kursi pengemudi. Sementara itu, Nanda dan Sara hanya bisa meneriaki tingkah Casandra yang berusaha memancing harimau yang dingin dan garang itu.

"Nanti kalau ada yang bisa menggantikanku, Nona" jawab Aji dengan sopan.

"Mudah-mudahan penggantimu lebih ganteng ya. Supaya mataku tidak sakit, terus orangnya tidak galak, bisa diajak kompromi dan..."

"Tidak mungkin! Pengawal seperti itu pasti akan dikubur hidup-hidup oleh ayahmu!" gumam Aji dalam hati.

"Dan tidak tua dan galak!" Casandra berkata lagi, menatap tajam ke kursi pengemudi di depannya.

"Nona. Anda sebaiknya melupakan karakter pengawal tampan imajinasi mu itu"

"Kenapa!?"

"Tuan Sam pasti akan langsung menggatungnya, apalagi jika bodyguard khayalanmu itu bisa diajak kompromi. Tuan Sam akan mengira dia tidak tahu aturan dan juga pengkhianat. Kau tau kan, apa hukuman bagi pengkhianat Nona?"

"A... Apa hukumannya?" kata Nanda terbata-bata.

"Lehernya akan digantung dengan kawat berduri" jawab Aji dengan nada dingin. Nanda dan Sara menelan ludah sambil memegangi lehernya.

"Tapi sebelum itu dia akan terlebih dulu diremukkan kaki dan tangannya!" Aji kembali menatap wajah gadis-gadis yang tampak membeku. "Oke nona. Kita sudah sampai." Aji turun dari mobil dan membukakan pintu untuk mereka.

"Lihat itu! Menakutkan. Kamu sih ngejekin Om Aji!" Kata Sara sambil menatap Casandra.

"Diam! Ayo turun!" kata Cassandra. Ia berusaha bersikap biasa meski hatinya juga ngeri mendengar cerita Aji tadi.

"Selamat bersenang-senang, Nona," kata Aji sambil menundukkan kepalanya.

"Bukankah... Kamu juga ikut masuk?" Cassandra bertanya.

"Aku menunggumu disini sampai Nona selesai belanja" jawab Aji.

"Wow. Om Aji sangat pengertian. Baiklah... Berarti kau menunggu di sini saja Om? Tidak apa-apa?" kata Casandra riang sambil menepuk bahu Aji.

Sedangkan Aji menjawab dengan anggukan sopan dan senyum di wajahnya. Tapi aneh... Tidak mungkin Aji melepaskan Casandra semudah itu, kan? Casandra berhenti lalu menatap Aji yang masih tersenyum padanya. Entah kenapa, melihat Aji banyak tersenyum, Casandra malah menjadi semakin curiga.

"Ini... Serius kan? Kita boleh pergi?" Cassandra kembali memastikan.

"Silahkan nona, nikmati harimu" jawab Aji dengan tenang.

"Kau tidak ikut?" Casandra menatap mata Aji dengan seksama.

"Aku akan menunggu Nona di sini" jawab Aji dengan sangat tenang.

Casandra terdiam, memastikan Aji tidak berbohong atau mempermainkannya sedangkan Aji masih tidak merubah ekspresinya. "Oke" ucap Casandra tersenyum setelah yakin Aji benar-benar serius kali ini.

Casandra langsung memeluk kedua temannya dan berjalan masuk ke dalam mall. Akhirnya, mereka bisa bergerak bebas tanpa dibuntuti seperti tahanan. Syukurlah Aji berubah pikiran dan melepaskannya, mungkin karena ucapannya tadi, pikir Casandra.