Chereads / We Married? / Chapter 16 - Anak yang Kurang Ajar

Chapter 16 - Anak yang Kurang Ajar

Drrrtt drrtt drrtt!!!

Milea selalu menghindari telepon dari papanya semenjak pulang ke Indonesia, malas sekali kalau harus meladeni Omelan dari papanya yang ngomel-ngomel karena dirinya yang kabur dari rumah. Berkat bujukan dari sahabatnya akhirnya Milea mau mengangkat telepon dari papanya.

"Papa"

Is calling...

"Halo, Pa?"

"Bagus banget ya kamu, ke mana saja kamu selama ini? Kenapa tidak pernah mengangkat telepon dari, Papa? Kamu mau jadi anak yang kurang ajar, ha? Sudah kabur dari rumah tidak memberikan kabar sama sekali, apa kamu pikir orang tua kamu tidak khawatir? Apa kamu pikir kamu bisa seenaknya saja pergi dari sini dan hidup di luar sana tanpa pengawasan dari mama dan papa? Setidaknya kamu bisa membicarakannya baik-baik kepada kami, tidak perlu sampai kabur-kaburan seperti itu?"

"Aku dulu sudah pernah membicarakannya baik-baik sama mama dan papa, tapi kalian berdua tetap memaksa aku untuk menikah dengan laki-laki yang bahkan tidak aku kenal sama sekali. Kenapa papa tega menjual anak sendiri?"

"Jaga mulut kamu! Siapa yang menjual kamu, ha? Kenapa kamu bisa sampai berpikiran seperti itu? Kamu itu anak papa,.anak kesayangan papa, jadi mana mungkin papa menjual kamu. Papa, hanya menginginkan kamu mendapatkan pendamping hidup yang terbaik dan mapan tentunya, Papa tidak mau kalau kamu sampai salah memilih laki-laki yang tidak punya pekerjaan jelas, masa depan suram, sebagai orang tua wajar dong papa menginginkan yang terbaik apalagi untuk anak satu-satunya."

"Itu bukan yang terbaik buat aku tapi itu yang terbaik buat papa, sudah kukatakan aku tidak ingin menikah dengan laki-laki itu. Terserah kalian maunya bagaimana tapi yang jelas aku tidak mau."

"Di mana kamu sekarang? Katakan sama papa biar papa susul kamu ke sana?"

"Aku lagi ada di rumah suamiku."

"Apa? Kamu jangan aneh-aneh, Papa tanya sekali lagi kamu ada di mana?"

"Aku sungguh-sungguh, aku sedang berada di rumah suamiku dan kami sudah menikah dari minggu yang lalu. Kenapa aku menolak saat papa menyuruh aku nikah sama laki-laki yang tidak jelas? Ya karena aku sudah punya pacar dan sekarang aku sudah menikah sama pacarku."

"Gila! Kamu benar-benar gila! Papa,.sedang bertanya serius tapi kamu menjawabnya malah bercanda."

"Aku tidak bercanda, aku juga menjawabnya dengan serius aku memang sudah menikah. Aku hanya menikah dengan orang yang aku cintai, bukan dengan laki-laki pilihan dari siapapun. Sekarang terbukti aku sudah menikah dan aku sudah menjadi istri dari laki-laki aku cintai, jadi papa tidak bisa memaksa aku lagi untuk menikah dengan orang lain."

"Dan kamu menikah tanpa restu dari mama dan papa? Kamu itu waras atau tidak?"

"Maafin aku pa, karena aku menikah tanpa mengikutsertakan kalian dalam pernikahan kami. Tapi ini jalan satu-satunya supaya papa tidak lagi memaksa aku untuk menikah dengan orang lain."

"Kamu benar-benar anak yang tidak waras."

Saking emosinya Anthony langsung menutup teleponnya, tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi putrinya yang berbuat nekat dan tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa putrinya bisa menikah diam-diam.

"Sialan! Kalau Milea sudah menikah dengan laki-laki lain, itu artinya perjodohan yang aku lakukan dengan anak dari kolega bisnisku gagal total. Shit!"

"Ada apa?" tanya sang istri yang baru saja memasuki ruangan kerja suaminya, setelah mendengar keributan dari lantai atas membuatnya tidak fokus menonton televisi.

"Anak kamu benar-benar kurang ajar, dia menikah tanpa sepengetahuan dari kita," ujar Anthony membuat sang istri mengerutkan keningnya.

"Menikah? Maksudnya?" heran Sahara.

"Iya, dia tadi bilang sendiri waktu ditelepon bahwa dia sudah menikah dengan pacarnya sekitar satu minggu yang lalu. Apakah yang kayak gitu masih bisa disebut sebagai seorang anak? Menikah bahkan tidak melibatkan orang tuanya sama sekali? Bukankah itu namanya kurang ajar? Dasar anak tidak tahu di untung," geram Anthony tanpa sadar menggebrak meja hingga membuat sang istri terkejut.

Sahara sangat mengenal betul bagaimana watak dan karakter suaminya kalau sedang marah, maka dari itu ia tidak pernah mau ikut campur apalagi sampai ada mulut dengan suaminya. Dirinya hanya akan berbicara kalau nanti emosi suaminya sudah mereda, mengambilkan air putih supaya suaminya bisa lebih tenang.

Sahara kembali ke lantai bawah dan menonton televisi, walaupun pikirannya sedang semrawut apalagi setelah mendengar kabar bahwa anaknya sudah menikah di luar sana. Padahal seingatnya anaknya tidak punya pacar sama sekali, tapi tiba-tiba mendapat kabar kalau sudah menikah.

"Apa benar Milea sudah menikah? Tapi dia nikah sama siapa? Laki-laki mana yang beruntung sekali mendapatkan anakku?" gumam Sahara.

Milea mulai hari ini bergegas mengemasi barang-barangnya untuk pindah ke rumah baru, beruntung karena barang-barangnya tidak begitu banyak di rumah sahabatnya, hingga tidak memerlukan banyak koper untuk membawanya.

"Yahh aku bakal kesepian lagi di rumah ini, kenapa sih kamu buru-buru pindah ke rumah baru? Padahal aku udah senang banget kamu mau tinggal di rumahku selama di Indonesia, ah ternyata tidak sesuai dengan yang aku harapkan," curhat Yasmine membuat Milea terkekeh.

"Maafin aku, tapi ya mau bagaimana lagi sayang kalau rumah yang udah aku beli tapi tidak segera ditempati," ujar Milea sembari memeluk sahabatnya sebelum pamit pulang ke rumahnya sendiri.

"Terus kamu mau menempatinya sama, siapa? Seriusan kamu mau tinggal satu atap sama laki-laki itu?" tanya Yasmine.

"Yeahh kamu masih ingat kan soal perjanjian itu, sudahlah kamu tidak perlu khawatir kalau dia bakalan macam-macam sama aku. Justru aku yang memegang kendali atas dirinya, kalau dia macam-macam sama aku tinggal aku keluarkan senjata yang sudah aku simpan," ujar Milea membuat Yasmine mengangguk.

"Sering-sering ya ajakin aku tinggal di rumah kamu," pinta Yasmine membuat Milea tersenyum.

"Sudah aku bilang kamu bisa menginap di rumahku kapanpun kamu mau," ujar Milea membuat satu-satunya laki-laki yang ada di sana memutar bola matanya dengan malas.

Yaps, Karel juga ada di sana karena dirinya yang akan menemani Milea pindahan ke rumah baru. Dirinya juga ikut membantu beberes supaya cepat selesai dan ia bisa langsung ngojek setelahnya, karena hari ini dirinya belum mendapatkan pemasukan sama sekali.

"Ayo kita berangkat sekarang, nanti makin siang jadinya macet," ajak Karel.

"Sabar ihh, mau ke mana sih buru-buru banget heran deh?" kesal Milea.

"Ya aku kan mau kerja juga, mau ngapain aku lama-lama di sini cuma ngeliat kalian pelukan doang dari tadi?" protes Karel.

Milea melambaikan tangan kepada sahabatnya sebelum masuk mobil, di mana si laki-laki menyebalkan itu sudah duduk di belakang kemudi.

"Aku tunggu secepatnya kamu kemasi barang-barang kamu, kemudian pindah rumahku."

"Ha? Apa?"