Divya pun segera berlalu dari sana dan mengambil paket makanan yang sudah dipesankan oleh Raymond. Setelah itu, Raymond segera mengajak untuk makan bersama di dalam ruangan makan. Sepanjang aktivitas itu, ia masih terus menatap wajah Divya dengan lekat. Pikirannya kembali mengingat masa lampau mengenai wanita yang sempat menjadi bahan leluconnya sewaktu bersekolah.
Pikiran Raymond masih terus bergumam, "Bibir dan matanya sama. Namun, tidak mungkin Divya itu wanita yang paling aku benci sewaktu bersekolah dulu. Dia bukan—"
Divya tanpa sengaja memotong pembicaraan Raymond di dalam benak. "Pak, kenapa Anda melihat wajah saya seperti itu?" tanyanya merasa sangat penasaran.
Raymond langsung tersentak setelah mendengar pertanyaan sekretarisnya. "Hm, maaf. Nanti kalau sudah selesai menyantap makanan itu, kamu sudah bisa beristirahat. Namun, kamu harus selalu on time kalau aku memanggilmu, ya!" Ia segera berlalu dari sana.