Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

We Married?

🇰🇷Ries_khan
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19.9k
Views
Synopsis
Tragedi kecelakaan di tengah derasnya hujan membuat Karel Malvino, harus bertanggung jawab kepada korban akibat kelalaiannya dalam mengendarai mobil. Salah satu korban wanita yaitu Risa Emilea, menawari sebuah kerjasama yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh Karel. Mimpi apa semalam Karel ditawari untuk menikah pura-pura dengan Milea, demi menghindari perjodohan yang dipaksakan oleh orang tuanya, Milea mengambil kesempatan sekaligus tertarik untuk menawarkan kerjasama tersebut kepada laki-laki tampan yang menabraknya. Menjadi seorang yatim piatu dan anak satu-satunya benar-benar tidak mudah, menjalani kehidupan yang keras hanya seorang diri dengan berbekalkan kemampuan yang seadanya. Karel terpaksa mengiyakan kontrak kerjasama tersebut, kalau tidak demikian bisa-bisa taruhannya adalah masa depannya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Sendiri di Kota Orang

Berangkat dari Bandung seorang diri dan hanya berbekalkan uang yang seadanya, Karel Malvino terpaksa merantau ke Jakarta demi mendapatkan pekerjaan yang baik dan berharap hasil dari ia mendapatkan kerja bisa untuk meneruskan kuliah.

Baru satu tahun kuliah terpaksa harus berhenti karena tidak adanya biaya, semenjak orang tuanya meninggal saat dirinya masih duduk di bangku SMA, membuatnya harus menanggung kehidupannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Bersyukur karena orang tuanya masih meninggalkan sedikit harta untuknya bertahan hidup, namun Karel sadar tidak bisa terus menerus ia mengandalkan harta yang dari orang tuanya.

"Huh, akhirnya sampai juga di Jakarta. Tapi setelah ini aku mau ke mana? Aku bahkan belum mencari tempat tinggal?" keluh Karel yang baru saja turun dari kereta api, kemudian mengistirahatkan badannya duduk di depan sebuah cafe.

"Huh, capek mana haus, lagi?" gumam Karel begitu melihat penjual es yang berjajar di sepanjang jalan dekat stasiun.

Karel mempertimbangkan pengen beli es dan juga makanan, tapi ingat dirinya belum mencari tempat tinggal. Takutnya nanti uangnya kurang kalau dipakai beli makanan dulu.

Karel membuka ponselnya kemudian mencari kos-kosan yang murah dan sesuai budget di sekitar stasiun, dirasa mendapatkan yang lumayan cocok dengan harganya, Karel langsung bergegas berjalan kaki menuju tempat tersebut. Apalagi setelah melihat cuaca yang semakin redup, takutnya nanti malam hujan dan dirinya belum punya tempat untuk berteduh.

Bertanya ke sana ke mari untuk mencari tahu lokasi tepatnya, karena kos-kosan yang diminatinya masuk beberapa gang jadinya membuatnya bingung.

"Bu? Apa benar ini kos-kosan miliknya, Pak Budi? Kira-kira kos-kosannya masih ada yang kosong enggak, ya? Kalau masih ada saya mau dong ngekos di sini?" Karel berbicara kepada salah satu wanita yang sedang menyapu di area kosan tersebut.

"Oh kamu mau ngekos di sini? Iya, masih ada yang kosong kok, kebetulan Pak Budi Itu adalah suami saya tapi dia sedang berada di luar kota. Kalau kamu berminat untuk ke kos di tempat saya mari saya antarkan kamar yang kosong," ajak si ibu Budi.

Rumah yang dijadikan tempat kos-kosan tersebut, memang tidak begitu besar tapi sangat bersih dan bisa dibilang nyaman. Hanya ada dua penghuni di dalam kos-kosan tersebut dan semuanya laki-laki.

"Kamu aslinya dari mana?" tanya ibu Budi sembari meminta KTP milik Karel.

"Ah saya aslinya dari Bandung dan saya baru pertama kali ini datang ke Jakarta, makanya saya sedikit bingung dengan suasana di Jakarta," ujar Karel sembari memberikan kartu identitasnya.

"Mau kuliah atau bagaimana?" tanyanya.

"Rencananya saya mau kerja dulu, sambil nyari duit tambahan buat nanti nerusin kuliah," jawab Karel.

"Bagus kalau kamu masih punya kepikiran untuk melanjutkan pendidikan tapi sambil bekerja, karena jarang sekali pemuda yang seperti itu. Biasanya kalau sudah mengenal uang dan tau rasanya bekerja, pemuda zaman sekarang bakalan males nerusin sekolah," ujar ibu Budi.

"Terima kasih ya saya sudah diizinkan untuk ngekos di sini," ucap Karel.

"Kalau kamu mau ngekos di sini harus menaati semua peraturan yang sudah berlaku di tempat ini, salah satunya adalah tidak boleh sampai menginapkan seorang perempuan di sini. Apapun itu alasannya tidak diperbolehkan tapi kalau hanya sekedar main saja itu boleh, hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai kebersihan kos-kosan adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak boleh egois dengan mementingkan diri sendiri dan tidak mau bekerja sama untuk membersihkan kos-kosan," jelas ibu Budi.

Begitu semuanya sudah selesai, Karel langsung masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjukkan oleh ibu kos. Terdapat satu ranjang kecil dan juga satu lemari di sana, walaupun tidak begitu luas namun itu sudah lebih dari cukup untuknya berteduh.

"Dua orang lagi yang ngekos di rumah ini lagi pada kerja, biasanya mereka pulangnya malam jadi kamu tunggu saja nanti. Jangan lupa untuk kenalan sama mereka, siapa tahu dengan begitu kamu akan punya semakin banyak sahabat. Oya, kalau kamu lapar dapurnya ada di sebelah sana tapi cuma ada mie instan di sana. Kalau begitu saya pamit dulu mau lanjut bersih-bersih lagi," pamit ibu Budi.

"Apa saya tidak perlu membayar diawal?" tanya Karel.

"Tidak perlu, kamu bisa membayarnya akhir bulan kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan," ujar ibu Budi membuat Karel tersenyum bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik.

Seorang wanita cantik bak bidadari sedang menarik kopernya karena baru saja turun dari pesawat, berjalan dengan sedikit terburu-buru begitu merasakan lelah dan penat setelah seharian perjalanan. Pulang ke Jakarta tanpa memberitahukan orang tuanya, tanpa peduli juga orang tuanya bakalan marah karena pulang tanpa persetujuan dari mereka.

"Salah siapa memutuskan semua permasalahan secara sepihak, keberadaanku di sana seperti tidak dihargai sama sekali. Aku yang dari dulu ingin memilih jalan karirku sendiri tapi tidak pernah diperbolehkan, dengan seenaknya mereka juga memutuskan dengan siapa aku akan menikah. Mereka tidak punya otak atau bagaimana?" gerutu Risa Emilea.

"Milea?" panggil seseorang membuat wanita tersebut menolehkan kepalanya.

"Hai, Yasmine? Terima kasih ya kamu sudah repot-repot jemput aku ke bandara," ujar Milea sembari memeluk sahabat lamanya.

"Sama-sama, lagian tidak ada yang merasa direpotkan juga. Aku justru senang sekali karena kamu mau balik ke Jakarta, aku pikir kamu bakalan terus-menerus menatap di Korea. Ayo kita pulang, sini aku bawakan koper kamu," ajak Yasmine sembari menarik koper milik sahabatnya.

"Nanti begitu sudah di rumah aku akan menceritakan semuanya, yang jelas aku sudah tidak ingin lagi balik ke Korea. Aku ingin berkarir di Indonesia saja sesuai dengan minatku dari dulu," ujar Milea membuat Yasmine mengangguk paham.

Berhubung Yasmine di rumah juga tinggal seorang diri, ia tidak memperbolehkan sahabatnya untuk menginap di hotel. Mengajak sahabatnya untuk tinggal bersama dalam satu rumah, daripada buang-buang uang hanya untuk menyewa tempat lain.

Jarak dari bandara ke rumahnya Yasmine tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit mereka sudah sampai di rumah yang di tempat Yasmine seorang diri.

"Silahkan masuk, kamu bisa tinggal di sini dan anggap saja sebagai rumah sendiri. Aku senang banget, karena mulai hari ini aku akan ada temannya di rumah ini dan aku tidak akan kesepian lagi," ujar Yasmine.

"Kalau kamu kesepian kenapa tidak ngajakin pacarmu buat tidur di sini?" saran Milea.

"Pacar siapa? Pacar aja enggak punya," ujar Yasmine membuat Milea terkekeh.

"Sama dong, sampai sekarang juga tidak ada tuh laki-laki yang mau serius ngedeketin aku. Kebanyakan dari mereka silau sama duitku. Entah kenapa laki-laki zaman sekarang malah matre kayak cewek?" heran Milea.