Chereads / We Married? / Chapter 3 - Teman Baru Kosan

Chapter 3 - Teman Baru Kosan

"Biasa aja dong kalau nanya, enggak usah ngegas kayak, gitu? Dia itu penghuni baru di kosan ini," sahut salah satu penghuni kosan yang baru saja selesai mandi.

"Namaku, Karel," ucapnya.

"Oh iya kita belum pada kenalan, namaku Andi."

"Aku, Sam."

Setelah selesai berkenalan mereka memutuskan untuk makan malam bersama, kebetulan ketiganya sama-sama pulang membawa makanan.

"Oh jadi kamu datang ke Jakarta pengen cari kerja, terus habis itu mau nerusin kuliah?" tanya Andi sembari mengunyah makanannya.

"Yeahh rencananya sih kayak gitu kalau ada rezeki lebih, tapi kalau misalnya rezekinya pas-pasan ya enggak masalah kalau enggak nerusin kuliah, yang penting masih bisa nabung dan buat makan sehari-harinya," ujar Karel membuat teman-teman barunya mengangguk paham.

"Kalau aku dari dulu disuruh kuliah sama orang tuaku aku paling malas, padahal biaya dan transportasi segala macamnya sudah disiapkan tapi aku memilih untuk tidak kuliah. Karena aku sadar kemampuanku tidak seberapa dan aku tidak pernah minat kalau soal pelajaran, aku dari dulu lebih suka kerja dan cari duit dibandingkan harus menempuh pendidikan yang malah membuat kepalaku pusing," curhat Sam.

"Sama aku juga gitu, dulu pernah masuk kuliah sampai pertengahan semester, habis itu enggak lanjut lagi semenjak aku kerja dan bisa cari duit sendiri. Duit jadi prioritas utama bukan kuliah lagi, justru aku bangga karena aku bisa menghasilkan sesuatu dari jerih payahku sendiri dan tidak lagi bergantung kepada orang tuaku," curhat Andi.

"Semenjak SMA aku juga sudah tidak bergantung kepada orang tuaku lagi," celetuk Karel.

"Memangnya kenapa? Bukannya kalau masih sekolah itu masih tanggungan orang tua, ya?" heran Sam.

"Kenyataannya mereka sudah lebih dulu pergi meninggalkanku dan sekarang aku sendirian di dunia ini," ujar Karel membuat teman-teman barunya terenyuh.

"Maksudnya orang tua kamu sudah meninggal?" tanya Sam memastikan.

"Iya, mereka meninggal karena kecelakaan waktu aku masih duduk di kelas 2 SMA, aku juga tidak punya saudara makanya aku bebas bisa pergi ke mana saja tanpa ada siapapun yang melarangku," curhat Karel padahal di dalam hatinya merasakan sesak.

"Emm aku turut berdukacita atas kepergian orang tua kamu, seharusnya kita tidak membawa orang tua dalam obrolan kita. Aku jadi merasa tidak enak karena kamu jadi teringat mendiang orang tua kamu," ujar Sam yang jadi tidak selera makan, melihat wajah pria muda dihadapannya yang ternyata sudah yatim piatu.

"Aku juga ikut berduka cita, tapi kamu tidak perlu merasa sendiri karena sekarang kamu sudah tinggal di sini itu artinya kamu punya keluarga baru di sini. Anggap saja kita berdua adalah saudara-saudara kamu, karena kita berdua lebih tua dari kamu itu artinya posisi kamu di rumah ini adalah sebagai anak bungsu," ujar Andi membuat Karel tersenyum.

"Terima kasih sudah menerima aku dengan baik untuk tinggal di sini, doakan aku supaya aku bisa cepat-cepat mendapatkan pekerjaan. Nanti kalau aku sudah dapat kerja, gaji pertama yang aku dapatkan bakalan aku buat untuk mentraktir kalian makan. Sekalian sebagai syukuran karena aku punya saudara baru," ucap Karel membuat teman-teman barunya merasa lagi-lagi tidak enak.

"Kamu tidak perlu sampai mentraktir kita seperti itu, kamu tabung saja nanti gaji kamu jangan dibuat hura-hura. Siapa tahu dengan kamu rajin menabung kamu nantinya bisa beli rumah sendiri di Jakarta," nasihat Sam.

"Aku bukannya mau hura-hura, aku cuma ingin syukuran dengan ngajakin kalian makan-makan itu pun juga tidak setiap hari. Ya sudah kalau begitu kalian teruskan makan, aku mau mandi dulu aku udah gerah banget dari tadi," pamit Karel kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengambil handuk.

Kamar mandi yang ada di dalam rumah tersebut hanya ada satu, itulah yang membuat mereka harus gantian jika mau ke kamar mandi. Akan tetapi Karel bersyukur karena mendapatkan teman-teman baru yang sungguh baik kepadanya, walaupun mereka belum lama saling mengenal tapi dengan mereka ada di rumah ini membuatnya tidak kesepian.

Keesokan harinya Karel mulai memikirkan tentang tawaran dari si Abang, yang waktu itu pernah menawarinya untuk jadi tukang ojek online. Sepertinya tidak ada salahnya kalau tawaran tersebut diterima, daripada dirinya cuma di kos-kosan karena belum dapat pekerjaan yang pasti, lebih baik mengerjakan pekerjaan yang ada.

"Kalau beli motor bekas itu sekarang berapa, ya?" tanya Karel kepada teman-temannya yang sedang bersiap-siap mau berangkat kerja.

"Memangnya siapa yang mau beli motor?" tanya Sam sembari mengikat tali sepatunya.

"Aku mau beli motor, terus aku mau ngojek," jawab Karel membuat teman-temannya menatapnya dengan penuh keheranan.

"Seriusan kamu mau ngojek? Aku pikir kamu tidak bisa bawa motor loh?" ujar Sam.

"Aku bisa bawa motor tahu, cuma aku dari dulu memang belum diijinkan buat beli motor sendiri. Makanya aku nanya sama kalian, kalau motor bekas sekarang kira-kira berapa? Aku pengen beli motor matic aja biar lebih gampang nanti kalau mau bawa apa-apa," ujar Karel.

"Kamu ikutan ojek biasa atau ojek online?" tanya Andi.

"Kayaknya sih ojek online," jawab Karel membuat Andi mengangguk paham.

"Ya udah bagus kalau kamu mau ikutan ojek online, teman-temanku juga banyak yang ikutan nanti biar aku tanya sama mereka gimana cara daftarnya. Kamu tinggal cari motornya aja dulu," ujar Andi.

"Coba nanti aku tanya sama salah satu temanku yang punya koleksi motor bekas, siapa tahu dia bisa menjualnya murah kepadaku. Kamu jangan mencarinya sendiri, nanti kita cari sama-sama pas aku udah pulang kerja, kebetulan hari ini aku pulangnya siang." Sam dengan senang hati membantu teman barunya demi bisa cepat bekerja.

"Seriusan kamu mau nemenin aku cari motor? Apa tidak merepotkan?" tanya Karel.

"Iya, nanti biar aku temani takutnya kalau kamu beli sendiri kamu bisa ketipu, karena ini tuh di Jakarta ini bukan di area tempat tinggal kamu. Jakarta itu semuanya serba keras dan kalau orang yang masih baru di sini bisa ditipu habis-habisan, kalau orang itu tidak tahu apapun." Sam mewanti-wanti teman barunya tersebut karena dirinya dulu pernah merasakan kejadian seperti itu.

Untuk mengisi waktu kosongnya hari ini, Karel memutuskan untuk bersih-bersih rumah yang menjadi tempat tinggalnya yang baru. Mulai dari membersihkan dari belakang, sampai membersihkan halaman dari rumah tersebut.

"Wahh kamu rajin sekali," puji ibu Budi yang baru saja pulang dari pasar mendapati salah satu anak kosnya yang lagi bersih-bersih.

"Iya Bu, mumpung saya masih nganggur nanti kalau saya sudah sibuk kerja pasti bakalan jarang banget buat bersih-bersih," ujar Karel membuat si pemilik dari kosan tersebut tersenyum, kemudian berpamitan untuk pulang karena mau masak.

"Hufft, aku bahkan belum tahu nanti bisa bayar kosan atau enggak?" gumam Karel.