"Akh pergilah!!" Mizuki menutup mata ketakutan tapi tiba tiba pintu di belakang nya terbuka dan seketika menarik bajunya keluar.
Mizuki bingung dan membuka mata dan rupanya Hannyo yang meletakan ya di luar.
"Kakak?" Mizuki menatap masih ketakutan.
"Tunggulah di sini" Kata Hannyo dengan wajah serius, ia masuk ke lumbung dan menutup pintu di sana membuat Mizuki terdiam tapi Mizuki juga mendengar suara ribut dan panik dari arah pemukiman, ia berdiri dan melihat dari bukit karena dia saat ini di bukit lumbung itu.
Mizuki terkejut kaku karena desa makmur itu telah terbakar dengan banyaknya orang yang lari panik.
Setelah itu Hannyo datang dari belakang membuat Mizuki menoleh. "Kakak apa yang sebenarnya.... Terjadi?"
Hanya terlihat terengah engah lalu menolehkan wajahnya dengan cepat membuat suara "kretek" Melemaskan otot lehernya.
"Mizuki, biarkan aku memberi tahumu sesuatu" Hannyo berlutut. Ini pertama kalinya dia terlihat berlutut.
"Sebenarnya aku bukan manusia, aku juga bukan petualang, jika aku bilang aku bukan manusia apa yang akan kau lakukan. Kau bisa takut padaku Mizuki"
Mizuki terdiam mendengarnya lalu tersenyum kecil. ". . . (Apa yang terjadi, ini pertama kalinya aku mendengar sebuah pengakuan yang bahkan tidak akan pernah bisa di harapkan sebagai pengakuan yang normal, apa ini artinya, makhluk yang bukan manusia ini telah mengakui dirinya? Mungkin aku hanya harus menjawab sesuatu dengan jujur...) Tidak kakak, aku tidak akan takut padamu" Tatap nya lalu Hannyo benar benar menatap matanya.
"Sebenarnya kisah yang benar adalah biarawati dan saudaramu itu di ambil oleh orang desa untuk di berikan ke Dandai. Untuk dimakan dan di jadikan tumbal anak anaknya yakni larva raksasa tadi. Saat mereka mengetahui bahwa kau tidak ada, mereka memutuskan menyerahkan mu ke sarang Dandai dimana siluman pertama muncul memburumu"
"Ta... Tapi kenapa Tuan Zhasiki melakukan ini dengan siluman?"
"Itu karena siluman seperti setan. Manusia bisa meminta apapun asal memberikan apapun juga pada siluman termasuk yang seperti ini" Balas Hannyo.
"Begitu ya, sekarang apa yang harus kulakukan, aku tak punya tempat tinggal maupun barang berharga lagi" Mizuki menjadi menunjukan badan kecewa. Lalu Hannyo berdiri dan melihat ke belakang.
Mizuki yang melihat sikapnya menjadi bingung dan ikut melihat kemana Hannyo melihat.
Tiba tiba muncul bayangan hitam melesat dan berhenti di pundak kiri Hannyo. Mizuki menengadah dan terpelongoh karena seekor kucing hitam dengan ekor yang panjang ada di pundak kiri Hannyo.
"Waw... Sangat imut, jarang sekali ada jenis hewan seperti kucing" Mizuki menjadi terkesan.
"Dia akan menemanimu selama kau ikut denganku, kau bisa menjadikanya barang berharga" Kata Hannyo seketika kucing itu turun dan memutari kaki Mizuki dengan imut.
"Ah sangat manis... Siapa namanya" Mizuki menjadi gemas dan menggendongnya.
"Luca" Balas Hannyo.
"Luca... Sangat manis"
"Bisa kita pergi sekarang" Tatap Hannyo yang berjalan duluan. Mizuki terdiam masih melihat desanya hancur lalu berlari menyusul Hannyo.
"(Aku sudah putuskan akan ikut bersama kakak, meskipun kakak sudah bilang dia bukanlah manusia)"
Hannyo melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan menggendong Mizuki di punggung karena jarak yang terlalu jauh akan membuat Mizuki lelah.
"Kakak, apa kakak punya maksud tertentu sebagai petualang?" Tanya Mizuki.
"Aku hanya mencari sesuatu saja, bagaimana denganmu, apa kau tidak mau menjadi petualang?"
"Aku sangat ingin menjadi petualang tapi semuanya terjadi, tapi aku paling tidak bersama kakak kan hehe... Aku bisa ikut kapan pun, meskipun kakak bukan petualang tapi kakak adalah pengelana"
". . . Jika kau sudah menjadi petualang, tempat mana yang mau kau temui... Mizuki?"
"Kerajaan naga"
"Kerajaan naga, tapi kau tahu kan sampai sana akan membayar umur dan nyawa"
"Tapi.. Meskipun begitu itu tetap keinginan semua orang, aku benar benar ingin melihat naga di sana, apa kakak juga ingin ke sana?"
"Aku sudah pernah ke sana" Balas Hannyo seketika Mizuki terdiam terkejut.
"A.... Apa... Apa maksud kakak, kau sudah pernah ke sana!!??"
"Di sana seperti sebuah kota luas dan banyak naga berterbangan, sebagian dari mereka bersahabat dan ada juga yang berpenjara"
"Ta... Tapi bagaimana.... Kalau begitu umur kakak sudah.. "
"Aku sudah bilang padamu bukan, aku bukan manusia... Jika aku bukan manusia aku berbeda dengan manusia, jangan samakan aku dengan manusia" Kata Hannyo dengan tatapan dingin.
"(Kakak... Benar benar hebat)" Mizuki terkesan diam diam.
Tapi tiba tiba Hannyo berhenti berjalan sambil melirik ke sekitar membuat Mizuki menjadi bingung.
"(Bau ini... Bandit)" Hannyo melihat ke sekitar. Mereka saat ini ada di dua ujung tebing batu pasir.
"Kakak apa ada sesuatu?" Tanya Mizuki.
Tiba tiba muncul banyak sekali orang orang berpenampilan bandit. Rupanya benar dengan apa yang Hannyo tebak tadi. "Hoi.... Kalian sudah lewat sini cepat serahkan barang berharga kalian" Mereka mendekat dengan menodongkan senjata.
"(Mereka benar benar mangkal di sini)" Hannyo terdiam serius.
"Hoi cepat, jangan buang buang waktu?!" Mereka kembali mengancam.
"Ka... Kakak apa yang harus kita lakukan?" Mizuki menjadi gemetar ketakutan.
Hannyo bersiap mengeluarkan pedangnya dari tangan kanannya. Tapi saat bayangan akan muncul membentuk pedang, ada sesuatu yang membuatnya tak jadi memanggil pedangnya.
Yakni sihir, sihir berupa banyaknya anak panah mengarah pada para bandit dan mengalahkan mereka semua. Hal itu membuat Hannyo dan Mizuki terdiam dan menoleh ke belakang.
"Berani sekali mengganggu kenyamanan di sekitar sini" Seorang wanita mendekat ke mereka.
"Kalian baik baik saja bukan?" Tatap nya, tapi ia terdiam terkejut ketika melihat Hannyo.
"Astaga... (Malaikat!!)" Dia langsung berwajah merah terkesan.
"Kakak, Terima kasih telah menyelamatkan kami" Mizuki menundukan badan berterima kasih setelah di turunkan Hannyo.
"T... Tak apa apa... Ngomong ngomong namaku Kanna" Kata wanita yang bernama Kanna itu yang terus memandang Hannyo dengan wajah memerah nya. Sepertinya dia tertarik pada Hannyo.
"Aku Mizuki"
"Oh salam kenal... Apa lelaki ini kakakmu?" Tatap Kanna.
"Aku hanya ikut kakak berkelana" Balas Mizuki, Hannyo hanya diam menyalakan rokok nya.
"Apa kalian akan ke kota ABCA?" Kanna menatap.
"Ya rencana ingin kesana" Balas Mizuki.
"Aku bisa mengantarkan kalian, aku juga kebetulan akan ke sana"
"Terima kasih"
"(Kenapa dari tadi gadis ini yang membalas pertanyaan ku, apa lelaki tampan itu bisu?)" Kanna terdiam bingung.
Dia adalah Kanna, wanita dengan rambut ungu di ikuti warna bola matanya yang ungu. Ukuran dada miliknya seperti wanita dewasa lain. Pengguna sihir panah cahaya. Sihir ini hanya tingkat menengah. Jika tingkat atas maka sihir cahaya milik dewi maupun dewa.
Sementara Kanna bukanlah dewi. Dia tinggal di kota ABCA jadi bisa mengantar Mizuki dan Hannyo kesana juga.
"Apa kakak Kanna tinggal di sini" Tanya Mizuki saat berjalan bersama ke sana.
"Ya" Kanna membalas sementara Hannyo merokok di belakang sambil mengikuti jalan mereka.
Kanna dari tadi juga melihat ke arahnya sedikit.
"(Kenapa lelaki itu sangat tampan, dia juga sepertinya bukan petualang biasa tapi kenapa ada gadis yang kelihatan lemah ini, ini masih membingungkan... Seberapa kuat lelaki ini tapi aku sama sekali tak melihat senjata apapun ataupun tongkat sihir seperti punyaku.... Hm... Mungkin aku harus menyelidiki nya)" Pikir Kanna.
Sesampainya di kota, terlihat sangat ramai dan tenang. Mizuki menjadi terkesan sendiri.
"Aku akan mencarikan kalian hotel jika mau, kalian juga bisa ikut aku untuk memiliki hotel yang bagus menurut kalian" Kata Kanna. Tapi Hannyo terdiam melihat sebuah butik di sana.
"Aku ingin ke sana dulu" Tatap nya. Seketika Kanna terkaku terkejut. "(Di.... Dia bicara astaga... Suaranya sangat.... Dewasa dan pria banget)" Ia berwajah merah sendiri.
"Mizuki ikut aku" Kata Hannyo.
"Ah baik.... Kakak Kanna aku pergi dulu" Tatap Mizuki.
"Ya hati hati, aku akan mencari hotel untuk kalian" Balas Kanna.
Di dalam butik itu ada seorang pria pemilik butik itu dengan wajah yang kecewa.
"(Haiz... Benar benar tidak ada pelanggan sama sekali. Kalau ada pelanggan gitu gimana yah...)" Pikir manajer butik itu.
Tak lama kemudian disaat itu juga Hannyo dan Mizuki datang membuatnya menoleh.
"(Oh pelanggan.... Tapi...)" Manajer terdiam melihat Mizuki. "(Kenapa gadis itu lusuh.... Jangan jangan dia miskin, cih aku tidak mau menerima pelanggan yang begitu... Tapi...)" Dia berbalik dan melihat ke Hannyo dan seketika terkaku.
"(Oh... Ya ampun... Apa lelaki itu model.... Bajunya seperti... Yakuza..?... Siapa peduli... Dia pasti sangat kaya) Halo Tuan bisa aku bantu?" Dia mendekat dan malah mengabaikan Mizuki yang di depannya.
"Aku ingin baju untuk gadis ini... Baju yang bagus untuknya" Kata Hannyo.
"(Oh rupanya mau membelikan baju untuk gadis lusuh ini) ... Bisa Tuan... Tapi di sini tergantung budget nya" Manajer menggerakkan jarinya memberi isyarat meminta bayaran.
Hannyo mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan memberikannya pada nya. Seketika manajer butik itu terkejut karena Hannyo memberikan satu keping emas koin besar.
"(Astaga..... Ini bahkan bisa membeli tokoku.... Apa lelaki ini memang bodoh atau apa) e.... Tuan.... Ini terlalu berlebihan... Apa kau punya koin logam saja?"
"Aku memiliki banyak yang seperti ini, jadi kau tinggal cepat lakukan pekerjaanmu" Tatap Hannyo dengan serius membuat nya terdiam dan menelan ludah.
"Te... Terima kasih... "
"Kalau begitu aku akan pergi sebentar di sini, apa aku bisa menitipkan nya?"
"Ya tentu, gadis manis ini akan aman di sini" Kata manajer.
Lalu Hannyo mengangguk serius dan berjalan pergi.
"Mari gadis, aku akan menata tubuhmu" Kata manajer. Mizuki hanya terdiam bingung dari tadi.
"(Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kakak membelikan ku baju, tapi aku benar benar baru tahu kakak punya uang sebanyak itu, apa dia kaya... atau dari keluarga oda tertentu tapi dia sebelumnya bilang bukan manusia... Kenapa bisa?)"
Hannyo memang seorang yang sudah banyak berkelana jadi untuk menemukan emas pun juga sangat mudah untuknya jika dia sudah melewati gua bawah tanah. Seorang Iblis yang berumur ribuan tahun, akan lebih tahu hal yang seperti itu.