Begitu Karel sudah sadar dari pingsannya, ia dibuat terkejut karena baru saja membuka matanya namun sudah ada beberapa polisi yang berada di dalam satu ruangan dengannya. Tentu saja ia bingung dan tidak bisa tenang gara-gara polisi tersebut, beberapa kali ia meringis sakit di bagian lengan dan juga kakinya yang lecet.
"Dengan saudara, Karel Malvino?" tanya si polisi.
"Benar pak, saya sendiri. Ada apa, ya?" jawab Karel dengan perasaannya yang mulai takut.
"Begini, saya ingin menjelaskan tentang kronologi kecelakaan yang mengakibatkan jatuhnya beberapa korban. Mungkin kamu belum mengingatnya karena kamu baru saja sadar, setelah kami mencari tahu dan melihat melalui CCTV yang berada di sepanjang jalan tersebut, rupanya anda yang kurang fokus dalam berkendara hingga menyebabkan kecelakaan bersama dua mobil sekaligus. Salah satu pengendara dari mobil tersebut mengalami luka parah, sedangkan yang satunya lagi sekarang sudah siuman dan sedang dalam penanganan dokter," jelas pak polisi membuat Karel melebarkan matanya.
"Jadi semua itu gara-gara saya?" tanya Karel yang masih belum percaya bahwa ia adalah penyebab dari kecelakaan tersebut.
"Benar, berhubung kamu sekarang masih berada di bawah penanganan dokter, kamu harus melanjutkan pengobatan sampai selesai. Akan tetapi jika nanti kamu sudah keluar dari rumah sakit dan kondisi kamu sudah baik-baik saja, kamu tetap harus mempertanggung jawabkan akibat dari kelalaian kamu," jelas pak polisi membuat Karel menghela nafasnya dengan lesu.
Begitu polisi-polisi tersebut sudah pergi dari ruang rawatnya Karel, laki-laki berusia 22 tahun tersebut bertanya kepada suster di mana korban yang lainnya. Suster mengizinkan Karel untuk mengunjungi korban kecelakaan, dengan sarat dirinya harus menggunakan kursi roda supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena belum sepenuhnya pulih.
"Dua korban yang lainnya berada di kamar yang berbeda, yang satunya ada di kamar sini dan yang satunya lagi ada di kamar ujung sana," tunjuk suster membuat Karel mengangguk paham.
Karel tidak mau merepotkan suster lebih jauh lagi dan menyuruh agar suster kembali bertugas dengan pekerjaannya, sedangkan Karel memasuki ruang rawat dihadapannya.
CEKLEKK!!
Begitu Karel memasuki ruang rawat tersebut, terlihat ada seorang wanita yang sedang berbaring di atas ranjang, lengkap dengan selang infus yang menancap di lengannya.
"Bisa-bisanya aku sampai lalai naik motor dan bikin orang lain menjadi celaka," gumam Karel yang meratapi kesialannya, karena harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengganti rugi pastinya.
Padahal tujuannya ke Jakarta adalah untuk mencari pekerjaan supaya bisa menabung dan melanjutkan kuliah, tapi ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
"Siapa kamu?" tanya seorang wanita yang terkejut, karena melihat kehadiran seorang laki-laki memakai kursi roda di dalam ruangan rawatnya.
"Emm maafkan aku, tadinya aku pikir kamu belum siuman tapi ternyata sudah. Aku ke sini mau minta maaf karena akulah yang menyebabkan kamu sampai masuk rumah sakit begini, aku benar-benar tidak ada maksud untuk bikin orang lain celaka. Maafkan aku karena tidak fokus di jalan saat itu, hingga membuat orang lain harus menanggung kerugian yang seharusnya tidak mereka alami. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf dan aku siap kalau harus mempertanggung jawabkan perbuatanku di kantor polisi, aku memang pantas dihukum agar tidak mengulangi kesalahan yang sama," ujar Karel membuat wanita yang berbaring di ranjang menatapnya tanpa berkedip.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Pasti kamu tidak bisa memaafkanku, karena aku sudah membuat kamu sampai masuk rumah sakit, begini? Tapi aku benar-benar menyesal dan aku tidak akan pernah mengulangi kesalahanku yang sama lagi, aku akan fokus pada jalanan setiap kali mengendarai motor. Saat itu aku tidak bermaksud untuk bermain ponsel ketika sedang berkendara, aku baru pertama kali jadi tukang ojek online dan aku masih bingung bagaimana cara menggunakan aplikasi. Saat itu hujan deras namun aku tetap ngeyel nyari orderan, ujung-ujungnya malah jadi kayak gini. Maafkan aku," sesal Karel sembari menundukkan kepalanya karena tidak berani menetap wanita dihadapannya.
"Kalau aku tidak memaafkan kamu, bagaimana?" ujar si wanita cantik yang menjadi salah satu korban kecelakaan.
"Emm ya itu hak kamu kok kalau misalkan kamu tidak mau memaafkan aku, yang penting aku sudah minta maaf dan aku siap bertanggung jawab atas perbuatanku. Tadi polisi juga sudah bilang, kalau nanti aku sudah sembuh aku harus bertanggung jawab dan aku menyetujuinya. Toh tidak ada gunanya kalau aku melarikan diri dari masalah, polisi pasti dengan mudahnya bakalan bisa menemukanku lagi dan nanti hukumannya malah semakin berat." Karel seperti sudah pasrah dengan kemungkinan buruk yang sebentar lagi akan datang di hidupnya.
"Aku punya solusi agar kamu tidak harus bertanggung jawab di kantor polisi," ujarnya membuat Karel mengerutkan keningnya.
"Maksudnya bagaimana? Aku enggak paham?" tanya Karel.
"Aku akan menawarkan sebuah kerjasama yang bisa membuat kamu lolos dari jeratan hukum, tapi itupun kalau kamu menyetujui dan kamu tidak keberatan dengan kerjasama yang akan aku ajukan," usulnya membuat Karel penasaran.
"Kerjasama yang seperti apa?" tanya Karel.
"Emm menjadi suami pura-puraku," jawabnya membuat Karel membulatkan matanya.
"A-apa? Apa aku tidak salah dengar? Suami?" Karel bahkan tidak pernah kepikiran sebelumnya bakalan jadi seorang suami di usianya masih muda.
"Tidak, kamu tidak salah dengar. Kalau dilihat-lihat kamu memang tampan dan badan kamu juga bagus. Kebetulan aku emang lagi nyari cowok, yang bisa diajak bekerja sama buat pura-pura di depan orang tuaku. Aku akan menawarkan dua pilihan sama kamu, pilihan yang pertama kamu menyetujui kerja sama yang aku katakan tadi, dengan bonus-mulus juga di belakangnya. Akan aku sebutkan bonusnya kalau kamu menyetujuinya dan pilihan yang ke dua, kalau kamu tidak menyetujuinya aku akan membiarkan kamu dibawa sama polisi dan dijebloskan ke dalam penjara, untuk mempertanggung jawabkan kesalahan kamu dan aku yakin hukuman kamu pasti tidak akan sebentar, karena kamu sudah lalai dalam berkendara dan kamu sedang merugikan dua pengendara sekaligus," ancamannya membuat Karel ketar-ketir.
"Tapi kenapa kamu menawarkan kerjasama itu kepadaku? Maksudnya banyak laki-laki di luar sana tapi kenapa kamu memilihku?" tanya Karel.
"Karena aku melihat kamu sebagai tipe laki-laki yang cocok jika disandingkan denganku, yang pasti tidak malu-maluin jalau nantinya orang tuaku mengetahui laki-laki macam apa yang menjadi menantu mereka. Aku terpaksa harus melakukan itu, agar orang tuaku tidak terus memaksa untuk menjodohkanku dengan laki-laki pilihan mereka. Apa kamu tertarik untuk menyetujui kerjasama yang aku ajukan?" ujarnya menantikan jawaban yang pasti dari laki-laki dihadapannya.
"Emm lantas bagaimana dengan korban yang satunya, lagi? Dia pasti tidak terima karena katanya suster dia yang mengalami luka cukup parah? Dia pasti juga sama saja ingin aku dihukum?" bingung Karel.
"Kalau soal itu kamu tidak perlu khawatir aku yang akan mengatasi semuanya, kamu cukup menyetujui kerjasama yang aku tawarkan kepada kamu. Jadi, bagaimana?"