"Kamu lihat jam tanganku, enggak? Aku taroh di dalam kamar kok enggak ada? Kamu lihat apa enggak?" tanya Milea saat dirinya sedang berada di dalam kamar bersama suami pura-puranya.
"Ha? Jam tangan apa?" heran Karel yang baru saja pulang sudah ditanya yang macam-macam.
"Ya jam tangan aku warnanya ungu bentuknya kotak, dia aku beli di Korea dan seingatku dari kemarin aku menaruhnya di dalam kamar tapi aku udah nyari-nyari enggak ketemu," ujar Milea membuat Karel menghela nafasnya.
"Kamu lupa kali narohnya di mana? Siapa tau aja kamu narohnya bukan di dalam kamar? Coba cari lagi," suruh Karel.
"Aku bahkan udah mencarinya sama mama, kamar ini juga sampai aku berantakin cuma gara-gara nyari jam tangan itu," ujar Milea.
"Ya terus kalau kamu sudah mencarinya ke mana-mana tapi tidak ketemu? Aku harus bantuin nyari ke mana?" heran Karel.
"Masa iya kamu tidak melihatnya sama sekali? Di kamar ini kan cuma ada kita berdua, makanya aku yakin kamu pasti melihatnya," kekeuh Milea membuat Karel memutar bola matanya dengan malas.
"Buktinya aku tidak melihatnya, bahkan jam tangan yang kamu maksud aja aku juga enggak tahu. Kamu kan punya jam tangan banyak, kamu bisa memakai yang lain dulu sementara jam tangan yang itu belum ketemu," tegur Karel namun Milea tetap dengan keras kepala menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau memakai yang lain, pokoknya jam tangan itu harus ketemu secepatnya," kekeuh Milea.
"Yasudah nanti aku bantu nyari, tapi aku mau makan dulu daritadi siang aku belum makan," pamit Karel kemudian keluar kamar menuju ke dapur dan bikin makan.
Karel lagi pengen banget makan nasi goreng karena habis itu ia pasti mengantuk, rencananya ia memang pengen langsung tidur setelah makan, setelah lelah dengan aktifitasnya di kampus.
"Lagi masak apa?" celetuk seseorang membuat Karel mendongakkan kepalanya.
"Eh, Papa? Ini lagi bikin nasi goreng aja, kalian darimana?" tanya Karel yang melihat mertuanya tersebut seperti baru pulang dari bepergian.
"Kita habis ketemu sama kolega bisnis, harusnya kita udah pulang daritadi tapi gara-gara mama mertua kamu ngajakin ke mall dulu, jadinya kita baru pulang sekarang," adu Anthony membuat sang istri menatap tajam ke arahnya.
"Ngapain kamu ngadu ke menantuku? Lagian aku hanya melihat-lihat saja di sana," elak Sahara yang tak mau disalahkan.
"Apa kamu percaya kalau perempuan ke mall hanya untuk sekadar melihat-lihat?" cibir Anthony membuat Karel tertawa.
"Kalau aja bener cuma lihat-lihat," ujar Karel.
"Lihat saja nanti sebentar lagi karyawan dari tokonya akan datang ke sini, buat nganterin barang belanjaan mama kamu," ujar sang papa mertua.
Sahara yang tidak mau terus menerus dipojokkan memilih untuk berlalu dan pergi masuk ke kamarnya, membiarkan para lelaki bergosip sepuasnya.
"Kamu lagi masak apa? Kelihatannya enak?" tanya Anthony.
"Nasi goreng, Papa mau? Kalau mau biar aku buatkan, lagi?" tawar Karel.
"Boleh lah sedikit saja ya tapi, soalnya tadi di mall juga udahakan sedikit. Eh ngomong-ngomong istri kamu ke mana?" tanya sang papa.
"Lagi di kamar," jawab Karel membuat sang papa mengerutkan keningnya.
"Ngapain? Kenapa kamu tidak menyuruh istri kamu buat masakin?" herannya.
"Tidak perlu, aku udah biasa masak sendiri juga di rumah jadi tidak perlu bantuan orang lain," ujar Karel membuat sang papa meras bangga mempunyai menantu yang tidak mengandalkan sang istri untuk urusan perut.
"Beruntung sekali Milea dapatin suami kayak kamu, pasti dia sekarang lagi nyantai di kamar deh," tebak Anthony yang hafal betul dengan kebiasaan anaknya.
Para laki-laki menikmati nasi goreng sembari menyaksikan pertandingan sepak bola, walaupun Karel sama sekali tidak menyukai olahraga sepak bola dan lebih menyukai tayangan kartun, ia tetap menyesuaikan dan menemani papa mertuanya menonton televisi.
"Kalau boleh papa tau kenapa kamu nikah sama, Milea? Kita ngobrol yang ringan-ringan saja, mumpung tidak ada para perempuan yang menyebalkan di sini. Jadi, kenapa? Apa karena kecantikannya? Apa karena kebawelannya? Atau karena apa?" tanya Anthony.
"Emm aku sendiri juga bingung kalau ditanya kayak gitu, tapi yang jelas dari awal pertemuan yang tak disengaja aku sudah jatuh hati padanya," jawab Karel dengan tenang agar tak menimbulkan kecurigaan.
"Memangnya pertama kali kalian ketemu di man?" tanya sang papa.
"Emm waktu itu aku tak sengaja menabrak mobilnya, yeahh awal pertama kita ketemu di sana," ujar Karel membuat sang papa mengangguk mengerti.
"Nanti kalau papa dan mama sudah kembali lagi ke Korea, kalian berdua harus rukun di sini dan jangan kebanyakan berantem. Kalau ada masalah segera diselesaikan baik-baik, jangan sampai berlarut-larut dan jangan pula sampai ada orang lain yang ikut campur dalam rumah tangga kalian," nasihat sang papa yang sudah sangat berpengalaman dalam menjalani bahtera rumah tangga bersama istrinya selama puluhan tahun.
"Iya, aku akan selalu mengingatnya terimakasih untuk sarannya pa," ucap Karel.
"Oya satu lagi, jangan lama-lama kasih kami cucu. Apalagi kalian berdua belum lama menikah pasti lagi hangat-hangatnya, kan? Sering-seringlah melakukannya dan kalau bisa rutin setiap minggunya beberapa kali, jangan cuma satu kali aja nanti enggak jadi-jadi," saran sang papa membuat Karel tersenyum palsu.
"Melakukan apa? Hadehhh kenapa pembicaranya jadi ke mana-mana?" batin Karel.
"Kalau perlu setiap sebelum kamu melakukannya, kamu bisa mengkonsumsi susu beruang di tambah, susu, dan madu, dijamin deh setelah itu kalian pasti tidak mudah lelah walaupun melakukannya sampai beronde-ronde." Anthony sudah sering mempraktekkan setiap kali hendak berhubungan dengan sang istri.
Karel yang bingung harus menanggapinya bagaimana, akhirnya ia memilih untuk diam saja dan hanya menyimak sambil sesekali mengangguk biar dikiranya mengerti.
Setelah selesai menghabiskan makanannya, Karel berpamitan untuk pergi ke kamar karena mau istirahat dan beralasan lelah setelah aktifitasnya di kampus.
"Hilih, dikiranya aku enggak tau, apa? Dia pasti buru-buru mau kemar karena pengen mantap-mantap sama istrinya, udah kebaca deh. Ah mending aku ke kamar juga, masa aku kalah sama yang muda?" Anthony bergegas memastikan televisinya dan menyusul sang istri yang sudah lebih dulu masuk kamar.
CEKLEKKK!!!
"Kenapa cuma bikin makanan aja lama banget? Aku udah nungguin kamu dari tadi, katanya kamu bantuin aku membuat nyari jam tangan?" omel Milea.
"Ya tadi aku makan dulu terus ngobrol sama papa, kan enggak enak kalau habis makan main langsung pergi ke kamar aja," jawab Karel kemudian mengambil duduk di salah satu sofa.
"Kamu beneran tidak melihat jam tanganku di kamar?" tanya Milea lagi.
"Harus berapa kali aku mengatakannya kalau aku tidak melihatnya," ujar Karel.
"Yeahh siapa tahu aja kamu melihatnya terus kamu menyembunyikannya?" tebak Milea membuat Karel mengerutkan keningnya.
"Maksud kamu aku yang mencurinya, begitu?"