Chereads / We Married? / Chapter 2 - Kabur dari Rumah

Chapter 2 - Kabur dari Rumah

"Jadi kamu mau dijodohin sama orang tua kamu? Memangnya zaman sekarang masih musim ya jodoh-jodohan kayak, gitu? Perasaan ini jaman udah modern deh," heran Yasmine.

"Alasannya mereka tidak mau nantinya aku jadi perawan tua karena aku terlalu selektif dalam memilih pasangan, makanya mereka pengen aku nikah sama salah satu anak dari kolega papaku, yang katanya punya banyak sekali cabang perusahaan di luar negeri. Tapi aku sudah mengatakan dari awal, bahwa aku tidak berminat sama sekali untuk menikah dengan laki-laki yang seperti itu," curhat Milea membuat sahabatnya manggut-manggut.

"Padahal umur kita masih belum 28 tahun, tapi kenapa orang tua kamu mengiranya kamu bakalan jadi perawan tua? Terus kamu pengennya nanti nikah sama laki-laki yang seperti apa? Kalau sama laki-laki yang kaya raya banget kayak gitu aja kamu tolak?" tanya Yasmine.

"Aku dari dulu enggak pernah yang namanya mandang cowok cuma dari hartanya doang, jadi mau cowok itu sederhana sekalipun aku tidak masalah yang penting itu cowok mau kerja. Lagian yang perlu kamu tahu adalah menikah dengan laki-laki yang pekerjaan dengan tingkat kesibukannya yang seperti itu, tidak seindah yang kamu bayangkan dan yang orang lain impikan. Justru aku lebih memilih laki-laki yang mempunyai pekerjaan biasa tapi punya banyak waktu buat aku, yang bisa setiap hari pulang ke rumah dan tidak terus-menerus bolak-balik ke luar negeri. Laki-laki seperti itulah yang aku idam-idamkan," curhat Milea membuat Yasmine mengangguk paham.

"Iya juga sih, kalau cowok pekerja kantoran gitu kan pasti jam kerjanya juga banyak. Apalagi punya banyak perusahaan di luar negeri, pasti bakalan bolak-balik ke sana ke mari. Iya kalau kitanya diajak buat sekalian travelling ke luar negeri, kalau cuma disuruh ngejogrok di rumah doang aku juga ogah," ujar Yasmine.

"Nah itu kamu tahu, aku dulu zaman kuliah udah pernah punya pacar yang super sibuk kayak gitu. Makanya aku tidak akan pernah mengulangi untuk yang ke dua kalinya." Milea curhat sambil menyusun baju-bajunya di dalam lemari.

"Terus kalau semisal nanti orang tua kamu tetap memaksa, bagaimana?" tanya Yasmine.

"Aku sampai detik ini juga sedang memikirkan cara, bagaimana bisa lepas dari perjodohan tersebut. Aku yakin orang tuaku tidak akan diam begitu saja tahu kalau aku kabur dari rumah, sebelum mereka menemukanku aku harus mendapatkan cara agar perjodohan tersebut tidak dilanjutkan," ujar Milea.

"Aku berharap semoga laki-laki yang mau dijodohkan sama orang tua kamu, tidak sampai datang ke Indonesia dan menjemput kamu." Yasmine pastinya tidak mau kalau sahabatnya sampai harus terjebak, dalam suatu pernikahan yang dipaksakan.

"Walaupun mereka menjemputku, aku tidak akan pernah mau kembali lagi ke Korea," tolak Milea.

Malam harinya untuk merayakan kedatangan Milea di Indonesia, mereka berdua memutuskan untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, di mana pusat perbelanjaan tersebut baru saja dibangun dan sekitar satu minggu yang lalu mulai pembukaan.

"Seriusan ini mall baru? Yang jualan udah banyak banget? Bahkan dari lantai bawah sampai ke lantai atas penuh semuanya?" takjub Milea.

"Terus terang ini adalah pertama kalinya aku masuk ke sini sama kamu, karena biasanya kalau aku nongkrong sama temen-temen bukan di mall sini. Tapi kayaknya setelah ini aku bakalan ngejadiin tempat ini jadi favorit buat nongkrong," ujar Yasmine sembari mengajak sahabatnya untuk memasuki salah satu restoran.

"Kamu jangan ngajakin aku ke restoran Korea, karena aku bosen banget sama makanan dari sana sana," ujar Milea membuat Yasmine memanyunkan bibirnya.

"Padahal tadi aku mau ngajakin kamu ke sana, tapi ya udah deh kalau gitu kita cari restoran yang lain," ajak Yasmine kemudian mereka berkeliling lagi untuk mencari restoran yang cocok.

Karel tidak mau berdiam diri terus-menerus di dalam kosan, di malam yang cerah ini ia berinisiatif untuk mencari pekerjaan di luar. Bingung mau mencari pekerjaan seperti apa, makan ia ragu kalau di Jakarta masih menerima karyawan lulusan dari SMA.

"Aku kerja apa, ya?" gumam Karel sembari berjalan kaki menyusuri sepanjang jalan siapa tahu ada lowongan kerja.

"Mas, mau ke mana biar saya antar?" sapa seorang laki-laki yang mengenakan jaket berwarna dan helm berwarna hijau.

"Saya lagi mau nyari kerjaan, tapi bingung mau kerja apa? Kayaknya saya dari tadi udah jalan cukup jauh tapi tidak menemukan lowongan kerjaan?" curhat Karel.

"Oh masnya mau nyari kerja? Mendingan narik ojek online aja seperti saya, di Jakarta zaman sekarang nyari kerjaan memang susah apalagi kalau tidak punya pengalaman yang banyak. Ujung-ujungnya jadi seperti saya ini jadi tukang ojek online, kamu pikirkan saja dulu mau atau tidaknya? Saya biasanya kalau istirahat malam di taman dekat sini, nanti mas bisa nyari saya kalau memang mau ikutan narik ojek online. Saya pamit dulu karena harus mengejar setoran, oh ya nama saya Firman. Nama mas, siapa?" tanyanya.

"Nama saya Karel."

Begitu si tukang ojek online tersebut sudah pergi, Karel masih mempertimbangkan tawaran dari laki-laki tersebut. Pasalnya ia sama sekali tidak punya motor walaupun bisa naik motor, uangnya juga pas-pasan banget kalau buat beli motor.

Karena capek terus berjalan kaki akhirnya Karel memutuskan untuk pulang lagi ke kos-kosan, tak lupa sambil membeli makanan di pinggir jalan untuk dimakan di kos-kosan.

"Siapa kamu?" tanya seorang laki-laki yang baru pulang bersamaan dengan Karel yang juga baru sampai.

"Kamu sendiri, siapa?" tanya Karel.

"Aku ngekos di rumah ini, aku yang harusnya bertanya kamu siapa dan kenapa kamu ada di depan kos-kosanku?" tanyanya.

"Aku juga ngekos di sini," jawab Karel.

"Oh kamu anak baru? Pantesan enggak pernah lihat, itu kamu bawa makanan, ya? Bawa makanan apa?" tanyanya.

"Aku bawa nasi bungkus sama gorengan, kalau kamu mau? Kamu bisa makan gorengannya," tawar Karel membuat laki-laki di hadapannya terkejut.

"Memangnya boleh?" tanyanya.

"Tentu saja boleh, kenapa tidak? Hitung-hitung sebagai tanda perkenalan dan sekaligus sudah diperbolehkan untuk ngekos di sini," ujar Karel.

"Terima kasih ya, nanti gorengannya aku makan tapi nunggu ada satu lagi yang ngekos di sini, jadi nanti kita bisa makan bareng-bareng."

Salah satu teman kosannya Karel tidak pulang hanya dengan tangan kosong saja, laki-laki itu membawa beberapa cup minuman. Setelah sampai laki-laki itu langsung membersihkan badannya di kamar mandi, baru nanti gantian setelahnya Karel yang mandi. Walaupun tidak melakukan aktivitas di malam hari, namun jalan-jalan keluar tetap membuatnya berkeringat.

Karel menunggu temannya selesai mandi sembari menonton televisi, disaat dirinya tengah asik menonton kartun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mengambil remote dari tangannya.

"Siapa kamu?" tanyanya dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.