"Jadi aku harus menandatangani kontrak kerjasama ini, dengan banyaknya syarat yang kamu tulis di dalamnya?" tanya Karel setelah membaca seluruh isi dari perjanjian tersebut.
"Memangnya kenapa? Jangan bilang kalau kamu tidak menyetujuinya?" ketus Milea.
"Bukan seperti itu, hanya saja kenapa kamu yang menuliskan isi di dalamnya? Kenapa aku tidak ikut serta menuliskannya juga?" usul Karel membuat Milea mendelik ke arahnya.
"Aku yang mengajukan kontrak kerjasama, untuk kita menjadi pasangan suami istri pura-pura. Itu berarti aku juga yang berhak mengatur, apapun yang ada di dalam kertas tersebut," ujar Milea sembari bersidekap di depan dada.
"Lagian kamu tidak perlu kebanyakan protes, sahabatku itu akan memenuhi apapun kebutuhan kamu nanti ke depannya. Jadi kamu tidak perlu khawatir dan tinggal tanda tangan saja," sahut Yasmine yang juga berada di sana untuk menjadi saksi perjanjian tersebut.
"Kamu masih ingat, kan? Apa yang bisa aku lakukan kalau kamu tidak menandatanganinya secepatnya? Apa kamu mau polisi datang ke sini terus nyeret kamu ke penjara?" ancam Milea membuat nyalinya Karel menciut.
"Huh, baiklah." Karel langsung menandatangani isi dari kontrak kerjasama tersebut.
Setelah selesai dan memastikan semuanya sudah sah, Milea menyimpan berkas tersebut ke dalam kamarnya terlebih dahulu namun sebelum itu, ia memberikan copiannya kepada Karel agar bisa membaca ulang isi dari perjanjian tersebut sewaktu-waktu di manapun itu.
"Apa semuanya sudah selesai? Kalau sudah, selesai aku mau lanjut ngojek," ujar Karel yang hendak beranjak dari tempat duduknya namun lebih dulu ditahan oleh Yasmine.
"Kamu tidak boleh pergi ke mana-mana, karena sebentar lagi kita mau ngajakin kamu untuk melihat rumah yang akan kamu tempati nantinya dengan Milea," tahan Yasmine.
"Rumah? Rumah apa?" heran Karel.
"Ihh kamu lupa atau bagaimana? Kan dari awal Milea sudah bilang kalau nantinya kalian berdua akan tinggal satu atap, untuk meyakinkan orang tuanya Milea kalau kalian benar-benar sudah menikah dan menjadi pasangan suami istri yang sah," jelas Yasmine seketika membuat bahunya Karel lemes.
Bagaimana mungkin dirinya bisa tinggal serumah dengan wanita asing, mereka hanya tinggal berdua saja pasti akan terasa aneh karena sebelumnya mereka tidak saling mengenal sama sekali.
"Ayok berangkat," ajak Milea sembari menenteng tas kemudian berjalan menuju pintu.
Karel yang hendak menaiki motornya, tiba-tiba langsung ditarik oleh milea kemudian diajak untuk masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil hanya ada mereka berdua, jadi untuk apa Karel naik motor kalau di dalam mobil masih tersisa banyak ruang.
Karel jadinya yang menyetir mobil, sedangkan para cewek-cewek duduk di belakang seperti majikan, sedangkan dirinya seperti sopir yang mengantarkan majikannya ke mana-mana.
"Ini kamu sudah tahu alamatnya di mana?" tanya Milea karena jalur yang dilalui berbeda dengan yang diketahuinya sebelumnya.
"Belum, kan tidak ada yang ngasih tahu aku alamatnya di mana?" ujar Karel dengan polosnya memilih jalur yang disukainya padahal itu salah.
"Ish harusnya kamu bertanya dulu padaku, ayo putar balik kamu salah jalur," suruh Milea membuat Karel mendengus.
"Kenapa tidak bilang dari tadi kalau salah jalur? Jadinya tidak perlu putar balik kayak, gini?" gerutu Karel.
"Ya salah kamu juga kenapa tidak bertanya lebih dulu?" balas Milea.
"Ish sudahlah, kenapa kalian suka sekali bertengkar?" heran Yasmine.
Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai juga di rumah yang sudah sebelumnya Milea incar, rumah tersebut berada di komplek berbeda dengan Yasmine karena ternyata di kompleknya Yasmine semua rumahnya sudah penuh. Alhasil Milea harus mencari kompleks yang lain, namun jaraknya tidak begitu jauh dari kompleksnya sahabatnya.
"Nah ini dia rumahnya, ayo kita masuk," ajak Milea sembari membuka pintunya.
Rumah yang dibeli oleh Milea sudah atas nama dirinya sendiri, awalnya iya ingin tinggal di apartemen saja tapi ternyata pilihannya untuk langsung membeli rumah adalah pilihan yang tepat. Milea sudah bertekad ingin menatap lumayan lama di Indonesia, jadi kalau terus-menerus tinggal di apartemen rasanya tidak efisien.
Mempunyai rumah dan mempunyai halaman yang cukup luas adalah idamannya selama ini, dengan begitu dirinya bisa menyalurkan hobinya berkebun dengan menghiasi halaman rumahnya. Ada kolam renang pula di belakang rumah yang dibelinya, tidak tanggung-tanggung Milea langsung membayarnya secara cash.
"Wahh rumah ini kenapa besar sekali?" takjub Karel yang berjalan paling belakang memasuki rumah mewah tersebut.
"Pastinya, karena aku tidak mau tinggal di rumah yang kecil apalagi sampai terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Aku dari dulu punya cita-cita, bisa membeli rumah sendiri dan bisa mengatur apapun yang aku sukai di dalam rumah ini, mulai dari perabotan dan segala macam furniturenya," ujar Milea.
"Gila sih ini rumah kamu kayak dua kali lipat yang lebih besar dari rumahku, bisa kali kalau nanti kapan-kapan aku sering main ke sini," takjub Yasmine.
"Boleh dong kalau kamu sering-sering menginap di rumah ini, justru aku senang kalau kamu tinggal di sini menemani aku. Jadinya aku tidak hanya berdua saja dengan laki-laki itu," ujar Milea sembari merangkul sahabatnya kemudian menaiki tangga untuk melihat lantai dua.
Sedangkan Karel masih melihat-lihat di lantai bawah, bahkan kontrakan yang di tempatinya saat ini hanya seperempatnya saja dari rumah mewah miliknya Milea.
"Masa iya aku bakalan tinggal di rumah ini? Mimpi apa aku semalam bisa tinggal di rumah yang begitu memang kayak, gini? Bahkan selama ini aku tidak pernah punya cita-cita, untuk bisa tinggal di rumah yang megah dan pastinya bukan punyaku," ujar Karel sembari tersenyum miris di akhir kalimatnya.
Selama ini keluarganya berada di level pas-pasan, beruntung karena orang tuanya masih sanggup menyekolahkan Karel sampai SMA, setelahnya ia harus berusaha sendiri untuk membiayai pendidikannya dibantu dengan warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Karel tidak berencana untuk ikut melihat ke lantai dua takutnya nanti dibilang lancang, ia cukup duduk di sofa yang ada di ruang tamu saja. Tidak berani untuk melihat lebih jauh lagi, nanti kalau ada barang yang hilang atau apapun itu takutnya nanti ia yang disalahkan.
"Kapan kita pulang?" tanya Karel begitu melihat para wanita menuruni tangga.
"Kenapa sih buru-buru banget? Aku masih belum puas melihat-lihat rumah ini? Kamu mau ngojek? Untuk hari ini kamu tidak boleh ngojek dan kamu harus stay di sini menemani kita, karena setelah selesai melihat-lihat rumah ini aku mau ngajakin kamu ke mall juga," ujar Milea membuat Karel bingung.
"Mau ngapain kita ke mall?" heran Karel.
"Sudahlah kamu diam saja dan jangan kebanyakan protes, kalau kamu tidak mau melihat-lihat rumah ini ya sudah terserah kamu. Padahal nantinya kamu juga akan tinggal di rumah ini," ketus Milea.