TOK TOK TOK!!
"Maaf, mau cari siapa?" tanya Karel begitu membukakan pintu melihat ada dua orang paruh baya berdiri di depan kosannya.
"Apa Sam ada di rumah?" tanyanya.
"Sam, kebetulan masih kerja jam segini. Maaf, kalian siapa dan ada keperluan apa biar nanti saya sampaikan?" tanya Karel.
"Kami orang tuanya," ujarnya membuat Karel sedikit membungkukkan badannya, meminta maaf karena tidak langsung menyuruh masuk ke dalam rumah.
"Maafkan saya om dan tante, mari silahkan masuk ke dalam dan saya akan membuatkan minuman." Karel membersihkan debu yang melekat di sofa terlebih dahulu sebelum orang tua dari temannya menduduknya.
"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot membersihkannya seperti itu, lagian kami sudah biasa dengan kondisi kosan ini jika ada yang berantakan. Ngomong-ngomong kamu penghuni baru di kosan ini? Sepertinya saya belum pernah melihat kamu sebelumnya?" tanya ibunya Sam.
"Hehe iya tante, saya belum ada satu bulan ini tinggal di sini. Sebentar ya saya buatkan minuman terlebih dahulu," pamit Karel kemudian pergi ke dapur untuk membuatkan minuman seadanya.
Tak lama kemudian Sam pulang ke kosan, setelah membaca pesan dari orang tuanya yang mengatakan akan berkunjung ke kosan. Benar saja orang tuanya sudah menunggu di sana, kemudian mereka berpelukan untuk melepas rindu yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu.
"Maafin aku ya lama, tadi macet di jalan," ucap Sam kemudian duduk di samping orang tuanya.
"Tidak masalah sayang, kami melihat kamu baik-baik saja sudah membuat kami bahagia. Kami bawakan oleh-oleh juga buat kamu dan juga buat teman-teman kamu, tapi masih ada di dalam mobil. Sana kamu ambil dan bagikan sama teman-teman kamu," perintah sang papa.
Sam berjingkrak kegirangan setiap kali mendapatkan oleh-oleh dari kampung halamannya, orang tuanya selalu memberikan makanan khas dari asal yang tidak pernah ada dan tidak pernah ditemukan di Jakarta.
Karel yang tadinya hendak balik lagi ke ruang tamu, sembari membawakan nampan yang berisi minuman, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat temannya sedang berpelukan bersama orang tuanya. Seketika rasa iri dan rasa rindu melanda secara bersamaan, rasa iri karena tidak akan pernah bisa merasakan hal seperti itu lagi dan rasa rindu setiap harinya terhadap mendiang orang tuanya.
Sebenarnya masih ada yang mengganjal, tentang kecelakaan yang menimpa mendiang orang tuanya. Saat ke dua orang tuanya mengalami kecelakaan di jalan, tidak ada yang bisa dijadikan sebagai saksi karena tidak ada satupun yang sedang lewat di sana. Hingga sampai saat ini, ia tidak pernah tahu siapa yang sudah mencelakai ke dua orang tuanya.
"Aku kangen," batin Karel.
"Kenapa kamu berdiam diri di sana? Ayo duduk sini," celetuk Sam melihat temannya tidak bergerak sama sekali dan hanya melamun saja.
Sam membagikan oleh-oleh yang dibawakan oleh orang tuanya, kebetulan sekali tak lama setelah itu Andi juga pulang ke kosan dan mereka menikmati oleh-oleh yang dibawakan oleh orang tuanya Sam.
"Kalian jangan sibuk aja cari uang, tapi cari pacar juga dong. Masa sudah jauh-jauh merantau ke Jakarta tapi sampai sekarang tidak punya pacar sama sekali? Aihh sudah berapa tahun kalian di sini?" cibir ibunya Sam membuat mereka bertiga merasa tertohok.
"Tante dan om udah kepingin banget nimang cucu, ya?" tanya Andi membuat Sam yang mendengarnya seketika memutar bola matanya dengan malas.
"Kenapa setiap orang tuaku datang ke sini, kamu selalu menanyakan hal itu? Memangnya kamu tidak ada pertanyaan lain yang mau ditanyakan?" kesal Sam karena temannya berusaha untuk menyudutkannya supaya cepat-cepat cari pacar dan segera menikah.
"Pastinya seperti itu, ya kamu tahulah kalau Sam itu anak kami satu-satunya dan kami berharap supaya dia cepat menikah dan cepat memberikan kami cucu. Umurnya dia itu sudah lebih dari cukup untuk berumah tangga, jangan terlalu tua juga untuk menikah jika sudah punya pekerjaan lebih baik segera saja," nasihat ibunya Sam.
"Masalahnya mau nikah sama, siapa? Aku saja belum punya tabungan yang cukup buat nafkahin anak orang," ujar Sam yang sebenarnya paling tidak suka diburu-buru.
"Kalau soal biaya pernikahan kamu tidak perlu memusingkannya, karena kami yang akan menanggung semua biaya pernikahan. Kamu adalah anak kami satu-satunya dan nanti kalau kamu menikah, kita harus mengadakannya besar-besaran karena itu kan sekali seumur hidup. Kita harus mengundang juga kerabat kerabat kita dari luar kota." Ibunya Sam terlihat begitu antusias sekali.
"Ini kenapa kita jadi ngomongin pernikahan, sih? Yang mau nikah juga, siapa? Kan udah dibilang aku belum ada calon," protes Sam membuat orang tuanya geleng-geleng kepala.
"Jadi siapa di antara kalian bertiga yang sudah punya calon?" tanya ayahnya Sam.
"Sepertinya belum ada yang punya calon, aku juga belum punya, Karel saja masih mau nerusin kuliah jadi buat kepikiran nikah kayaknya masih jauh," tunjuk Andi kepada teman barunya yang sedari dari tadi hanya diam saja.
"Jadi Karel masih kuliah? Wahh hebat sekali, coba aja kalau dulu Sam mau disuruh buat nerusin kuliah pasti sekarang dia udah S2 deh," ujar sang ibu membuat Sam mendengus.
Sam sudah tidak menyukai lagi jika topik pembicaraan hanya seputar mengenai pernikahan, akhirnya ia membuat alasan apa saja agar orang tuanya cepat-cepat pulang dari kosannya. Untung saja orang tuanya mempercayainya dan tak lama kemudian mereka pulang dari kosan.
"Hufft, akhirnya mereka pulang juga. Capek aku terus-menerus dengerin mereka nyuruh nikah mulu, dikiranya nikah itu gampang apa? Zaman sekarang yang namanya nikah itu butuh biaya yang gede bukan cuma pada resepsinya doang, tapi cewek zaman sekarang tidak mau kalau punya suami yang gajinya pas-pasan. Aku saja setiap harinya nabung, supaya nantinya kalau udah punya istri aku bisa ngasih kehidupan yang layak. Tapi tidak dengan cara terburu-buru seperti itu, apalagi biaya kehidupan di Jakarta itu sangat mahal gaji satu bulan saja rasanya cuma cukup buat satu orang," curhat Sam kepada teman-temannya.
"Ya udahlah enggak usah terlalu dipikirin, yang namanya orang tua pasti kayak gitu pengen anaknya cepet nikah, kalau dirasa umurnya sudah mencukupi. Orang tuaku kalau tiap datang ke sini kan juga pasti ngomongin itu juga," sahut Andi yang memang sepantaran dengan Sam.
"Emang kalau kalian misal sudah ada cewek, bakalan langsung dinikahi?" tanya Karel.
"Ya enggak langsung juga, pasti semua itu butuh proses step by step nya. Aku tidak mau kalau diburu-buru menikah, terus ujung-ujungnya pernikahan tersebut hanya seumur jagung. Sekarang kan lagi marak banget, anak-anak muda yang menikah hanya dijadikan sebagai ajang perlombaan. Siapa yang cepat menikah itu dia yang paling laku, padahal konsep pernikahan itu bukan seperti itu," ujar Sam membuat teman-temannya mengangguk mengerti.