Chereads / We Married? / Chapter 31 - Jangan Sembarangan Menuduh

Chapter 31 - Jangan Sembarangan Menuduh

"Walaupun bisa dibilang aku bukan anak orang kaya, tapi bisa dipastikan bahwa aku bukan orang yang suka mengambil barang punya orang lain tanpa seijinnya. Bahkan sekalipun aku melihatnya pasti aku akan menanyakan barang tersebut punya, siapa? Kenyataannya aku memang tidak melihatnya sama sekali, jadi kalau kamu tanya sama aku di mana jam tangan kamu jawabannya tetap sama," ujar Karel dengan sedikit tersinggung, karena dari nada bicara wanita dihadapannya seperti menuduhnya yang bukan-bukan.

"Aku tidak menuduh kamu menyembunyikannya, aku kan hanya bertanya saja," elaknya.

"Kalau kamu cuma bertanya, seharusnya ketika aku menjawab tidak tahu kamu berhenti menanyakannya bukan yang malah terus menanyakan seperti itu, seakan-akan kamu menuduh kalau aku yang menyembunyikan jam tangan kamu, padahal aku tidak tahu sama sekali jam tangan mana yang kamu maksud," kesal Karel.

"Ya udah sih kenapa kamu ngegas kayak gitu ngomongnya, kalau kamu tidak merasa bersalah?" sindir Milea.

"Karena aku dari tadi ngomong baik-baik, kamunya juga tetap menunggu aku yang tidak-tidak. Kamu bisa memeriksa tasku kalau kamu masih tidak percaya, walaupun aku masuk rumah ini tidak membawa barang banyak, bukan berarti suatu saat keluar dari rumah ini nanti membawa sekantong berlian," jelas Karel sembari berusaha untuk menahan emosinya untuk tidak lebih membara lagi.

Karel yang sudah teramat kesal, memilih untuk keluar dari kamar dan pergi menuju ke halaman belakang untuk menenangkan diri. Ingin sekali rasanya buru-buru keluar dari rumah ini dan ngekos sendiri, karena itu jauh lebih baik daripada tinggal di rumah orang kaya, yang selalu bersikap semena-mena terhadap orang yang di bawahnya.

"Aku enggak betah tinggal di sini, aku pengen balik ke kosan sebelumnya aja sama temen-temenku. Di sana lebih enak karena mereka selalu menghargaiku," keluhnya begitu mengingat ia sudah tanda tangan kontrak dengan Milea dan tidak bisa seenaknya cabut dari rumah ini begitu saja.

Dan mereka masih terus memperdebatkan jam tangan milik Milea, yang sampai hari ini belum ketemu juga. Mau mengikhlaskannya tapi itu adalah jam kesayangan, jadi tidak bisa begitu saja merelakannya.

"Apa kamu mendengarnya? Sepertinya mereka sedang berdebat?" ujar Anthony kepada istrinya.

"Kira-kira apa yang mereka perdebatkan, ya?" heran Sahara karena baru kali ini mendengar mereka ribut sampai terdengar di lantai bawah.

"Apa perlu kita menengahi mereka?" usul sang suami.

"Emm sepertinya jangan dulu, itu urusan rumah tangga mereka biarkan mereka menyelesaikan permasalahan mereka. Tapi jika sudah cukup parah atau sampai besok mereka masih belum baikan juga, tidak ada salahnya kita sebagai orang tua memberikan nasihat," ujar sang istri.

Tengah malam Milea dibuat gelisah dan tidak bisa tidur, entah kenapa ia merasa bersalah setelah menuduh Karel yang menyembunyikan jam tangannya. Ia mulai berpikir tidak seharusnya menuduh laki-laki itu yang mengambilnya, toh ia tidak punya bukti sama sekali yang bisa menjerumus ke arah sana. Milea memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mencari di mana laki-laki itu berada.

"Pa? Ma? Kenapa jam segini kalian belum tidur?" heran Milea yang baru saja menuruni tangga dan melihat orang tuanya masih asyik menonton televisi.

"Itu mama kamu pengen ditemenin nonton drama," ujar sang papa.

"Bukannya tadi aku sudah menyuruh kamu untuk tidur duluan? Tapi kamunya yang enggak mau dan tetap di sini sama aku," cibir sang istri.

"Ya mana mungkin aku tidur duluan dan di kamar sendirian, aku pengennya tidur sama istriku," elaknya.

"Ya sudah kalau begitu jangan kebanyakan menggerutu," balas sang istri.

Milea mengambil duduk di tengah-tengah orang tuanya agar mereka tidak bermesraan di hadapannya, menyadarkan kepalanya di pundak mamanya dan meluapkan kegelisahannya.

"Apa kalian berdua bertengkar?" tanya sang mama membuat Milea mendongakkan kepalanya.

"Hm? Dari mana mama tahu kalau aku dan Karel habis bertengkar?" herannya.

"Makanya lain kali kalau lagi bertengkar suaranya agak dikecilin, jadi biar sampai lantai bawah enggak kedengeran," cibir sang mama.

"Apa yang kalian berdua ributkan? Sepertinya serius sekali?" tanya sang papa.

"Aku hanya menanyakan tentang jam tanganku saja," jawab Milea.

"Jam tangan kamu yang hilang itu? Astaga, kamu masih mempermasalahkannya sampai sekarang? Kenapa tidak kamu beli lagi saja jam tangan seperti itu, dengan merek yang sama, dan model yang sama, kenapa harus mempermasalah jam yang sudah hilang? Kenapa pula jam tangan bisa buat kalian ribut?" tegur sang papa.

"Ya aku pikir kalau masih bisa dicari kenapa harus beli, lagi?" elaknya.

"Sudahlah jangan membesar-besarkan masalah seperti itu hanya gara-gara jam tangan, kamu itu bukan orang susah kalau mau beli jam tangan ya tinggal tunjuk aja jam tangan mana yang kamu suka? Terus sekarang kamu kenapa di sini? Kamu tidak bisa tidur gara-gara habis berantem?" tebak sang papa membuat Milea mengangguk.

"Terus sekarang suami kamu mana? Jangan bilang kalau dia malah tidur setelah kalian berantem? Kalau benar seperti itu berarti dia persis sekali seperti papamu, tidak pernah membujuk mama kalau lagi marahan dan malah asik tidur sendiri," sindir Sahara membuat suaminya memutar bola matanya dengan malas.

"Aku tidak tahu dia di mana, soalnya udah dari tadi dia keluar kamar," ujar Milea.

"Ya sudah biarkan saja dulu, mungkin dia sedang ingin menenangkan diri nanti kalau sudah lebih baik pasti dia kembali ke kamar. Begini saja kalau kamu tidak bisa tidur di kamar kamu tidur saja di sini, sampai menunggu suami kamu kembali ke kamar," saran sang mama sembari menepuk-nepuk pangkuannya.

Milea merebahkan kepalanya di pangkuan mamanya sewaktu dirinya masih kecil, walaupun sekarang sudah menikah dan sudah berumah tangga, tetap saja bagi orang tua anaknya tetap seperti bayi untuk mereka.

Karel yang tadinya hanya ingin menghirup udara segar di dekat kolam renang, tanpa sadar ia ketiduran di sofa yang ada di sana. Melihat malam yang semakin dingin dan di luar ada nyamuk, Karel memutuskan untuk masuk lagi ke dalam rumah dan menuju ke kamar yang sebelumnya ia tempati.

"Semoga saja orang-orang sudah pada tidur, jadi tidak ada yang ngeh kalau aku tidur di kamar yang berbeda dengan Milea," ujarnya sembari menggosokkan ke dua telapak tangannya agar tak kedinginan lagi.

"Karel?" terkejut Anthony yang tidak sengaja berpapasan dengan menantunya.

"Papa? Kenapa jam segini belum tidur?" heran Karel.

"Kamu dari mana?" tanyanya.

"Dari halaman belakang, kenapa?"

"Itu istri kamu tidur di ruang tengah, sana kamu gendong masuk ke kamar kalian. Kasian daritadi enggak bisa tidur karena enggak ada kamu, eh taunya kamu di halaman belakang, suruh sang papa.

"Dia enggak bisa tidur karena masalah tadi atau gara-gara enggak ada aku?" gumamnya.