Chereads / 卡桑德拉 / Chapter 3 - Pergi ke Mall

Chapter 3 - Pergi ke Mall

Setelah memasuki mall, mereka akan menuju ketempat butik teen yang memang terkenal di mall itu. Dari gaun, tas, aksesoris, sepatu, disana tersedia dan sangat digemari banyak anak muda, selalu ada stok keluaran terbaru setiap minggunya.

"Eh, lihat. Ada topi model baru!" ucap Casandra dengan mata berbinar.

"Casandra, kita kesini mau cari gaun. Bukan topi!" jawab Sara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, dia sibuk melihat gambar gaun, sebenarnya ia sudah tidak sabar mau mencoba gaun yang dilihat di ponselnya itu.

"Sebentar aja, please." ucap Casandra memelas. Ia juga mengedip-kedipkan matanya dengan memasang senyum paling imut.

"Haaaahhh..... Iya deh, yuk" jawab Nanda tidak tega, sedangkan Sara mengangguk setuju.

"Yeey" Casandra tepuk tangan kecil.

Baginya hari ini adalah kesempatan untuk bersenang-senang, ya meskipun cuma punya waktu dua jam, mereka akan melakukan kesenangan di waktu yang terbatas itu. Sara dan Nanda juga membiarkan Casandra meminta waktunya sebentar, lagian cuma membeli topi, tidak akan lama. Selain hari itu mungkin Casandra tidak punya waktu lagi.

"Casandra. Ada apa?" Tanya Nanda heran. Tadi Casandra semangat sekali, tapi sekarang malah diam mematung tidak meneruskan langkahnya.

Casandra diam mengamati seorang pria memakai setelan jas persis dengan orang-orang yang bekerja sebagai anak buah ayahnya. Badan tegap, tinggi, dan ada earphone di telinganya. Ngga mungkin kan kalau anak buah Ayah? gumamnya dalam hati. Ia sangat hafal dengan gelagat misterius setiap bodyguard Sam.

"Casandra! Jadi ga kita ke toko itu?" Sara tidak sabar.

"Ga jadi, ayo kita ke toko yang lain aja" ucap Casandra langsung menarik tangan kedua sahabatnya menjauh dari toko topi.

"Eh, eh. Ada apa si?" Sara tidak paham dengan tingkah Casandra.

"Ada anak buah ayahku di sana"

"Apa?" kata Nanda dan Sara serentak.

Dari lantai satu mereka ke lantai dua menggunakan eskalator, sesekali Casandra menoleh kebelakang memastikan kalau anak buah ayahnya tadi tidak mengikutinya. Sebenarnya butik yang mereka tuju ada dilantai 5, tapi sebelum kesana mereka berniat jalan-jalan terlebih dulu.

Baru saja memijakkan kakinya dilantai dua, Casandra kembali melihat orang yang berbeda tapi masih dengan setelan jas yang sama, orang itu tersenyum ke arah Casandra, mengangguk hormat kemudian matanya kembali mengawasi sekitar.

"Casandra. Aku ga salah liat kan? di lantai ini juga ada anak buah Om Sam" bisik Nanda cemas.

Firasat Casandra mulai tidak enak, dia yakin kalau ga cuma dua orang yang mengawasinya. Pantes aja Aji membiarkannya pergi dengan tenang, ternyata dia memang sudah punya rencana.

Casandra menyisir seluruh arah lantai dua mall dengan pandangannnya, dan benar saja, di samping eskalator, setiap toko, bahkan di depan toilet umum, ia melihatnya.

"Ayah. Kau bercanda kan!" gumam Casandra dalam hati. Mereka memutuskan untuk bergegas masuk kedalam lift dan menuju ke lantai lima.

"Hahaha. Kita bebas sekarang!." ucap Casandra tertawa puas, tapi tidak dengan Nanda dan Sara. Ia mematung menatap pada seseorang yang ada di belakang Casandra. Sara menepuk pundak Casandra sambil menunjuk kearah belakangnya.

"Apa si!" ucap Casandra tidak mengerti. Kemudian iapun berbalik dan menatap orang yang sedang tersenyum padanya.

"Mau pergi kelantai berapa nona?" ucap Doni ramah siap memencetkan tombol lift sesuai tujuan Nona Mudanya.

Wajah gadis itu langsung merah padam, Casandra menarik nafas dalam kemudian berteriak sekencang-kencangnya "Aayaaaahhhhhhhhh" teriakkan Casandra memenuhi ruang lift yang sedang bergerak ke lantai atas.

*****

Di pinggir jalanan ibukota...

Ada sebuah kedai kecil dipaling ujung berjajar dengan toko besar lainnya. Kedai kecil itu menyediakan jenis-jenis makanan tradisional, memang tidak terlalu besar tempatnya, tapi pengusaha kecil itu cukup memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi karena berani berdiri ditengah persaingan toko besar di ibukota.

Meskipun banyak yang memandangnya remeh, tapi pemilik kedai itu tidak pernah menyerah. Ia yakin kalau suatu hari dirinya pasti akan sukses dengan jerih payahnya. Sudah banyak pelanggan dari berbagai kalangan yang puas dengan kue bikinan tangannya.

Sebelumnya sudah ada beberapa orang yang ingin membeli kedainya dan memberikan tawaran padanya untuk memodali usaha dan tempat lain, tapi pemilik kedai tetap kekeh ingin berdiri di sana meskipun dengan modal pas-pasan.

"Sanyaa. Aku pesan kue 45 kotak ya" ucap pelanggan yang buru-buru masuk.

"45 kotak nyonya? Hari ini hanya cukup untuk 35 kotak" Sanya memandangi kue terjajar di etalasenya. "Sayang sekali, kau datang terlalu sore Nyonya" ucapnya agak menyesal.

"Aduh. Ya sudah, aku bawa semuanya. Kau bungkus cepat ya, terus bantu aku membawanya ke mobil!."

"Baik Nyonya" Sanya tersenyum senang. Ia bersyukur karena hari itu jualannya habis bersih. Dengan sigap Sanya langsung memasukkan kue-kuenya kedalam kotak.

"Haah dasar adik payah. Kenapa dia lama sekali, seharusnya dia cepat kembali dan bisa membantuku untuk membungkus kue-kue ini." keluh Sanya sambil mempercepat gerakkannya.

Sepuluh menit berlalu, kue-kue itu siap dimasukkan ke dalam mobil. "Sudah siap Nyonya" ucap Sanya tersenyum ramah.

"Aahh terimakasih Sanya, jadi merepotkanmu. Kue buatanmu itu enak, aku akan membawa kue ini untuk oleh-oleh. Haha, ini uangmu. Sekarang aku harus cepat pergi!"

Sanya menerima beberapa lembar uang yang diberikan nyonya tadi. "Nyonya! Kembaliannya?"

"Sudah. Ambil saja. Aku buru-buru!" mobil langsung melaju menjauh dari tempatnya berdiri.

Senyum terlukis di wajahnya, hari ini bisa jadi hari keberuntungan bagi Sanya. Ia masuk kedalam kedai bersiap untuk menutup kedainya.

"Sanya sayang" sapa seorang pria bertubuh gempal, ia datang bersama beberapa anak buahnya lalu duduk di kursi pelanggan. Sedangkan anak buahnya berjejer rapi di belakangnya.

Sanya sedang sibuk beres-beres, mendengar ada pelanggan datang ia langsung menaruh lap basahnya lalu menghampiri kedepan. "Maaf, kuenya sudah ha... Tu... Tuan Igun" Sanya tertegun dengan jantung yang berdegup kencang. Si brengsek itu masih saja berani datang, padahal adiknya sudah memperingatkannya.

Sedangkan mata pria gempal itu mengelus dagunya sambil meraba Sanya dengan pandangan matanya. Ia tidak peduli kalau gadis di depannya risih dengan tatapan seperti itu.

"Bagaimana Sanya. Apa kau sudah mempertimbangkan jawabanmu?"

"Jawaban apa lagi tuan?"

"Tentang pernikahan kita. Ayolah Sanya, terima saja tawaranku. Setelah menikah denganku hidupmu pasti terjamin. Kau tidak perlu lagi bersusah payah berjualan di kedai kecil ini"

"Maaf tuan. Tapi lebih nyaman dan bahagia meskipun hanya berjualan di kedai kecil"

"Kau masih menolakku?!" Igun menatap tajam seperti kecaman.

"Maaf tuan. Saya tidak bisa menerima tawaran anda" Jawab Sanya meremat jari-jemarinya. "Anan kau di mana? Tolong kakak" Bisik Sanya dalam hati. Bagaimana dia menghadapi Igun sendirian, Sanya sudah tau watak Igun, ia pasti akan melakukan kekacauan lagi di kedainya.

"Ini yang terakhir kalinya Sanya. Jawab. Kau mau menikah denganku?"

"Tidak!" jawab Sanya lugas. Aku pasrah, meskipun kau membunuhku hari ini, mungkin itu lebih baik daripada aku harus menikah denganmu!"

Marah Igun mendengar Sanya menolaknya lagi, wajahnya merah lalu menggertakkan gigi. "Beri dia pelajaran. Aku ingin mendengar kata ampun dari mulut gadis sombong ini!"