Mari kita bahas soal apa itu Legenda 4 Buronan Pertama atau bisa disebut Black Khara.
Di sini lelaki bernama Hannyo yang merupakan seorang dominan yang tampil menggunakan pakaian hitam, rambut hitam dengan kulit putih pucatnya. Memiliki mata merah yang tidak mendukung warna dominan hitamnya, dia adalah pemegang 2 pedang panjang yang bisa dipanggil kapan pun dengan darahnya. Kekuatan paling dominannya adalah kekuatan bayangan. Dia bisa menggunakan sebuah sihir yang tidak bisa dilakukan siluman lain.
2 pedangnya sangat berat jika diangkat selain dirinya, 2 pedang itu disebut pedang Juken, pedang kutukan terberat. Jadi Hannyo adalah lelaki pemegang sebuah kutukan berat sehingga hanya dia sendiri yang bisa membawa pedang itu.
Hannyo Bakeneko adalah pemimpin dari 3 saudaranya. Mereka berempat disebut legenda 4 buronan pertama. Kenapa mereka disebut buronan karena mereka sudah dikenal sejak zaman Sengoku, zaman di mana Jepang masih berperang dengan marga Jepang yang kuat. Atau lebih mengarah ke zaman Oda.
Mereka dikenal membunuh para samurai, orang-orang yang berperang hingga permukiman. Tapi sejak 50 tahun berlalu mereka tidak terlihat sama sekali karena dikabarkan bola Kimo yang dipegang Hannyo sendiri telah pecah dan pecahan berkeping kecil itu menyebar ke seluruh dunia.
Bola Kimo adalah bola kristal kecil sebesar pingpong yang bisa menyatukan mereka berempat. Tanpa bola itu mereka akan buta dalam bersama, jadi jalan yang mereka ambil telah dibutakan oleh bola kristal yang pecah. Mereka tak bersama lagi dan ada yang bilang mereka telah mati.
Bola Kimo tak hanya berguna untuk mereka tapi juga mendukung kekuatan siluman atau bisa disebut monster-monster yang suka melakukan hal yang seperti dilakukan setan dan hantu lainnya. Berbeda dengan 4 legenda buronan itu. Mereka berempat adalah ras iblis tertinggi yang bisa berubah menyerupai setengah kucing maupun setengah manusia karena ras mereka adalah Bakeneko.
Bola Kimo yang telah jatuh di salah satu tubuh siluman akan menyebabkan kekuatan yang luar biasa. Satu pecahan kecil bola Kimo akan membuat satu siluman seperti berkekuatan 1000 siluman karena itu sama saja seperti memberikan kekuatan Bakeneko pada siluman yang mendapat pecahan bola Kimo.
Itu baru satu pecahan saja, bagaimana jika satu bola Kimo, karena itulah saat kabar bola Kimo telah pecah, para siluman juga mulai mencari bola Kimo.
Petualangan akan dimulai dengan terlihatnya seorang lelaki berdiri di pinggir danau kecil di tengah hutan yang cerah. Di jarinya memegang sebuah rokok yang sudah bisa dikatakan muncul di story fantasy ini. Dia terdiam dengan tatapan yang sangat dingin. Pakaiannya, dia memakai yukata hitam yang pendek dan memakai jubah yukata hitam juga. Penampilannya sangat hebat dan berparas untuk pembunuh sepertinya. Ya, dia adalah Hannyo.
"(Aku berada di perbatasan di mana aku mulai, baru saja keluar dari bawah tanah membuatku harus terbiasa menghirup udara bebas ini. Yang harus kulakukan sekarang hanyalah berjalan dan berjalan. Pecahan Kimo pasti akan menjadikan satu siluman seperti berkekuatan 20% iblis, tapi itu tidak ada apa-apanya)." Dia dari tadi beberapa kali memasang wajah santai dan rileksnya dengan menutup mata pelan dan menghembuskan napas rokoknya.
Tiba-tiba suara muncul membuatnya menoleh dengan cepat. Dari balik pohon belakangnya rupanya seorang gadis terengah-engah berlari dan berhenti di pohon itu. Gadis itu belum mengetahui Hannyo, dia hanya fokus bernapas berat dan lelah. Lalu ia menoleh dan terkejut karena melihat ada orang di sana yakni Hannyo.
"Ka... Kakak jangan di sini... Pergilah!!" teriaknya dengan panik. Hannyo memasang wajah diam dan sedikit bingung tak bergerak.
"Di sini ada yokai, kakak," gadis kecil itu menambah.
Seketika di depan Hannyo tepat siluman turun dan berbadan sangat besar.
Hannyo menengadah memasang wajah biasanya.
"Gr.... Di mana makananku... Di mana perempuan tadi?" Siluman itu menatap dengan mengerikan.
Lalu menoleh ke bawah tepat di mana Hannyo berada.
"Hm..... Manusia... Kemarilah jadi makananku." Dia akan mengayunkan tangan besarnya menyerang Hannyo.
"Kakak lari!!!" Gadis itu berteriak. Tapi tiba-tiba dia yang berada di belakang siluman itu menjadi terdiam karena siluman itu terbelah dan menjadi abu terbang ke langit, di antara abu itu terlihat Hannyo memegang satu pedang panjang membuat gadis itu terpelongo.
Rupanya Hannyo melawan duluan dengan memunculkan pedang bayangannya dan menyerang siluman itu tadi dengan mengibaskan pedangnya.
"Ti.. Tidak mungkin," dia masih terpelongo.
Lalu Hannyo menancapkan pedangnya ke tanah seketika pedang satu itu hilang menjadi bayangan yang perlahan menjauh.
Dia mendekat ke gadis itu dengan perlahan membuat gadis itu gemetar ketakutan.
"(Aku mohon.... Aku hanya ingin hidup)," dia gemetar takut sambil menutup mata. Tapi tak disangka Hannyo hanya membelai pipinya dengan tangan kanannya membuat gadis itu membuka mata dengan bingung.
"Kau baik-baik saja?" tatap Hannyo.
"(Eh)," gadis itu menjadi bingung sendiri.
Dia adalah Mizuki, gadis dengan rambut berwarna biru dan ada sedikit warna merah. Mata miliknya juga, yang kanan berwarna biru dan yang kiri berwarna merah. Dia sangat manis tapi sayangnya tubuhnya kotor.
"Kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini dan kenapa yokai tadi mencarimu?" tatap Hannyo dengan serius. Awalnya Mizuki diam ketakutan tapi ia kemudian menjawab.
"Sebenarnya aku hanyalah anak yang tidak punya apa-apa, aku tinggal di desa jerami, setiap hari aku bekerja sebagai pembuang kotoran dan mereka memperlakukan aku seperti binatang. Hingga saat di mana ada yang aneh, aku dibersihkan oleh mereka, dilayani layaknya RATU tapi aku tahu bahwa aku sedang dikorbankan menjadi tumbal untuk siluman tadi. Karena takut, aku melarikan diri hingga kemari," kata Mizuki.
"Untuk apa mereka mengorbankanmu?"
"Untuk kemakmuran desa. Tapi mereka sebenarnya akan senang jika melihat petualang sepertimu," tatap Mizuki.
"Petualang?"
". . Ya... Petualang, kau seorang petualang bukan? Di kota mana kau bekerja, kakak?"
"Sepertinya kau salah, aku bukan petualang," balas Hannyo membuat Mizuki terdiam bingung.
*Petualang di sini adalah orang yang mendaftarkan dirinya bekerja di Work Foundation, tempat untuk orang-orang mengembangkan skill dengan berburu dan membunuh siluman maupun makhluk buas lainnya. Biasanya mereka akan membawa salah satu tubuh hewan maupun siluman untuk dibawa ke Work Foundation dan ditukarkan dengan uang. Work Foundation juga mengembangkan bisnis kerajaan yang salah satunya ada di Kerajaan Naga. Di sana adalah kota impian bagi para petualang tapi sayangnya kota itu memiliki waktu tempuh 50 tahun untuk ke sana.*
"Jadi mereka memang menjadikanmu sebagai budak, huh," tatap Hannyo yang mengambil kotak platinum hitam rokok dan mengambil satu.
"Ya, aku benar-benar takut untuk kembali ke sana," Mizuki membalas lalu dia menjadi terdiam ketika melihat Hannyo.
"(Kakak ini sangat tinggi... Berapa tingginya yah, apa 190, tidak... Lebih) umh... Kakak?" panggilnya lalu Hannyo melirik kecil padanya.
"Apa aku bisa tahu namamu, namaku Mizuki."
"Panggil aku terserah apa pun yang kau bisa panggil, kau tidak perlu tahu namaku."
"Eh... Kenapa, apa ada yang aneh, lalu aku hanya memanggilmu kakak."
"Terserah saja, ngomong-ngomong apa kau masih ingat tempat di mana sarang siluman tadi untuk mengorbankanmu?" tatap Hannyo.
"Apa... Apa kau mau... Mau ke sana?!"
"(Pecahan Kimo ada di tubuh siluman tadi, aku hanya ingin memastikan di sarangnya masih ada atau tidak.)"
"Tu... Tunggu kakak... Kau tidak bisa, kau akan dalam bahaya, dia pasti sudah marah karena aku pergi."
"Siapa yang akan marah, bukankah aku sudah membunuhnya dan kau yang menyaksikannya, bukan?"
"(Me... Memang benar sih... Tapi... Ini benar-benar sangat menakutkan)," Mizuki terdiam ketakutan.
"Jika kau tidak mau menunjukkannya, aku akan cari sendiri," Hannyo berbalik akan pergi.
"Tu... Tunggu kakak.... Aku... Aku ingin ikut," Mizuki mendekat menahan jubah hitam Hannyo.
"Ikut menunjukkannya padaku?"
"Tidak, maksudku... Aku ingin ikut kau pergi," tatap Mizuki. Dia bahkan sempat-sempatnya memakai tatapan memelas yang manis. Tapi itu sama sekali tidak memengaruhi Hannyo.
"Tidak bisa," Hannyo memasang wajah suram.
"Ke... Kenapa... Aku ingin ikut, aku tidak akan jadi beban."
"Dengar Mizuki, kau adalah Kenigh," kata Hannyo. Seketika Mizuki benar-benar terkejut terkaku.
*Kenigh adalah manusia yang sudah diberi tanda oleh siluman. Tanda itu bisa ada di mana-mana seperti layaknya segel yang menyebar seperti tato di tubuh. Hal itu digunakan untuk membedakan mana yang ingin dikorbankan dan yang mana masih aman. Segel itu bisa disebut sebuah kutukan.*
"Ta.. Tapi aku sama sekali tidak disentuh olehnya!" Mizuki menatap panik.
"Menghadaplah membelakangiku," kata Hannyo.
"Apa yang mau kau lakukan, kakak?"
"Lakukan saja apa yang kubilang."
Lalu Mizuki terdiam ragu dan membelakangi Hannyo.
"Lepas bajumu dan tunjukkan punggungmu padaku," kata Hannyo.
"(Apa... Apa yang ingin kakak lakukan...)" Mizuki berwajah malu dan memerah lalu melepas bajunya perlahan. Seketika Hannyo memasang wajah serius karena di punggung Mizuki sudah ada tanda untuk Kenigh.
"Kau masih mau berbohong padaku, huh?"
"Apa... Apa memang ada tandanya?!" Mizuki menatap panik.
"Itu sudah 8 jam yang lalu, berapa umurmu?" tatap Hannyo.
"Um... 16."
"Itu masih terlalu muda. Siluman lain akan mencium bau Kenigh-mu dan mereka pasti akan menyerangmu, menangkapmu dan memakanmu untuk dijadikan korban tumbal. Segel itu tidak akan hilang hingga kau benar-benar mati atau dimakan siluman," kata Hannyo.
"(I... Ini tidak mungkin!!) A.... Apa yang harus kulakukan?!"
"Tak ada, hanya tinggal tunggu kau mati atau dimakan siluman."
"Ta... Tapi aku... Aku tidak mau menjadi Kenigh, apa yang harus kulakukan, aku mohon kakak bantulah aku," Mizuki menjadi memohon.
Lalu Hannyo terdiam, ia lalu menghela napas panjang. "Terserah saja, tunjukkan aku sarangnya," dia menatap lalu berjalan pergi. Seketika Mizuki benar-benar sangat senang dan lega lalu mengikutinya.