Chereads / We Married? / Chapter 15 - Kematian yang Misterius

Chapter 15 - Kematian yang Misterius

Walaupun kejadian kecelakaan tersebut sudah berlangsung beberapa tahun lamanya, namun sampai sekarang penyebabnya belum diketahui sama sekali. Hanya saja beberapa orang yang mengatakan bahwa, ke dua orang tuanya Karel meninggal akibat kecelakaan mobil, begitulah penuturan dari orang yang sempat melihatnya. Namun mobil tersebut tidak bertanggung jawab sama sekali dan kabur begitu saja, seperti tidak menjadikannya beban padahal sudah membuat nyawa dua orang melayang.

Karel masih sering bermimpi orang tuanya mendatanginya, namun di dalam mimpi tersebut orang tuanya tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum saja. Tapi terkadang mereka juga datang dengan raut wajah yang sedih, hingga membuat Karel bingung kenapa muka mereka seperti itu.

"Kenapa kamu melamun terus dari tadi?" heran Sam yang melihat temannya berdiam diri di ruang tamu.

"Tidak ada, tiba-tiba saja aku kepikiran sama mendiang orang tuaku," ujar Karel.

"Memangnya kenapa kamu memikirkannya? Apa kamu merindukan mereka?" tanya Sam.

"Kalau rindu pastinya aku setiap hari selalu merindukan mereka, hanya saja ada yang mengganjal di dalam pikiranku," ujar Karel membuat Sam mengurutkan keningnya dengan heran.

"Apa itu?" tanyanya membuat Karel menghela nafasnya

"Sampai sekarang aku tidak tahu siapa yang sudah menabrak orang tuaku, hingga membuat mereka pergi untuk selamanya. Di sana juga tidak ada kamera CCTV, hingga membuatku kesusahan untuk mengungkap siapa yang harus bertanggung jawab atas kepergian mereka. Aku pun kalau seandainya mengetahui siapa yang sudah menabrak orang tuaku, tidak akan aku mintai mereka sepeserpun uang untuk ganti rugi, aku hanya meminta mereka bertanggung jawab dan mengakui perbuatannya di hadapan makam orang tuaku. Aku yakin mereka di alam sana pasti juga belum tenang karena pelakunya belum ketemu, mungkin gara-gara itu juga orang tuaku sempat beberapa kali datang ke mimpiku dan raut wajah mereka terlihat sedih," curhat Karel membuat Sam ikut prihatin dengan musibah yang menimpa ke dua orang tuanya Karel.

"Lantas bagaimana caranya, kamu mengungkap siapa yang sudah menabrak orang tua kamu? Sedangkan kamu sendiri tidak mempunyai bukti ataupun saksi-saksi yang berada di sana?" tanya Sam membuat Karel menundukkan kepalanya dengan sedih.

"Sebenarnya saat itu ada beberapa orang yang menjadi saksi di sana, akan tetapi aku tidak mengenal mereka sama sekali. Bahkan sekarang aku juga sudah lupa, seperti apa rupa orang-orang yang saat itu menolong orang tuaku. Kondisinya waktu itu malam hari jadi aku tidak begitu bisa mengingat wajah mereka," ujar Karel.

"Kalau menurutku sih, lebih baik kalau kamu kembali ke lokasi di mana orang tua kamu kecelakaan, kemudian kamu mencari tahu kembali ke warga sekitar sana. Siapa tahu mereka masih ingat kejadian kecelakaan yang menimpa ke dua orang tua kamu," saran Sam membuat Karel berpikir sejenak.

"Kalau untuk saat ini sepertinya aku belum bisa kembali ke sana, ada beberapa hal yang membuat aku belum bisa. Salah satunya adalah karena ekonomi, kan kamu tahu sendiri kalau aku datang ke Jakarta itu untuk merantau dan untuk mendapatkan pekerjaan. Perekonomianku sedang tidak baik-baik saja, mungkin aku akan kembali lagi ke sana kalau aku sudah mempunyai cukup uang," curhat Karel membuat Sam merasa iba.

"Kalau kamu mau, aku bisa meminjamkan uang buat kamu balik lagi ke tempat itu. Tinggal kamu sebutkan saja berapa nominal yang kamu inginkan, tapi jangan gede-gede banget hehe," tawar Sam membuat Karel tersenyum menggeleng.

"Aku tidak pernah mau kalau harus punya utang terhadap siapapun, selagi aku bisa berusaha sendiri aku akan mengusahakan semuanya sendiri. Jdi simpan saja uang kamu untuk biaya kamu sebentar lagi yang mau menikah," tolak Karel membuat Sam memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa kamu jadi sama saja seperti orang tuaku, yang nyuruh aku buat buru-buru menikah? Ish aku saja tidak punya pacar dan aku masih ingin fokus pada pekerjaanku saja, punya uang yang banyak, bikin rumah punya, kendaraan yang bagus, supaya nanti istriku juga bangga punya suami kayak aku," ujar Sam dengan segala angan-angannya.

"Tapi kalau dilihat-lihat memang kamu itu udah cocok buat menikah dan berumah tangga, kamu itu ganteng loh kamu tinggal tunjuk saja mana perempuan yang kamu inginkan untuk jadi istri kamu," ujar Karel membuat Sam tertawa palsu.

"Semuanya tidak semudah yang kamu katakan itu ferguso, aku memang mempunyai wajah yang cakep, tapi kalau dompetku tidak cakep juga, itu tidak akan gunanya Karel sayang." Sam yang gemas ingin sekali menampol wajah temannya yang malah ketawa.

"Ya lagian dulu kamu disuruh kuliah enggak mau, aku masih punya cita-cita buat lanjutin kuliah lagi sampai sarjana. Ya minimal sampai S1, walaupun aku sendiri tidak yakin kalau uang dari hasil aku narik ojek bisa mencukupi biaya kuliah, belum juga kebutuhan sehari-hari dan bayar kosan. Hufftt, aku harap bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tetap dan setidaknya masih ada sisa untuk aku tabungkan," curhat Karel membuat Sam yang mendengarnya merasa bangga.

"Ya sudah jangan sedih-sedih lagi, kamu harus tetap semangat untuk menggapai cita-cita kamu ke depannya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk cerita sama aku, kalaupun aku tidak bisa memberikan solusi setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik buat kamu," ujar Sam yang diangguki oleh Karel diiringi dengan senyumannya.

"Ihh kenapa kalian berdua senyum-senyum kayak, gitu? Wah jangan-jangan ada sesuatu terjadi di antara kalian berdua? Atau jangan-jangan kalian pacaran diam-diam di belakang aku? Sungguh teganya kalian menghianati dan menikung aku dari belakang, apa kalian tidak memikirkan perasaanku yang sakit melihat kalian jadi yang bilang arah kayak, gini?" tuduh Andi yang baru saja pulang kerja mendapati teman-temannya bertatap-tatapan sambil tersenyum.

"Ini anak baru datang kalau ngomong asal ngejeplak aja, aku timpuk nih," ancam Sam yang baru saja mau mengambil sendalnya, namun lebih cepat Andi kabur dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Jangan lupa kalau kalian berdua jadian kasih aku PJ," celetuk Andi kemudian masuk lagi ke dalam kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Jangan dengarkan dia, itu anak memang kalau lagi kumat gesreknya kayak gitu. Dulu aku juga pernah diledekin kayak gitu mana di depan umum, pas ada salah satu temanku yang merangkul aku terus dia nuduh kalau aku sama dia itu pacaran. Kan gila banget tuduhan dia," kesal Sam kala mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, membuatnya sampai sekarang masih gedek sama teman satu kosannya tersebut.

Karena sudah malam mereka memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing dan beristirahat, karena besok mereka memulai aktivitas seperti biasanya di pagi hari dengan pekerjaan yang berbeda-beda.