"Selamat sore Nyonya" sapa pelayan menyambut kedatangan Riyu yang baru saja pulang dari kantornya. Wajah cantiknya tetap terpancar lembut meskipun sedang lelah dengan jadwal padat hari ini.
"Sore. Oh iya, apa benar Sam sudah sampai rumah?" Riyu menyerahkan tas laptop kepada pelayan.
"Sudah Nyonya"
"Casandra?"
"Non Casandra sudah ada di kamarnya" jawab pelayanan terus menundukkan kepalanya, Riyu melihat gelagat pelayan yang sedih dan terlihat cemas. "Katakan padaku, apa mereka bertengkar lagi?" tanya Riyu menatap seksama.
Pelayan tertunduk dalam menggenggam tangannya erat, "Tidak usah takut, katakan padaku apa yang terjadi?"
"I... Iya nyonya, Tuan Sam dan Non Casandra tadi bertengkar. Tuan juga memberhentikan Tuan Aji"
"Apa?"
Pelayan itu menjelaskan semuanya pada Riyu. Bukan berniat untuk mengadu, tapi berharap supaya nona mudanya tidak sedih karena si pelayan tau, hanya Riyu yang bisa menenangkan keduanya.
"Aduh, anak dan ayah sama-sama kerasnya" Riyu memijat keningnya pelan, berusaha berfikir jernih untuk menjadi penengah antara anak dan ayah. Seperti biasa, menjadi seorang ibu juga seorang istri yang lemah lembut dan harus membujuk keduanya untuk berdamai.
Tapi yang tidak ia mengerti, kenapa sampai Sam tega memberhentikan Aji begitu saja. Riyu berjalan menuju kamar Casandra, tangannya baru menyentuh gagang pintu. Masih terdengar suara putrinya yang terisak.
Tidak tega rasanya, ingin langsung masuk dan memeluk Casandra. Tapi Riyu memberikan waktu untuk Casandra menenangkan diri terlebih dulu, Riyu paham benar dengan sikap putrinya, Casandra tidak akan mau di ganggu ketika dirinya masih dalam keadaan yang belum tenang.
"Sam" Riyu mengelus pundak suaminya dengan penuh kehangatan. "Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Riyu dengan nada lembut, ia akan mencoba berbicara kepada Sam terlebih dulu.
"Maafkan aku Riyu." Sam terduduk dalam. Wajah Casandra yang menangis tadi masih terbayang di pelupuk matanya. "Aku hanya ingin yang terbaik untuk putriku" ucapnya lagi dengan nada lirih. Menyesal.
"Aku tau." ucap Riyu lembut melempar senyum hangatnya. "Kau adalah ayah yang baik sayang. Hanya saja, caramu terlalu keras pada anak gadis kita" Riyu menggenggam tangan Sam.
"Sayang. Aku tau kekhawatiranmu, kau ingin menjaga putrimu dengan baik karena tidak ingin hal buruk menimpanya lagi. Tapi kau juga harus memberikan pengertian untuk Casandra"
"Dan membiarkannya berkeliaran diluar sana? Lalu Berkelahi? Begitu maksudmu?!" Sam menatap Riyu tajam.
"Sayang, dia berkelahi bukan untuk beradu siapa yang berkuasa dan bukan untuk menindas orang. Casandra melakukannya karena dia menolong orang yang sedang ditindas, coba buka sedikit hatimu."
Sam terdiam menatap kosong ruangan kamarnya. "Kau mengajarinya bela diri, itu bagus, meskipun sebenarnya aku agak keberatan. Sayang, Casandra melakukan hal yang benar."
Sam masih termenung. Ya memang perbuatan Casandra benar, membela yang tertindas, tapi juga membuatnya terluka. Begitulah yang ada di benak Sam.
"Baiklah. Aku... Akan meminta maaf pada putriku" ucap Sam setelah beberapa lama terdiam. "Tapi bukan berarti aku membatalkan hukumanku padanya" ucap Sam lagi. Ia bangkit dari sofa lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Riyu masih terdiam memandangi punggung Sam yang menghilang dibalik pintu, ia menghela nafas panjang. Yang penting mendamaikan anak dan ayah dulu, setelah itu baru akan membahas tentang Aji. Sulit bicara sama Sam saat moodnya sedang tidak baik.
*****
Ponsel Casandra terus berdering, panggilan telepon dari Nanda dan Sara saling bergantian terpampang di layar ponselnya. Dipanggilan yang kesekian, Casandra menjawab telepon mereka.
"Casandra. Ya ampun, dari tadi susah banget ditelepon! Gimana, kamu udah siap belum?" tanya Nanda.
Casandra terdiam, sepertinya lagi-lagi kali ini dia harus menahan perasaannya untuk hadir ke pesta ulang tahun juga mengecewakan kedua sahabatnya.
"Casandra? Kamu masih dengerin aku kan?"
"Maaf ya, aku ga bisa ikut kalian ke pesta" jawab Casandra dengan suara serak.
"Loh kenapa?" Nanda mendengar suara Casandra yang serak. Apa dia habis nangis? Apa lagi yang terjadi sama Casandra?!. Gumamnya dalam hati.
"Sandra. Apa kamu lagi ada masalah?"
Casandra terdiam tidak menjawab. Nanda paham wataknya, Casandra tidak akan bercerita kalau dirinya belum mau cerita. "Ya sudah, kita bahas lain kali aja ya."
Nanda mengakhiri obrolannya. "Gimana Nda? Casandra udah siap?" tanya sara yang baru saja selesai makeupe.
"Casandra ga bisa ikut Ra"
"Hah? Ini kan hari yang ditunggu-tunggu Casandra supaya bisa lebih deket sama Rio. Kok ga jadi sih! Ini pasti Om Sam yang ngelarang dia buat pergi."
"Emmm... Aku denger suara Casandra kaya habis nangis. Mungkin lagi ada masalah serius Ra." ucap Nanda sedih.
"Masalah? Yaahhh... Jadi ga asik kalau ga ada Casandra" Sara kecewa.
"Ya udah, semoga Casandra baik-baik saja. Yuk kita berangkat" Sara mengangguk lalu menyusul langkah Nanda menuju mobilnya.
*****
Apa yang jadi pikiran Casandra bukanlah dirinya yang dimarahi Sam, ia menerima kalau dirinya memang patut dimarahi karena tidak mematuhi peraturan. Tapi Casandra masih memikirkan Aji, ia sedih, gara-gara kesalahannya Aji jadi diberhentikan.
"Casandra" ucap Riyu lembut.
Casandra terkejut melihat ibunya yang tiba-tiba muncul di kamarnya, sebelum menoleh, tangannya menyeka air matanya. "Iya bu" ucap Casandra melempar senyum.
Riyu terdiam menatap seksama, ia duduk disamping Casandra sambil membawa kotak obat. "Bagaimana lukamu nak?"
"Sudah ngga papa" jawabnya.
"Sini, biar ibu oleskan obat ya"
Casandra memandang Riyu yang menyentuhnya dengan penuh kehangatan. "Sayang, coba ceritakan. Bagaimana kau berkelahi tadi?"
Casandra terdiam. "Apa ibu juga akan memarahiku?" bisiknya dalam hati cemas. Ia tidak berani menceritakannya pada Riyu, takut jika Riyu juga akan menyalahkannya.
"Apa kau memukul penindas itu dengan kencang? Haha, jika ibu disana pasti akan bertepuk tangan saat mereka tersungkur." ucap Riyu senang.
"I... Ibu ngga marah?" tanya Casandra ragu.
"Tentu saja tidak. Siapa yang mengatakan ibu marah? Ibu justru ada di pihakmu."
"Tapi ibu selalu kesal kalau melihatku latihan" gadis itu tertunduk dalam.
"Haha sayang. Ibu memang kesal, Aku ingin kau menjadi gadis yang anggun, feminim, tidak menendang dan meninju" ucapan Riyu membuat Casandra semakin merasa bersalah.
"Tapi apa kau tau sayang? Ibu bangga padamu. Ibu tidak akan melarang kau memukul dan menendang, selagi kau membawanya ke dalam hal yang positif, ibu akan selalu mendukungmu" Riyu mengelus pipi Casandra dengan lembut.
"Dulu ibu wanita yang lemah dan mudah ditindas, bahkan ibu tidak bisa membela diri meskipun ibu benar." Riyu menerawang jauh ke masa lalunya. Sedangkan Casandra masih terdiam mendengarkan dengan serius.
"Kau beruntung nak, bisa menguasai ilmu beladiri dan menolong orang. Ibu senang, ibu bangga. Tapi kau juga harus lebih hati-hati, jangan sampai lengah. Karena jika kau terluka, bukan hanya kau yang merasakan sakit. Ayah, ibu, kakek Mahesa juga akan merasakan hal yang sama. Maka dari itu terkadang salah satu dari kami tidak bisa mengendalikan diri karena sangat menyayangimu, sangat mencemaskanmu. Seperti yang dilakukan ayahmu sekarang ini"
"Maafkan aku ibu" ucap Casandra bergetar.
"Maafkan juga atas sikap, ayahmu ya sayang"
"Tapi bu, om Aji... " Casandra mulai terisak lagi.
"Sayang, Ayahmu pasti akan memutuskan yang baik." Riyu mendekap Casandra.