Chereads / We Married? / Chapter 23 - Jadi Kamu Menantu Kami?

Chapter 23 - Jadi Kamu Menantu Kami?

"Jangan berdiri jauh-jauh dari aku nanti bisa-bisa orang tuaku curiga, kalau kita bukan pasangan suami istri beneran," tegur Milea saat berjalan memasuki bandara, suami pura-puranya tersebut malah berjalan di belakangnya bukan di sampingnya.

"Terus? Aku di mana?" bingung Karel membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.

"Ihh sini deketan sama aku dan gandeng tanganku," pinta Milea membuat Karel mengerutkan keningnya.

"Ha? Mana mungkin aku gandeng tangan kamu?" protes Karel.

"Memangnya kenapa? Kamu tidak mau gandeng tangan aku? Oh atau kamu maunya digandeng sama polisi?" ancam Milea membuat Karel seketika panik.

"Siapa juga yang bilang tidak mau?" Karel buru-buru mensejajarkan langkah kakinya dan dengan keberaniannya, menggandeng tangan wanita cantik di sebelahnya.

"Pokoknya sesuai dengan apa yang sudah aku katakan tadi di mobil, kamu harus menunjukkan sikap selayaknya suami aku yang sesungguhnya. Jangan pernah sekali-kali menampakkan sesuatu, yang bisa membuat orang tuaku meragu tentang status kita yang sebenarnya," ujar Milea mewanti-wanti.

"Tapi bagaimana kalau aku nanti melakukan kesalahan?" tanya Karel.

"Kalau sampai kamu melakukan kesalahan, resiko kamu tanggung sendiri. Oh ya satu lagi kalau nanti orang tuaku nanyain pekerjaan kamu, kamu bilang saja kalau kamu kerja di bengkel. Kamu punya usaha bengkel mobil bilang gitu aja," suruh Milea membuat Karel semakin bingung.

"Tapi aku enggak punya bakat sama sekali di bengkel," protes Karel.

"Sudahlah, kita kan hanya berpura-pura saja mereka juga tidak mungkin mau ikut kamu ke bengkel. Kamu bilang saja seperti itu untuk meyakinkan orang tuaku, lagian mereka di Indonesia juga tidak akan selamanya hanya sementara saja, sampai mereka benar-benar pulang baru kita mengakhiri kebohongan ini," ujar Milea membuat Karel mengangguk pasrah.

"Ya sudah kalau begitu."

Milea langsung menuju ke restoran yang ada di dalam bandara, karena orang tuanya sudah menunggu di sana sedari tadi. Sebelum berangkat ke bandara Milea sudah mempersiapkan pakaian yang harus dikenakan oleh Karel, saat bertemu dengan ke dua orang tuanya untuk pertama kalinya. Ia harus bisa semaksimal mungkin meyakinkan di hadapan orang tuanya, kalau laki-laki yang ia pilih cocok dengannya entah itu dari segi penampilan ataupun dari segi fisiknya.

"Di mana orang tua kamu?" tanya Karel sambil clingak-clinguk.

"Katanya mereka sudah ada di dalam restoran ayo kita masuk saja," ajak Milea sembari menggandeng tangan suaminya dengan begitu mesra, seperti menunjukkan bahwa mereka adalah pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya.

"Mama? Papa?" panggil Milea begitu melihat orang tuanya sedang makan di meja paling pojok dan Milea langsung menghampirinya ditemani oleh sang suami.

"Hai sayang, Mama kangen banget sama kamu, kamu apa kabarnya di sini? Kamu makin berisi saja." Peluk cium sang mama.

"Kabarku baik-baik saja, Mama sendiri bagaimana kabarnya?" tanya Milea memeluk mamanya dengan begitu rindu.

"Mama, juga baik-baik saja."

"Apa dia suami kamu?" tunjuk sang papa kepada laki-laki yang berada di belakang anaknya.

"Ah iya, kenalin suamiku ini namanya Karel." Milea mengisyaratkan kepada lelakinya untuk menyapa sang mertua.

Anthony melihat dari atas sampai bawah laki-laki yang diperkenalkan sebagai suami dari anaknya tersebut, tidak terlalu buruk dari segi penampilan dan memiliki paras wajah yang tampan, begitulah kira-kira yang ada di pikirannya Anthony.

"Halo, Pa? Halo, Ma?" Perkenalkan nama saya Karel," sapa Karel dengan sopan menyalimi mertuanya tersebut.

Ke dua orang tuanya Milea sedikit terkejut karena sang menantu mencium tangan mereka, namun begitu ada rasa bahagia juga karena melihat sang menantu bersikap sopan kepada mereka.

Milea sedikit bisa bernafas lega, karena suaminya tersebut bisa menyesuaikan diri dengan cepat dan bahkan memberikan kesan pertemuan pertama dengan orang tuanya.

"Maaf ya karena aku menjemput kalian terlambat," sesal Milea membuat sang mama tersenyum.

"Tidak apa-apa sayang, kamu kan pasti punya kesibukan juga di rumah. Ya sudah karena kami sudah selesai makan, ayo kita pulang saja. Mama dan papa ingin melihat tempat tinggal kalian setelah menikah," ujar Sahara kemudian beranjak dari tempat duduknya kemudian diikuti oleh yang lain juga.

Karel dengan sigap membawakan koper milik mertuanya, karena sudah tertanam di dalam otaknya bahwa ia harus memberikan kesan yang baik di hadapan mertuanya tersebut. Setelah barang-barangnya dimasukkan ke dalam bagasi mobil dan semuanya juga sudah masuk dan menempati tempat duduk masing-masing. Karel mengemudikan mobilnya pulang ke rumah mereka, dengan posisi mertuanya ada di bangku tengah sedangkan di sampingnya ada sang istri.

"Apa setelah kalian menikah kalian sudah membuat rumah?" celetuk Anthony.

"Sudah pa, awalnya aku itu tinggal di rumah sahabatku tapi setelah menikah aku tinggal bersama suamiku di rumah yang kita beli. Ngomong-ngomong papa dan mama berapa lama di Indonesia?" tanya balik Milea.

"Emm kami sendiri belum bisa memastikan berapa lama ada di Indonesia, bisa lebih cepat pulang ke Korea bisa juga kita lumayan lama stay di sini. Oya tolong ceritakan bagaimana kalian bisa menikah secepat itu?" Anthony sudah sangat tidak sabar mengintegrasi pasangan muda yang katanya sudah menikah tersebut.

"Papa? Kenapa tidak nanti saja kita ngobrolnya pas udah di rumah, setelah sekian lama kita baru saja berkumpul kembali jadi tolong, jangan merusak suasana saatil ini dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa kapan-kapan ditanyakan," tegur sang istri membuat Anthony menghela nafasnya.

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai juga di rumahnya Milea, si pemilik rumah mengantarkan ke dua orang tuanya ke kamar yang akan ditempati oleh orang tuanya.

"Karena sekarang sudah malam, lebih baik kita semua beristirahat dan ngobrolnya besok pagi saja," ujar sang mama yang diangguki oleh anaknya.

"Kalau begitu kami pergi ke kamar dulu, selamat beristirahat untuk kalian semoga betah di rumah ini," pamit Milea kemudian mengajak suaminya untuk keluar dari kamar orang tuanya.

Milea tetap menggandeng suaminya sampai di dalam kamar, setelah mengunci pintunya barulah ia melepaskan pegangan tangan mereka. Ke duanya sama-sama menghela nafasnya dengan lega, setelah keluar dari zona yang bisa kapan saja membuat nyawa mereka terancam.

"Hufft, akhirnya kita bebas juga," ujar Karel yang sangat lelah berpura-pura padahal baru satu hari.

"Kamu harus terus bersikap seperti itu dihadapan ke dua orang tuaku, pokoknya buat mereka sampai benar-benar percaya kalau kamu adalah suamiku." Milea merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan suami pura-puranya berada di sofa.

"Kamu sadar enggak, sih? Kalau tadi papa kamu ngeliatin aku terus? Aku jadi bingung mau kayak gimana kalau dilihatin gitu," ujar Karel.

"Wajarlah kalau papaku ngeliatin kamu terus, secara ini adalah pertemuan pertama kalian. Persiapkan diri kamu untuk esok hari, karena pasti orang tuaku akan menanyakan hal yang lebih jauh lagi seputar kita."

"Nanya apa?"