Karel pulang menuju ke kos-kosannya dengan kondisi badan begitu lesu, bagaimana tidak demikian pasalnya dirinya sebelum diperbolehkan pulang, sudah menyempatkan untuk membaca kontrak kerjasama yang ditawarkan oleh salah satu korban kecelakaan tersebut.
Di mana perempuan cantik tersebut menginginkan untuk dirinya menjadi suami pura-puranya, kalau tidak demikian wanita itu bisa saja membuat dirinya dijebloskan ke dalam penjara dalam waktu yang lama. Sedangkan Karel tidak mau kalau sampai hal itu terjadi, bahkan dirinya belum sempat mencicipi bagaimana rasanya punya uang sendiri dari hasil perantauan.
CEKLEKKK!!
"Karel? Dari mana saja kamu? Kenapa semalaman tidak pulang ke kos-kosan?" tanya Sam yang khawatir karena teman barunya tersebut dikiranya lupa jalan pulang.
"Emm maaf karena tidak sempat mengabari kalian, karena aku juga belum punya nomor wa kalian. Jadi semalam aku kena masalah dan masalah tersebut yang membuat aku tidak bisa pulang cepat, tapi alhamdulillah sekarang masalahnya sudah kelar kok," ujar Karel membuat teman dihadapannya mengerutkan keningnya.
"Memangnya ada masalah apa?" tanya Sam yang penasaran.
"Emm semalam aku menabrak dua orang di jalan dan korbannya sekarang sedang dirawat di rumah sakit," jawab Karel membuat Sam melebarkan matanya.
"Ha? Serius? Terus bagaimana keadaannya?" tanya Sam.
"Yeahh dia sudah dalam masa pemulihan, tapi ya aku harus bertanggung jawab sesuai dengan keinginannya," ujar Karel.
"Bertanggung jawab seperti apa?" tanya Sam lebih jauh lagi.
"Emm aku tidak bisa menceritakannya sekarang, karena aku sendiri juga masih bingung dengan jalan apa yang sudah aku pilih," ujar Karel sembari menghembuskan nafas beratnya.
"Ya sudah kalau begitu semoga masalahnya cepat selesai dan semoga, apa yang kamu pilih menjadi yang terbaik buat kamu dan kalaupun kamu harus bertanggung jawab sesuai keinginan mereka, ya harus kamu lakukan sebagai bentuk bahwa kamu benar-benar menyesal atas kelalaian kamu dalam berkendara. Lebih baik sekarang kamu beristirahat dan tenangkan pikiran kamu, oh ya ngomong-ngomong motor kamu sekarang ada di mana?" tanya Sam.
"Motorku lagi ada di bengkel, mungkin besok baru bisa aku mengambilnya. Aku benar-benar mengantuk dari kemarin tidak tidur sama sekali," ujar Karel membuat Sam mengangguk paham.
"Ya sudah kamu istirahat saja soal motor kamu biar nanti aku yang urus, kebetulan hari ini aku tidak ada jadwal kerja biar nanti aku yang ngambil sekalian motornya." Sam tentunya tidak tega melihat sahabatnya yang baru saja terkena musibah, harus diribetkan lagi soal motor yang masuk bengkel.
"Seriusan? Kamu yang ngambil motornya? Apa tidak merepotkan?" tanya Karel yang merasa tidak enak padahal baru beberapa hari menghuni kosan namun sudah merepotkan orang lain.
"Tidak sama sekali, sebagai sesama penghuni kosan kita harus saling membantu jika ada yang membutuhkan bantuan. Ya sudah kamu beberes dulu sana," suruh Sam yang diangguki oleh Karel.
Sam menunggu temannya yang lagi pulang dari kerja, sekalian nanti mau diajakin buat ngambil motornya Karel di bengkel.
Tak lama kemudian yang dinanti-nantikan akhirnya pulang juga, Andi pulang ke kosan sembari membawakan makanan untuk mereka bertiga.
"Si Karel belum balik?" tanya Andi sembari memasukkan motornya ke dalam kosan.
"Sudah, dia lagi istirahat. Tadi dia cerita ternyata semalam enggak pulang itu karena dia terkena musibah," ujar Sam.
"Musibah apa?" tanya Andi.
"Dia nabrak orang, tapi katanya si korbannya sudah dalam masa pemilihan. Makanya sekarang aku mau ngajakin kamu buat pergi ke bengkel ngambil motornya dia, itupun kalau kamu enggak capek karena kan kamu habis pulang kerja, bagaimana?" usul Sam yang disetujui oleh Andi.
Karel di dalam kamar tidak langsung tidur begitu saja, pikirannya menerawang ke mana-mana membayangkan bagaimana nanti kalau dirinya, benar-benar melakukan seperti apa yang diinginkan oleh wanita yang memintanya untuk menjadi suami pura-pura.
"Kalau aku menjadi suami pura-puranya, itu berarti aku harus mengakui di hadapan banyak orang bahwa aku sudah menikah dengannya?" gumam Karel.
"Tapi bagaimana mungkin aku bisa mengakui sesuatu hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya? Bagaimana kalau nanti banyak yang tidak percaya, kalau kamu sudah menikah dengannya? Bagaimana nanti kalau mereka meminta bukti terus aku tidak bisa memberikannya? Aku bisa juga dijebloskan ke penjara kalau nanti terbukti ketahuan membohongi banyak orang? Arrghh pusing banget aku," keluh Karel sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
Yasmine benar-benar tak habis pikir dengan keputusan yang diambil oleh sahabatnya, menyuruh seseorang yang baru dikenalnya menjadi suami pura-pura, bukankah hal tersebut adalah sesuatu yang gila dan pastinya banyak resiko dan di belakangnya.
"Kenapa kamu yang marah-marah, sih? Kan aku yang memainkan sandiwara ini? Kamu hanya tinggal duduk manis dan memantau semuanya," ujar Milea membuat Yasmine memutar bola matanya dengan malas.
"Yeahh memang kamu yang akan memainkannya, aku pun juga tidak ingin masuk di dalamnya. Akan tetapi kamu bisa mencari laki-laki yang kamu kenal, yang sudah jelas bagaimana asal-usulnya, bukan laki-laki yang masih asing dan kamu mengenalnya bahkan baru kemarin gara-gara dia nabrak kamu secara tidak sengaja. Bagaimana kalau ternyata dia bukan pria yang baik dan malah akan memanfaatkan situasi ini untuk kepentingannya pribadi?" omel Yasmine karena sahabatnya yang begitu keras kepala.
"Dia tidak akan memanfaatkan kesempatan ini untuk kepentingannya sendiri, justru di sini aku yang memanfaatkannya untuk kepentinganku. Sebenarnya kita sama-sama untung, karena aku menawarkan padanya untuk menjadikannya suami pura-puraku dengan balasan, aku tidak akan melanjutkan kasus dia yang menabrak aku ke polisi. Pokoknya aku akan meyakinkan polisi untuk tidak melanjutkan kasus tersebut, aku juga nantinya akan memberikan keterangan bahwa kami sudah menyelesaikannya secara kekeluargaan," jelas Milea membuat Yasmine menepuk jidatnya.
"Sekarang aku tanya sama kamu, apa yang kamu lihat dari laki-laki itu sehingga kamu memilih dia untuk menjadi suami pura-pura kamu?" Yasmin masih terus mengintrogasi sahabatnya.
"Yang pertama aku lihat darinya pastinya dari segi fisik, aku juga bisa lihat bahwa sepertinya dia masih sangat polos. Aku bisa memanfaatkan kesempatan tersebut dan merubahnya sedemikian rupa, agar nanti orang tuaku percaya bahwa aku sudah menikah di sini. Kamu harus lihat sendiri bagaimana tampannya laki-laki yang aku pilih untuk menjadi suamiku, aku saja saat pertama kali melihatnya sempat terpesona dengan ketampanannya. Dia hanya perlu sedikit di make over maka aura ketampanannya akan semakin terpancar. Aku tidak mungkin dong mengenalkan laki-laki dengan tampang yang kurang bagus dihadapan orang tuaku nantinya, aku yakin mereka malah akan membandingkannya dengan laki-laki pilihan mereka. Jadi dengan aku memilih laki-laki yang akan aku jadikan suami pura-puraku, sudah jelas bahwa dia lebih tampan dari laki-laki pilihan orang tuaku," jelas Milea membuat Yasmine mengangguk paham.