Chereads / Turning Into Beautiful / Chapter 1 - Menjadi Sorotan

Turning Into Beautiful

DillaTan
  • 397
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 133.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Menjadi Sorotan

Pria berbakat dengan tubuh proporsional, tampan, rambut cepak, hidung mancung, cukup menonjolkan sedikit otot pada bagian lengan dan ditambah dengan senyuman manis. Raymond kerap memiringkan kepalanya ke satu sisi sambil tersenyum ketika mendengarkan lawan bicaranya. Ditambah lagi, Raymond merupakan anak tunggal dari pengusaha yang paling berjaya saat itu. Pesona Raymond Maverick sukses membuat semua wanita tergila-gila. 

Begitu juga dengan Divya Ivanka, ia sangat mengidolakan Raymond, sang kakak kelas yang sangat populer. Beberapa kesempatan, ia sering menguntit dan mengambil foto lelaki itu secara sembunyi-sembunyi. Ya, memang sebuah pelanggaran, tetapi mau bagaimana lagi? Kehadirannya sama sekali tidak pernah dilirik oleh Raymond. Hampir setiap hari Divya menyempatkan waktunya untuk menonton aksi Raymond saat sedang bermain bola basket di sekolah.

"Ganteng banget, seandainya saja kamu menjadi pacarku, Kak. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk membahagiakanmu," ungkap Divya di dalam benaknya.

Divya Ivanka, tidak bernasib baik soal fisik. Ia gadis kutu buku, culun, berkacamata, dan memiliki postur tubuh gemuk. Dibalik kekurangannya ia juga mempunyai kelebihan yang sangat luar biasa. Ia  merupakan siswa berprestasi yang memiliki segudang ilmu pengetahuan. Meskipun begitu, tidak ada satu siswa yang mau berteman dengan dirinya. Bukan hanya karena tampang buruk rupanya. Ia juga merupakan siswa yang hidup tanpa dibesarkan oleh kedua orang tua.

Isu buruk tentang keluarganya langsung tersebar luas ketika dirinya masuk ke sekolah favorit melalui jalur undangan. Sekolah internasional high school, hanya bisa dihuni oleh orang-orang yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Berkat kecerdasan, Divya mampu masuk ke sekolah impiannya tanpa mengeluarkan sepeser uang pun. Divya Ivanka, sejak sekolah menengah pertama sudah hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya meninggalkan Divya setelah resmi bercerai.

Tidak ada satu keluarga yang mau menerima keberadaan Divya karena dianggap sebagai anak pembawa sial. Meskipun begitu, Divya tidak pernah putus asa untuk melanjutkan hidupnya. Semasa hidup juga ia tidak pernah bergantungan kepada kedua orang tuanya. Ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri sejak duduk dibangku sekolah dasar. Berjualan kerupuk adalah sumber pencarian utamanya.

"Nanti malam hari ulang tahun Kak Raymond. Aku juga mendapat undangan party-nya. Namun, aku tidak mempunyai pakaian yang bagus untuk pergi ke sana."

Divya mulai beranjak ke dalam kamar. Ia mulai membuka pintu lemari dan mencari pakaian yang pantas untuk dipakai ke acara yang bergengsi itu. Namun, tidak ada satu pakaian yang layak di dalam sana. Hanya ada kemeja dan kaos oblong saja.

"Hm, kalau aku pakai kemeja putih dan celana hitam ini juga tidak masalah, 'kan? Lagian, acara nanti malam juga bertema bebas. Kalau dipikir-pikir, pakaian ini tidak terlalu buruk. Oke, aku pakai saja pakaian ini." Divya segera merapikan pakaian yang masih terlihat lusuh itu.

Malam harinya, kehadiran Divya menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. Tampilannya begitu kampungan dan terlihat seperti pelayan yang sedang bertugas di sana. Tidak sedikit orang yang mengolok-olok dirinya saat melintas dari red carpet. Meskipun begitu, ia masih tetap berjalan tegas menuju ruangan utama.

"Lihat-lihat! Si gadis kampungan datang!" ucap salah satu wanita yang ada di dalam ruangan.

"What, wanita itu memiliki nyali yang besar, ya," jawab wanita yang ada di sebelahnya.

"Sangat kampungan sekali. Dia apa tidak mempunyai malu? Kehadirannya di sini menjadi pusat perhatian semua para tamu undangan."

Celotehan beberapa gadis sangat terdengar jelas di gendang telinga Divya. Namun, ia masih tetap terlihat tenang dan berjalan sampai bertemu dengan Raymond. Lelaki yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya  langsung terdiam setelah Divya datang sembari menjulurkan kotak berwarna ungu yang ada di tangannya. Raymond sedikit memiringkan alisnya sembari menatap wajah wanita culun tersebut.

"Selamat ulang tahun Kak Raymond. Semoga selalu jadi nomor satu di hatiku, ya," ucap Divya tanpa sadar.

Semua insan yang mendengar ucapan Divya langsung tertawa. Namun, tidak dengan Raymond. Pergelaran acara bahagia itu menjadi kusut setelah dirinya bertemu dengan wanita tersebut. Tatapan tidak senang pria itu pun membuat semua tamu yang tertawa menjadi terdiam vakum. Divya langsung menundukkan kepalanya, sedangkan Raymond mulai mengambil kado yang ada di tangan wanita yang ada di hadapannya.

Dengan brutal, pria tampan itu segera membuka isi yang ada di dalam kotak berwarna janda tersebut. Senyuman iblis kembali tergores di bibir tipisnya. Ia kembali menatap wajah wanita yang masih dalam keadaan tertunduk paksa. Ia segera berjalan menuju podium utama. Tatapan Divya mulai menanjak setelah lelaki itu mulai memanggil namanya.

"Divya Ivanka, siapa yang tidak mengenal gadis cerdas dan memiliki segudang prestasi ini? Hari ini, aku Raymond Maverick merasa terhormat dengan kehadiran wanita yang ada di sudut sana," ungkap Raymond seraya menunjuk ke arah Divya.

Senyuman manis pun segera tergelar di bibir polos Divya. Ia juga tidak menyangka bahwa Raymond akan mengistimewakan kehadirannya. Lelaki yang sedang berbicara di depan podium juga mentitahkan kepada semua tamu undangan untuk memberikannya sebuah tepuk tangan yang meriah. Sungguh terpukau hati Divya melihat penyambutan tersebut. Namun, tidak saat Raymond mulai membaca surat yang ada di dalam kado.

"Hm, menarik sekali. Divya Ivanka mengirimkan secarik surat kepada diriku. Kalian penasaran dengan isinya tidak?" tanya Raymond pada semua tamu undangan.

Semua insan yang ada di sana menjawab 'penasaran' dengan serentak. Namun, tidak dengan Divya, wajahnya sudah berubah warna, dan kelenjar keringatnya beroperasi secara abnormal. Ingin mencegah tindakan Raymond, tetapi sudah tidak memungkinkanya melakukan hal tersebut. Raymond segera membacakan surat cinta yang sudah dituliskan di dalam kertas berwarna merah jambu itu. Sangat memalukan sekali, itulah yang ada di dalam benak Divya. Semua tamu undangan tertawa setelah mendengar isi di dalam surat cinta tersebut. Tanpa rasa belas kasihan, Raymond langsung menolak cinta Divya. 

"Maaf, Divya. Kamu bukan tipeku, lihat saja dirimu itu. Sudah culun, jelek, tubuhmu juga terlihat tidak sehat, dan gemuk sekali. Hm, tetapi aku sangat mengapresiasi keberanianmu datang ke acara ini dan mengirimkan surat cinta romantis kepada diriku. Beri tepuk tangan sekali lagi untuk wanita tangguh yang ada di depan kalian semua," gumam Raymond sembari ikut memberikan big applause kepada Divya.

Air mata Divya sudah tidak bisa tertahankan. Karena tidak ingin terlihat menyedihkan, ia segera pergi dari pergelaran tersebut. Tidak sedikit tamu yang menyoraki kepergiannya. Sampai di depan gerbang kediaman Maverick, ia kembali menolehkan pandanganya. Dengan kasar ia mulai menyeka air mata yang terus mengalir membasahi wajah polosnya.

"Tega sekali, memang salahku terlalu lancang datang ke acara terkutuk ini!" gerutu Divya merasa sangat kesal.

Semenjak kejadian itu, Divya kerap dijadikan bahan lelucon oleh teman-temannya. Namun, ia masih tetap diam dan tidak membalas ucapan-ucapan menyakitkan dari seluruh siswa yang bersekolah di sana. Meskipun tampak tenang, psikisnya sempat terganggu, prestasinya menurun, dan beasiswanya terancam dicabut oleh komite sekolah. Demi mewaraskan diri, ia mulai mengurangi aktivitas di luar kelas. 

"Kak Raymond? Ke–kenapa dia datang ke kelasku? Dia mau apa lagi?" pikir Divya setelah sadar ada lelaki yang sedang menatap segala tindakannya dari depan pintu kelas.