Chereads / We Married? / Chapter 8 - Rencana Mulai Berjalan

Chapter 8 - Rencana Mulai Berjalan

"Padahal sudah hidup enak di Korea, apapun yang dia mau selalu aku turuti tapi kenapa dia lebih memilih untuk balik lagi ke Indonesia? Kalau dia tidak mau kerja di sini, setidaknya dia bisa bilang sama kita atau kalau dia tujuannya ke Indonesia, cuma mau kerja di dunia entertainment seperti yang dulu pernah dikatakannya, di Korea juga banyak agensi-agensi ternama yang pastinya mau menerimanya," kesal seorang laki-laki paruh baya bernama Anthony.

Sebagai orang tua tentu saja kecewa, melihat anaknya dengan seenak jidat pergi dari rumah dan pulang ke Indonesia tanpa sepengetahuan mereka. Baru pulang dari luar kota dan mendapati anaknya sudah tidak ada di rumah, mereka bahkan mengetahuinya dari beberapa pekerja yang ada di rumahnya.

"Sudahlah pa, biarkan anak kita menentukan apa yang dia inginkan kita jangan terlalu memaksakannya dalam sesuatu hal," nasihat sang istri bernama Sahara.

"Ya tidak bisa begitu dong, sebagai orang tua kita itu harus mengarahkan anak kita maunya ke arah yang mana? Kita jangan begitu saja menyerahkan semuanya kepadanya, kita harus ikut andil dalam masa depannya. Kan mama tahu sendiri, kalau papa mau menjodohkan Milea kepada salah satu anak rekan bisnis papa yang ada di sini. Bagaimana nanti kalau mereka datang ke rumah kita dan menanyakan keberadaan, Milea?" geram Anthony dengan sikap putri satu-satunya tersebut.

"Bisa saja alasan dia pergi dari rumah, salah satunya adalah karena papa mau menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak dikenalnya itu," ujar Sahara membuat Anthony merasa disudutkan oleh istrinya sendiri.

"Bukankah kita sudah sepakat memang ingin menjodohkannya? Dia itu sudah berumur 28 tahun, mana mungkin papa membiarkannya menikah di atas umur 30 tahun? Walaupun di Korea rata-rata kebanyakan perempuan memang menikah di atas 30 tahun, tapi papa pengennya dia itu menikah di bawah 30 tahun," jelas sang suami.

"Tapi papa lihat sendiri kan sekarang akibatnya, gara-gara papa memaksa ingin menjodohkannya dia jadi kabur dari rumah? Jangan terlalu keras kepada anak kita, dia juga punya hati dia juga bebas menentukan pilihannya sendiri," tegur sang istri.

"Apa mama lupa kalau dulu kita menikah juga gara-gara dijodohkan? Kita dulu juga sama-sama tidak mengenal dan tidak punya perasaan satu sama lain saat menikah, tapi begitu beberapa bulan jalan pernikahan kita sama-sama punya perasaan. Itulah gunanya kita mematuhi perintah dari orang tua, hidup kita pasti bakalan terjamin dan yang namanya orang tua tidak mungkin menyesatkan anaknya sendiri. Aku ingin Milea juga mengikuti seperti apa yang kita lakukan, aku menjodohkannya dengan laki-laki bukan saudara laki-laki, tentunya aku melihat bibit, bebet, dan bobotnya. Hidup anak kita bakalan terjamin masa depannya 100%, kalau menikah dengan laki-laki pilihan kita," jelas sang suami.

"Aku rasa anak muda zaman sekarang sudah tidak perlu lagi di jodoh-jodohkan seperti itu, dia bisa memilih kebahagiaannya sendiri. Kita juga tidak boleh terlalu menekan anak kita, memangnya nanti kamu mau kalau anak kita jadi benci dan hubungan kita jadi renggang?" tegur sang istri.

"Kalian berdua sama saja, sama-sama tidak bisa diatur. Ya sudahlah terserah kamu maunya bagaimana, tapi yang jelas aku akan tetap menjodohkan mereka berdua," kekeuh sang suami.

Sahara tidak bisa membenarkan tindakan suaminya untuk menjodohkan anak mereka satu-satunya, karena ia tidak ingin apa yang pernah dirasakannya dahulu kembali dirasakan oleh putrinya. Di mana dahulu ia terpaksa harus meninggalkan laki-laki yang dicintainya, demi menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya.

Milea masih tinggal di rumah sahabatnya dan kini, dirinya belum diperbolehkan untuk pergi ke mana-mana karena masih dalam masa pemulihan.

"Kayaknya aku harus cari rumah sendiri deh," celetuk Milea membuat Yasmine yang duduk di sebelahnya menolehkan kepalanya.

"Memangnya kenapa? Kamu tidak betah tinggal di rumah ini?" tanya Yasmine yang lesu karena bakalan sendiri lagi di rumah ini.

"Bukan seperti itu, kan kamu tahu sendiri kalau sebentar lagi aku akan menjalankan rencana untuk menjadikan laki-laki itu sebagai suami pura-puraku. Dengan begitu aku tidak mungkin tinggal terpisah dengannya, aku juga tidak mungkin mengajak dia untuk tinggal di rumah ini. Aku takut kalau sewaktu-waktu orang tuaku datang dan menanyakannya, kalau posisinya kita tinggal di rumah yang terpisah," ujar Milea.

"Seriusan kamu mau tinggal satu rumah dengannya? Nanti kalau dia ngapa-ngapain kamu, bagaimana?" tanya Yasmine yang sedikit khawatir dengan laki-laki asing tersebut.

"Kamu tidak perlu khawatir kalau soal itu, aku yakin dia tidak akan berani ngapa-ngapain karena aku selalu mengancamnya, akan menjebloskan dia ke penjara kalau dia berani macam-macam. Aku akan kembali mengungkit kasus kecelakaan yang kemarin dengan pasal yang berlapis, supaya dia mendapatkan hukuman yang lebih lama di penjara. Aku punya 1000 cara untuk mengancamnya agar dia menuruti perintahku," ujar Milea membuat Yasmine geleng-geleng kepala.

"Rupanya rencana kamu sudah berjalan matang? Ya sudah kalau memang itu mau kamu aku tidak bisa menahan kamu di sini, nanti kita cari rumah sama-sama tapi yang tidak terlalu jauh dari sini, bagaimana? Supaya nantinya aku juga bisa membantu kamu kalau terjadi sesuatu?" Yasmine memeluk sahabatnya dari samping karena sebentar lagi mereka akan kembali berpisah.

"Iya, kita cari saja perumahan yang di dekat sini, aku yakin pasti masih banyak yang kosong," ujar Milea.

"Tapi bagaimana kalau nanti laki-laki itu manfaatin kamu? Semisal dia terus minta duit sama kamu?" tanya Yasmine.

"Aku tidak akan pernah membiarkan ada laki-laki yang manfaatin aku cuma gara-gara uang, tapi kalau Karel semisal minta uang sama aku tapi untuk hal yang baik pasti aku akan memberikannya," ujar Milea membuat Yasmine mengangguk paham.

"Ya sudah kamu suruh dia buat datang ke sini, sekalian saja kita cari rumahnya bareng-bareng," usul Yasmine.

Milea mengambil ponselnya terlebih dahulu di dalam kamar kemudian menghubungi Karel, yang entah laki-laki itu sekarang berada di mana.

"Karel"

Berdering..

"Gimana? Enggak diangkat, ya?" tanya Yasmine melihat sahabatnya bolak-balik menelpon laki-laki asing tersebut.

"Sialan! Ke mana sih itu bocah? Ditelepon dari tadi tapi enggak diangkat? Padahal berdering loh?" kesal Milea yang paling tidak suka kalau telepon darinya dikacangin.

"Mungkin aja dia lagi sibuk kerja," sahut Yasmine.

"Sesibuk-sibuknya dia, aku paling tidak suka kalau ada orang yang tidak mengangkat telepon dariku," ujar Milea sembari mendengus kesal.

"Kan dia tidak tahu kalau soal itu, yaudahlah tunggu satu jam nanti kamu telepon lagi," saran Yasmine.

"Sok penting banget nih orang, sampai aku harus telepon dia sampai berulang kali," kesal Milea membuat Yasmine terkekeh, sahabatnya kalau sudah marah bibirnya bisa maju beberapa centi.