Milea begitu bahagia lantaran hari ini untuk pertama kalinya, ia mendapatkan tawaran pekerjaan di Indonesia dan tawaran tersebut langsung datang dari sebuah perusahaan besar , yang memintanya untuk menjadi sebuah model untuk mempromosikan sebuah produk.
Tentu saja semua itu atas campur tangan dari sahabatnya yaitu Yasmine, sahabatnya tersebut juga bekerja di dunia entertainment namun bukan di dunia modeling. Begitu Yasmine melihat ada suatu kesempatan emas, di mana ia berpikir sahabatnya bisa berkecimpung di dunia yang sama dengannya.
"Jadi produk apa yang akan aku promosikan nanti?" tanya Milea yang saat ini sedang berada di rumah sahabatnya.
"Emm sepertinya kamu akan mempromosikan sebuah ponsel keluaran terbaru, aku yakin kamu pasti bisa melakukannya dengan baik karena aku tahu betul kamu begitu percaya diri kalau di depan kamera. Walaupun tanpa kamu bekerja sebagai model pun uangmu tidak akan pernah habis jujur turunan, tapi ya daripada kamu di rumah tidak ngapa-ngapain mending cari pengalaman baru di Indonesia," ujar Yasmine.
"Tapi aku heran deh, kenapa si pemilik dari perusahaan itu langsung mau menjadikan aku model produk mereka? Padahal mereka belum ketemu sama aku secara langsung?" bingung Milea.
"Iya, mereka belum ketemu sama kamu tapi kan aku sudah menyodorkan profil kamu kepada mereka, makanya mereka langsung menyetujuinya dan langsung suka saat pertama kali melihat kamu hanya diri foto saja," ujar sang sahabat membuat Milea berhambur memeluk sahabatnya tersebut.
"Makasih banget ya, walaupun aku tahu kerjaan jadi model itu palingan gajinya berapa, sih? Tapi ya saran kamu ada benarnya juga, daripada aku di rumah tidak ngapa-ngapain lebih baik aku cari pengalaman baru." Milea yang sedari kecil besar di Korea dan terbiasa dengan lingkungan dunia entertainment di sekitarnya, membuatnya tidak kaget lagi dengan sesi dari dunia hiburan.
"Ngomong-ngomong suami kamu ke mana? Kenapa dia tidak diajak ke sini juga?" tanya Yasmine membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.
"Jangan mulai deh, suamiku siapa?" protes Milea.
"Ya Karel dong, jadi kenapa dia tidak ikut sama kamu?" tanya Yasmine.
"Ngapain juga dia harus ikut sama aku? Dia juga punya aktivitasnya sendiri kalau pagi kayak gini dia ngojek," ujar Milea membuat Yasmine tersenyum meledek.
"Ciee sekarang udah hafal banget sama kebiasaan sang suami, jangan-jangan semalam kemarin juga ngapa-ngapain?" goda Yasmine membuat Milea mendengus.
"Terserah kamu, yang jelas aku tidak pernah ngapa-ngapain dengannya karena aku tidak selera sama brondong," ujar Milea kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minuman.
DRRTTT DRRTT DRRTT!!!
"My Papa"
Is calling....
"Halo?"
"Milea? Kamu lagi ada di mana sekarang?"
"Memangnya kenapa, Pa? Aku lagi ada di rumah sahabatku."
"Papa dan mama saat ini sedang berada di bandara, sebentar lagi pesawat kami akan terbang ke Indonesia. Kalau kamu sudah menikah sesuai dengan yang kamu katakan sebelumnya, Papa dan mama ingin bertemu dengan suami kamu. Begitu kami sudah sampai di Indonesia, kamu ajak suami kamu untuk menjemput kami. Kalau tidak demikian, Papa akan menyeret kamu untuk kembali pulang ke Korea, awas aja kalau kamu berani coba-coba untuk membohongi papa dan mama."
"Kenapa kalian tidak memberitahukan sebelumnya kepadaku kalau mau pulang?"
"Kenapa? Kamu khawatir kalau kebohongan kamu akan terungkap?"
"Siapa juga yang berbohong? Aku tidak berbohong soal aku yang sudah menikah, yasudah begitu kalian sampai di Indonesia langsung kabari aku dan kami akan menjemput kalian."
"Baiklah."
Milea melemparkan ponselnya ke atas meja dengan kesal, karena orang tuanya seenaknya datang ke Indonesia dan membuatnya kebingungan kayak gini. Mana ia belum ada persiapan apapun untuk menghadapi mereka nantinya, ditambah lagi kalau nanti mereka menginap di rumahnya.
"Kenapa mukamu kayak, gitu?" tanya Yasmine yang ikut menyusul sahabatnya ke dapur.
"Orang tuaku otw ke Indonesia sekarang dan aku bingung, kalau seandainya nanti mereka ikut menginap di rumahku otomatis mereka akan setiap hari juga bertemu dengan, Karel. Aku belum briefing anak itu harus bersikap bagaimana nanti kalau di depan orang tuaku?" curhat Milea sembari memijat pelipisnya.
Kalau sekarang mereka sudah otw ke Indonesia itu berarti kemungkinan besok juga sudah sampai, ya sudah begini saja kerjaan kamu yang jadi model ditunda aja dulu. Nanti biar aku yang ngomong sama pemiliknya kalau bisa diundur, aku minta diundur aja sayang banget kalau kerjaan itu harus dilimpahkan kepada orang lain. Nah besok kita harus briefing suami kamu itu, supaya menjadi suami yang sesungguhnya di hadapan orang tua kamu. Jangan sampai orang tua kamu mencurigai kalau kalian berdua itu hanya settingan belaka," ujar Yasmine yang diangguki oleh Milea.
"Ya sudah ayo kalau begitu kamu ikut ke rumahku, aku juga akan menyuruh Karel untuk pulang secepatnya," ajak Milea.
Karel yang sedang sibuk mengantarkan orderan makanan ke sana ke mari, begitu kesal karena ponselnya sedari tadi tak berhenti berdering si sakunya. Mau berhenti dan menengok siapa yang menelponnya tapi tak jadi dilakukannya karena dirinya sedang berada di jalan. Lebih mengutamakan mengantar makanan dengan tepat waktu dan bikin pelanggan puas dengan hasil kerjanya, sehingga pelanggan-pelanggan menyukai jika dirinyalah yang mengantarkan makanan.
"Astaga, siapa sih yang daritadi menelpon? Kenapa tidak sabaran sekali?" kesal Karel setelah selesai mengantarkan semua orderannya baru ia bisa mengangkat telepon.
"Tante Milea"
Is calling...
"Halo? Kenapa? Aku kan lagi kerja, kenapa dari tadi kamu nelponin aku terus?"
"Berani sekali kamu mengabaikan telepon dariku? Sekarang juga kamu pulang ke rumah, karena ada sesuatu yang penting yang harus aku sampaikan sama kamu. Kalau kamu lebih memilih untuk tetap menarik ojek, kamu akan merasakan sendiri akibatnya nanti. Aku tunggu tidak lebih dari setengah jam kamu sudah harus sampai di rumah."
"Ha? Memangnya ada apa? Kenapa buru-buru sekali? Lagian aku tidak bisa kalau dalam waktu setengah jam sudah sampai di rumah, karena jaraknya cukup jauh."
"Hufft, kamu tidak dengar apa yang aku katakan tadi? Ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan, makanya aku nyuruh kamu supaya cepat cepat pulang. Cancel semua orderan kamu dan aku akan menggantinya nanti dengan uang dua kali lipat. Buruan!"
Karel memasukkan ponselnya ke dalam saku begitu pembicaraan sudah selesai, ia menyadari betul bahwa selama ia tinggal di rumah wanita bernama Milea tersebut dan selama dirinya masih berada di bawah kontrak kerjasama, Karel akan terus-terusan merasa tertekan dengan kediktatoran wanita itu.
"Hufft, kenapa sih dia nyuruh aku buru-buru pulang? Padahal hari ini lagi ramai-ramainya pelanggan yang order makanan," heran Milea.