Chereads / We Married? / Chapter 24 - Kita Diinterogasi?

Chapter 24 - Kita Diinterogasi?

"Jadi tolong ceritakan bagaimana awal mula pertemuan kalian sampai kalian menikah seperti saat ini? Berani-beraninya kalian menikah tanpa persetujuan dari kami, apa kamu tidak tahu kalau Milea sudah aku jodohkan, dengan salah satu anak dari kolegaku? Tapi semuanya batal setelah Milea mengatakan bahwa dia sudah menikah dengan pacarnya, yang aku sendiri tidak pernah tahu kalau dia punya pacar selama ini. Yang bikin aku tambah bingung lagi adalah pacarnya ada di Indonesia, bagaimana awal mulanya kalian bisa bertemu?" tanya Anthony mengintrogasi menantunya tersebut.

Saat ini semuanya sedang berkumpul di ruang tengah, karena memang Anthony yang menginginkan untuk secepatnya membahas soal anaknya yang menikah secara tiba-tiba.

"Jadi waktu itu pertemuan pertama kalinya kita lewat sosmed, kemudian lanjut lewat video call dan kami sering berbagi cerita, hingga saya memutuskan untuk menjadikannya pacar saya, tapi saya bilang sama Milea bahwa saya tidak ingin lama-lama berpacaran, hingga akhirnya dia menyetujuinya dan kami berkomitmen ke jenjang yang lebih serius dan hubungan kita agar sah dimata hukum dan negara," jelas Karel dengan senatural mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan dari mertuanya.

"Di mana kalian menikah?" tanya sang mama.

"Di rumah saya," jawab Karel.

"Berarti tidak ada acara resepsi apa-apa pun itu?" tanya Sahara.

"Iya tidak ada, kami hanya ingin secepatnya menikah karena aku tidak mau kehilangan kekasihku. Apalagi saat aku mendengar bahwa dia mau dijodohkan dengan pria lain, aku tidak mungkin diam saja dan membiarkan orang yang aku cintai hidup bersama laki-laki yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali. Maafkan saya, karena memutuskan untuk menikah tanpa melibatkan kalian," sesal Karel sembari menundukkan kepalanya.

Diam-diam Milea merasa kagum karena Karel ternyata bisa melakoni akting senatural itu dan sebegitu meyakinkannya, hingga dirinya sendiri yang mendengarnya merasakan seolah-olah semua itu kisah nyata, padahal dari awal ia hanya mengatakan untuk Karel bersikap selayaknya suami yang sesungguhnya, tapi semuanya benar-benar di luar ekspektasinya.

"Apa pekerjaan kamu? Sampai kamu berani-beraninya menikahi anakku? Apa kamu tidak tahu kalau anakku adalah satu-satunya pewaris di keluarga kami? Apa kamu tidak tahu, kalau tidak boleh ada laki-laki yang sembarangan menikahinya?" Anthony menaikkan nada bicaranya.

"Maafkan saya om, saya terpaksa mengambil langkah ini karena saya tidak mau kalau Milea dinikahkan dengan laki-laki lain. Saya mencintainya dan saya ingin hidup bersamanya dengannya selamanya, kalau mama dan papa bertanya apa pekerjaan saya. Saya punya usaha bengkel mobil dan saya berjanji akan memenuhi semua kebutuhannya Milea, dengan hasil kerja keras saya sendiri. Saya janji tidak akan pernah merepotkan siapapun apalagi masalah finansial," ujar Karel lagi-lagi membuat Milea speechless.

"Seberapa kamu yakin bisa membahagiakan anakku? Aku pikir penghasilan kamu di pekerjaan kamu yang sekarang, tidak bisa menghidupi kebutuhan anakku. Paling penghasilan dari bengkel tidak begitu seberapa, kalau dibandingkan dengan gaya hidupnya yang selalu mewah setiap harinya selama anakku di Korea. Sejujurnya aku sangat marah dan aku sangat kecewa dengan keputusan kalian yang menikah tanpa melibatkan kami, tapi sepertinya kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena nasi sudah menjadi bubur." Anthony mengatur nafasnya agar tidak terlalu menunjukkan bahwa dirinya emosi, ditambah lagi dengan istrinya yang selalu menegurnya untuk tidak melontarkan kata-kata kasar.

"Benar apa kata papa, nasi sudah menjadi bubur dan kita tidak bisa membalikkan semuanya seperti semula. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menerima keadaan dengan lapang dada, tapi mama membenarkan perkataan papa soal hasil dari bengkel yang tidak seberapa. Mama, hanya takut kalau nanti kamunya tidak bisa mengimbangi gaya hidupnya Milea, bagaimana kalau kamu bekerja di perusahaannya, Papa?" saran sang mama membuat dua insan yang sedang dijadikan tersangka tersebut, seketika mendongakkan kepalanya.

"Maksudnya, bagaimana? Mama, nawarin buat Karel kerja di perusahaannya paa itu artinya dia harus ke Korea, begitu? " tanya Milea.

"Bukan sayang, apa papa kamu tidak pernah mengatakan sebelumnya kalau dia punya perusahaan di Indonesia?" ujar sang mama.

"Jujur aku tidak pernah tahu kalau papa punya perusahaan di Indonesia," ujar Milea.

"Nah, makanya daripada suami kamu dibiarkan kerja di bengkel lebih baik dia ikut mengurusi perusahaan keluarga, toh suatu saat nanti semua yang kami punya akan menjadi milik kamu dan juga suami kamu, kalian berdua nantinya yang akan mengelola semua aset di saat kami sudah tidak ada. Itupun kalau suami kamu menyetujuinya?" tawar sang mama membuat Karel seketika dibuat bimbang.

"Apa kamu kerja di perusahaan kami?" tanya Anthony kepada menantunya.

"Sebelumnya terima kasih untuk tawarannya, tapi saya bukan sarjana lulusan dari universitas luar negeri, bahkan saya belum lulus kuliah. Jadi apa mungkin saya bisa menjalankan perusahaan seperti yang kalian inginkan? Saya bahkan ragu dengan kemampuanku sendiri?" ujar Karel membuat Milea tersenyum.

"Kamu tidak akan sendiri mengelola perusahaan itu, karena aku akan setia mendampingi kamu di manapun itu dan kapanpun itu. Kita bisa belajar bersama karena aku juga tidak begitu jago dalam mengelola perusahaan, tapi tidak ada soalnya kalau kita mencobanya daripada tidak sama sekali." Milea mencoba untuk meyakinkan laki-laki di sampingnya, agar menerima tawaran dari orang tuanya karena tawaran tersebut tidak akan mungkin datang untuk yang ke dua kalinya.

"Apa kamu pernah kuliah sebelumnya?" tanya Sahara kepada menantunya.

"Pernah, saya pernah dua semester tapi terpaksa keluar karena suatu kondisi yang tidak memungkinkan saya untuk melanjutkannya," jawab Karel.

"Apa kamu mau melanjutkan kuliah, tapi sambil ngurusin perusahaan kami yang ada di Indonesia?" tawar sang mama membuat Karel melebarkan matanya.

"A-apa? Apa saya tidak salah dengar? Sepertinya tidak perlu, saya sudah diizinkan untuk bekerja di perusahaan kalian saja saya sudah sangat bersyukur. Saya tidak ingin merepotkan kalian lebih jauh apalagi soal pendidikan, nanti kalau saya sudah ada rezeki lebih pasti saya akan melanjutkannya tapi saya belum bisa memastikan itu kapan," ujar Karel membuat Sahara tersenyum.

"Kamu tidak perlu merasa senang seperti itu, karena kamu sudah menikah dengan Milea itu artinya kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami juga. Kamu bisa memilih universitas manapun yang kamu sukai dan kamu tidak perlu mengkhawatirkan masalah biayanya. Kamu jangan mau kalah dengan Milea yang sudah berhasil mengambil kuliah sampai S2, kamu juga harus bisa mengimbanginya kalau perlu kamu dulu sampai S3," nasihat sang mama mertua.

"Ngomong-ngomong apa orang tua kamu juga mengetahui kalau kalian sudah menikah?" sahut Anthony yang dibalas gelengan oleh Karel.

"Orang tuaku tidak bisa menghadirinya tapi pasti mereka sudah mengetahuinya," jawab Karel membuat mertuanya mengerutkan keningnya dengan heran.

"Maksudnya, bagaimana?"